Wabub Hery Ngabut: Akun Palsu Pertanda Ada Nilai yang Menurun dalam Mengapresiasi Perkembangan Teknologi

Dikatakannya, akun palsu adalah pertanda ada nilai-nilai yang menurun dalam mengapresiasi perkembangan teknologi.

“Kalau orang pakai akun palsu, itu nilai keterbukaan dan kejujuran sudah menurun.”tegasnya.

Wabub Hery berpesan, kedepan melalui event-event apapun, sosialisasi melalui arahan-arahan secara khusus melalui Kominfo atau siapa saja yang punya kepentingan untuk itu agar memastikan bahwa kebersamaan kita jangan dihancurkan oleh karena kita salah menggunakan teknologi yang ada.

Di Manggarai, lanjutnya, harus kita katakan jujur bahwa banyak di antara kita, bukan hanya orang muda tetapi juga orang tua sudah sedikit keluar dari filosofi orang Manggarai yang sesungguhnya dan akhirnya apa yang kita lihat dari salah menggunakan teknologi bisa berujung kepada keretakan sosial atau gesekan secara sosial.

Wabup Heri Ngabut juga mengimbau semua pihak untuk mawas diri dalam menggunakan teknologi melalui Medsos.

“Sampai sejauh ini, kita juga berusaha dengan aparat keamanan, pihak kepolisian untuk bersama-sama dalam rangka mengedukasi rakyat kita, untuk melacak dan menscan siapa saja yang menggunakan akun palsu, lalu kemudian salah menggunakannya dan bisa berujung kepada kehancuran kehidupan bersama kita,” tegasnya.

Kemudian pada kesempatan yang sama, Direktur Tata Kelola dan Kemitraan Komunikasi Publik, Hasyim Gautama dalam sambutannya menyampaikan bahwa di tengah kondisi pandemi peranan dari teknologi informasi menjadi sangat sentral.

“Kita di masa pandemi dibatasi berinteraksi secara fisik apalagi berinteraksi secara ekonomi. Bukan berarti dengan pembatasan fisik seperti ini kita lalu tidak berbuat apa-apa. Dengan acara-acara seperti ini diharapkan kita semua bisa menjalankan kegiatan ekonomi kita dengan cara yang lain, inovasi-inovasi dengan cara yang lain, dan inovasi seperti ini oleh Kementerian Kominfo dijalankan dengan promosi dan literasi digital untuk bisa meluaskan wawasan kita dalam penggunaan internet agar kita bisa manfaatkan untuk berinteraksi dengan orang lain.” ungkapnya.

Terkait dengan acara seperti ini, kata dia, mendorong semua pihak untuk bisa marketing digital, mungkin dengan cara membuat konten-konten promosi seperti konten promosi pariwisata pantai atau desa yang indah sehingga publik tahu tentang keindahan alam dan budaya yang kita miliki.

Untuk orang muda, jelasnya, bisa dengan membuat konten-konten kreatif, mungkin melalui marketplace untuk memasarkan produk-produk yang ada. Kemenkominfo tentu mendukung dengan infrastrukturnya sehingga konek dengan skill yang dipunyai.

Sementara itu, pemateri Yohanes Jehabut kepada peserta yang hadir via online maupun offline menekankan pada membangun citra dengan riset dan interpretasi. Dirinya fokus menjelaskan tentang perkembangan internet di dunia.

“Sesungguhnya dunia seperti apa yang kita hadapi saat ini sehingga kita harus benar-benar serius mengurus hal-hal terkait dunia digital. Kita lihat pada tahun 2020 dari populasi manusia di dunia sebanyak 7,7 miliar itu ada 5 miliar lebih pengguna ponsel.” jabar pria penyuka fotografi itu.

Dari 5 miliar lebih itu, lanjutnya, ada 4,5 miliar lebih adalah pengguna internet. Lalu, dari 4,5 miliar lebih pengguna internet secara spesifik ada 3,8 miliar orang yang menggunakan media sosial. Bahkan dibandingkan dengan secara keseluruhan populasi kita.

Sesungguhnya, kata dia, pengguna media sosial lebih dari 50% dari total populasi kita.

“itulah yang kita hadapi saat ini. Kalau kita mengabaikan media sosial termasuk hoaks itu salah besar, karena mempengaruhi 70% populasi produktif kita. Sehingga apa yang kita tulis di media sosial sangat berimplikasi serius terhadap kehidupan kita,” ungkapnya.

Pengguna Internet Dunia, Indonesia masuk 5 Besar

Dijelaskannya, Indonesia menduduki 5 terbesar pengguna internet di dunia, baik pengguna media sosial maupun pengguna ponsel serta cara menggapai pengguna user.

“Konektivitas kita tidak terlalu bagus seperti negara-negara maju tetapi ternyata antusias kita untuk terlibat dalam dunia digital cukup tinggi walaupun pengetahuan kita belum sampai kesana. Ini tentu tantangan untuk kita,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, pada tahun 2020, dari 265 juta penduduk Indonesia, hampir 133 juta pengguna internet. Lalu dari 133 juta itu, yang aktif menggunakan media sosial baik facebook, twitter dan media sosial yang lain ada 130 juta.

“Saya pikir Kominfo lebih konsen kesana terkait penggunaan regulasi data dan lain sebagainya yang diukur dari mobile subscriptionsnya. Kenapa pengguna mobile subscriptions lebih besar dari pengguna internet atau media sosial, karena bisa saja satu orang memiliki 2 operator, itu ada 415 juta. Untuk menggapai pengguna atau user dengan cara aksesibilitas, pengetahuan, interpretasi, dan umpan balik,” jelasnya.