Manggarai Barat, GardaNTT.id-Aktivitas galian C yang berlokasi di Wae Mese, Desa Compang Longgo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, dikeluhkan warga.
Pasalnya, debit air Wae Mese yang merupakan sumber air utama untuk persawahan warga di wilayah tersebut makin berkurang. Hal ini diyakini akan mengakibatkan areal persawahan seluas 583 Hektar milik warga terancam gagal panen.
“Debit air Wae Mese sekarang makin kecil. Hal ini meresahkan para petani yang sedang memasuki musim tanam”, kata Blasius Jaga, Ketua BPD Desa Compang Longgo.
Warga lain bernama Yohanes Sutarmin juga mengungkapkan hal serupa. Menurutnya, Galian C milik Kelompok Handel Berseri tersebut mengganggu aliran air ke sawah mereka.
“Kekurangan air ini juga disebabkan karena adanya aktivitas galian C yang menganggu jalan alirnya air,” ucapnya saat ditemui media di lokasi bendungan, Jumat (06/05/2021).
Dikatakan Yohanes, aktivitas galian C tersebut mengakibatkan terjadinya pelebaran sungai yang makin tidak teratur.
“Pelebaran sungai makin tidak teratur oleh aktivitas alat berat yang sedang beroperasi. Air yang semula mengalir melalui bendungan, kini mengalir melalui jalur galian penambangan,” tuturnya.
Ia berharap agar air kembali dialiri melalui bendungan.
“Kami tidak persoalkan terhadap galian C ini, kami hanya minta pemerintah untuk memperhatikan kepentingan kami. Airnya harus kembali dialiri melalui bendungan,” jelasnya.
Sementara warga lain mendesak agar aktivitas galian C yang berada disekitar bendungan itu dihentikan.
Terpisah, Johny Royke penanggung jawab Kelompok Handel Berseri mengatakan akan membantu para petani dan mengarahkan aliran air ke bendungan.
“Terus terang saja, kami tidak ganggu dan tidak penggalian di hulu batas izinan operasi lokasi kami. Adapun air yang mengalir ke lokasi galian kami karena disebabkan oleh hujan deras beberapa bulan lalu dan dengan sendirinya air menguap dan membawa bebatuan hingga tanggul darurat dari tumpukan batu jebol,” jelas Johny.
Dijelaskannya, Kelompok Handel Berseri seringkali membantu pengaliran air. Beberapa minggu lalu, kata Johny, sudah mulai kegiatan dilokasi hulu, agar bisa atur airnya masuk bendungan, tetapi sebagian masyarakat menolak dan sebagian setuju.
“Daripada ada salah paham, kita hentikan. Kita belum ada kegiatan apa-apa dibagian hulu, air tidak masuk memang karena banjir beberapa waktu lalu, membawa material sehingga menutup jalan air. Ini yang mau kita perbaiki tetapi ada pro dan kontra di masyarakat sendiri,” tutup Jhony.
(Redaksi)