Warga Keluhkan Kondisi Pasar Cancar yang Kian Kumuh, Begini Kata Dr. Feliks Danggur

Manggarai, GardaNTT.id – Kondisi pasar Cancar, yang terletak di Cancar, ibukota Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, dikeluhkan warga. Pasar itu terkesan kumuh akibat tidak adanya perhatian serius terhadap kebersihan.

Selain itu, aktivitas di pasar tersebut tak jarang mengganggu kelancaran arus lalu lintas oleh karena keberadaannya yang mepet dengan jalan raya, persis di pinggir jalan trans nasional Ruteng-Labuan-Bajo.

Terkait hal ini, advokad sekaligus akademisi, Dr. Feliks Danggur, SH, MH, MM. mengatakan, perlu adanya sinergitas antara Pemerintah Daerah (Pemda) Manggarai dengan Pemerintah tingkat desa/kelurahan, juga pihak Kepolisian dalam upaya menata pasar tersebut, berikut aktivitasnya. Hal ini dimaksudkan agar terjalin korelasi kerja yang baik.

“Harus kerjasama. Supaya jangan ada kesan hanya desa/kelurahan dan Kecamatan saja yang kerja, karena ada anggaran APBN, atau APBD. Kalau tidak, ya begitu saja nanti, kapan pun tidak ada perubahan,” ujarnya.

Ia mengatakan, Cancar merupakan salah satu wilayah tujuan wisata di Kabupaten Manggarai. Oleh karena itu, seluruh faktor pendukung seperti perilaku maupun pola hidup masyarakat harus berstandar pariwisata.

“Perilaku dan pola hidup berstandar pariwisata yang saya maksud adalah seperti menjaga kebersihan lingkungan. Ini hal sepele tetapi sangat menentukan kelangsungan pariwisata itu sendiri,” jelasnya.

Sebagai contoh, kata Dosen Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan (UPH Surabaya) ini, letak pasar Cancar yang terlalu mepet dengan jalan raya, dimungkinkan bisa menyebabkan arus lalu lintas terganggu dan terkesan romol. Sementara, ruas jalan itu adalah akses masuk bagi wisatawan, apalagi jika kondisi pasar tersebut kumuh dan kotor, maka hal itu tentu akan menjadi salah satu faktor yang mengganggu kenyamanan wisatawan.

“Nah, disana (Cancar, red) itu kan ada Spider Rice Field yang bahkan jadi Icon untuk Cancar. Lalu, sekitar jarak 200 meter dari situ ada pasar yang berada tepat di pinggir jalan raya, dan tamu melewati jalur itu. Kalau kotor, kumuh dan tidak teratur, tentu ini mengganggu kenyamanan tamu yang berkunjung ke Cancar. Coba liat, parkiran di pasar itu, kadang mobil, motor parkir disitu, bahkan penjual ikan juga sudah jualan di pinggir jalan. Begitu juga di jalan masuk ke obyek wisata itu, Pedagang Kaki Lima justru jualan ikan disitu. Coba Pemerintah tata itu, pindahkan ke lokasi yang tepat dan diatur skema soal bagaimana jaga kebersihannya,”

“Nah wisatawan berkunjung ke sana, tentu dengan harapan akan menikmati suguhan yang terbaik, indah dan tidak kotor, tidak terkesan kumuh, baik di lokasi wisatanya itu sendiri, maupun lingkungan sekitar, seperti pasar itu tadi yang jaraknya sekitar 200 meter dari lokasi wisata itu. Harus bersih supaya tamu nyaman,” tambahnya.

Menurutnya, perencanaan Pemerintah harus sesuai dengan kondisi dilapangan. Misalnya, jika dipindahkan, maka harus secara serius mengaturnya. Kata dia, jika ingin benar-benar bersih dan tertib, maka semua Pedagang Kaki Lima harus pindah ke pasar baru yang sudah dibangun secara baik. Selain itu, juga perlu disiapkan tempat khusus untuk parkiran kendaraan baik pembeli maupun kendaraan milik pedagang pasar.

“Kalau bisa, seluruh aktivitas kendara di siapkan tempat di dekat terminal, dan segala aktifitas harus pinda. Siapkan tenaga kebersihan dari pemerintah kabupaten dengan anggaran APBD,” kata praktisi Hukum yang kini berdomisili di kota Surabaya Jawa Timur tersebut.

Dirinya juga mengusulkan agar pemerintah desa/kecamatan perlu mengajukan perencanaan demi kebersihan dan kesehatan masyarakat. Selain itu harus mengajukan pembebasan lahan, baik ke pemerintah pusat, kabupaten maupun propinsi untuk menunjang wisata sawah sarang laba-laba di Cara, dan pemandangan indah area persawahan di Nugi , Loro dan sekitarnya, ataupun alasan lain yang bisa diterima oleh pusat, melalui pemerintah terkait, atau langsung ke Presiden.

Penulis: Olizh Jagom