Kompresjalur Inisiasi Perbaiki Jalan Rusak di Kecamatan Ndoso

Manggarai Barat, GardaNTT. id – Komunitas Peduli Reparasi Jalan Umum Rusak-Rusak (Kompresjalur) melaksanakan giat sosial perbaikan jalan rusak di jalur umum Dahang menuju Tentang, ibukota Kecamatan Ndoso, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, pada Jumat (09/09/2022). Komunitas ini, digagas oleh sejumlah pemilik kendaraan roda empat yang berdomisili di Tentang dan sekitarnya. Terdapat sekitar 200 orang turut ambil bagian dalam kegiatan yang diinisiasi oleh komunitas ini.

Inisiasi ini, didasari atas keprihatinan terhadap kondisi jalan rusak yang berlokasi persis di persawahan warga kampung Sano, Desa Momol. Titik yang mengalami kerusakan ini adalah jalur pindahan usai terjadi longsor pada jalur sebelumnya.

“Ini jalur pindahan, karena jalur sebelumnya kena longsor dan tidak memungkinkan untuk diperbaiki, sehingga pada saat itu diputuskan untuk pindah jalur, geser sedikit kesini. Waktu itu langsung gusur saja jalur baru ini. Setelah gusur, ya begini kondisinya. Kendaraan, apalagi roda empat itu kerap kesulitan melewati jalur ini. Kadang sampai antri panjang. Nah kondisi inilah yang buat kami prihatin, sehingga muncullah inisiatif untuk melakukan perbaikan secara gotong royong seperti yang terjadi hari ini,” kata Pater Wilbrodus Andreas Bisa, OFM, koordinator Kompresjalur yang juga merupakan Pastor Paroki St. Fransiskus Asisi Tentang ini.

Ia mengatakan, sesuai dengan namanya, komunitas ini memfokuskan gerakan pada aksi bakti sosial khususnya perbaikan jalan umum yang sedang rusak. Selain itu, juga sekaligus menjadi jembatan untuk memediasi suara-suara masyarakat yang perlu disampaikan kepada pemerintah.

“Komunitas ini juga nanti sekaligus sebagai jembatan untuk memediasi suara-suara masyarakat yang perlu disampaikan dan atau didialogkan dengan pemerintah setempat terutama berkaitan dengan kapasitas dan batasan-batasan tertentu yang boleh dilakukan oleh anggota komunitas atas kegiatan reparasi jalan umum rusak-rusak,” ujarnya.

Dalam kegiatan tersebut, warga turut antusias terlibat secara suka rela. Sekitar 50 meter pada jalur ini telah dirabat dan siap untuk dilintasi kendaraan.

“Kepada seluruh pihak yang telah terlibat mensupport kegiatan ini, kami ucapkan terimakasih banyak dan apresiasi setinggi tingginya,” ucap Pater Andre Bisa.

Frangky Jamento (35), salah satu peserta yang turut hadir dalam kegiatan itu mengatakan, kondisi jalan rusak tidak boleh dibiarkan dalam waktu lama. Menurutnya, hal itu akan berdampak buruk bagi akses perekonomian warga.

“Bayangkan kalau ini dibiarkan, tentu akan berdampak pada aktivitas ekonomi warga. Misalnya kalau musim hujan seperti sekarang ini, pasti pemilik kendaraan terutama pemilik kendaraan umum tidak mau beroperasi karena takut jalan rusak seperti ini. Nah ini tentu akan menghambat kebutuhan warga,” terangnya.

“Lalu ibu hamil atau orang sakit yang mau dibawa ke Rumah Sakit, sudah keadaan darurat, tetapi jadinya harus berlama-lama karena kondisi jalan rusak seperti ini. Di sini, keinginan untuk mengakses jalan menuju rumah sakit dan akses terhadap rumah sakit merupakan pilihan berisiko yang disertai pertaruhan antara hidup dan mati. Karenanya, kegiatan yang dilaksanakan ini tidak dimaksudkan untuk kepentingan politik jangka pendek atau selanjutnya tetapi semata-mata gerakan empati dan solusi darurat,” tuturnya.

Senada, Donatus Abur (38), seorang pengusaha asal Tentang. Ia mengatakan, dirinya mengalami kerugian besar akibat rusaknya kendaraan miliknya saat melintasi jalur tersebut.

“Saya pernah patah As disini. Rugi besar,” kesalnya.

Kata dia, terkait kondisi jalan tersebut sudah pernah ia komunikasikan dengan pihak Pemerintah. Namun, hingga saat ini belum mendapat respon.

Kepada komunitas Kompresjalur, ia berharap agar terus melakukan giat serupa tidak hanya sekali saja, namun terus dilakukan kedepannya di lokasi-lokasi lain yang alami kerusakan.

Cerita serupa juga dialami Wihelmus Janu (38), seorang pengemudi angkutan umum yang setiap hari melintasi jalur tersebut. Ia menuturkan, bahwa dirinya merasa tidak nyaman saat harus melintasi jalur itu. Perasaan khawatir selalu menghantui.

Ia juga pernah mengalami kerugian akibat tidak dapat beroperasinya kendaraan miliknya karena rusak saat melintasi jalur itu.

“Saya terpaksa istirahat selama seminggu, perbaiki saya punya kendaraan. Pemasukan saya itu biasanya Rp.250.000/hari. Selama seminggu berarti Rp.1.500.000. Rugi besar,” ucapnya.

Ia mengaku kerap mengajak sesama pengemudi angkutan umum untuk secara bersama memperbaiki jalur tersebut. Namun, inisiatifnya itu belum terlaksana. Oleh karena itu, ia mengapresiasi inisiatif Kompresjalur yang telah menggagas perbaikan jalur tersebut.

Wihelmus berjanji akan mengajak lebih banyak orang untuk terlibat dalam kegiatan ini.

“Saya sempat beberapa kali menyampaikan keluhan ini ke sesame temam sopir, ajak mereka untuk renovasi jalan ini, tetapi tidak terlaksana. Syukur sekali melalui kegiatan hari ini yang difasilitaisi oleh Kompresjalur, saya akan terus berjuang untuk mengajak semakin banyak orang untuk terlihlbat dalam gerakan sosial semacam ini,” katanya.

Penulis: Olizh Jagom