Faktor Penyebab PHK Massal di Dua Pabrik Sepatu Tangerang: Ini Penjelasan Presiden KSPSI

ilustrasi_sepatu_pixabay

GardaNTT.id – PHK massal yang terjadi di dua pabrik sepatu di Tangerang baru-baru ini menjadi sorotan publik. Fenomena ini menggugah perhatian banyak pihak karena tidak hanya berdampak pada pekerja yang kehilangan pekerjaan, tetapi juga mengungkapkan tantangan besar yang dihadapi industri manufaktur di Indonesia, khususnya di sektor tekstil dan sepatu.

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Andi Gani Nena Wea, mengatakan pemutusaan hubungan kerja terhadap ribuan pekerjanya. PHK massal yang terjadi yaitu di PT Adis Dimention Footwear dan PT Victory Ching Luh.

“Saya sudah mendapatkan laporan dari pimpinan SPSI tingkat perusahaan dan terus melaporkan perkembangan perundingan antara serikat pekerja dan perusahaan,” kata Andi Gani, dikutip dari detik.com, Kamis (6/3/2025).

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Banten Septo Kanaldi mengatakan, faktor penyebab PHK massal terjadi.

Septo mengungkapkan bahwa penurunan pesanan dari pemegang merek menjadi penyebab utama yang mendorong kedua perusahaan tersebut untuk mengurangi produksi. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa salah satu perusahaan tersebut sebelumnya memasok beberapa model sepatu untuk merek ternama seperti Nike.

“Order dari pemegang merek yang kurang sehingga mereka tidak mendapatkan order. Tidak mendapatkan order sehingga kan dari order itu mereka akan melakukan PHK,” ungkap Septo.

Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, Septo mengungkapkan bahwa PT Adis Dimension Footwear telah memberhentikan 1.500 karyawan. Sementara itu, PT Victory Ching Luh sedang dalam proses pemutusan hubungan kerja terhadap 2.000 karyawan.

PHK massal di dua pabrik sepatu di Tangerang ini tentu berdampak besar pada kehidupan pekerja yang terdampak. Sebagian dari mereka kehilangan mata pencaharian, sementara yang lainnya harus bersaing untuk mendapatkan pekerjaan baru di tengah kondisi ekonomi yang menantang.

Namun, di sisi lain, fenomena ini juga memberikan gambaran jelas tentang tantangan yang dihadapi industri manufaktur di Indonesia, yang perlu beradaptasi dengan perubahan global dan tren konsumen yang cepat berubah.

Bagi perusahaan, langkah-langkah yang lebih bijak dan berorientasi pada keberlanjutan perlu diterapkan untuk menjaga stabilitas perusahaan dan karyawan. Pemerintah pun perlu berperan dalam memberikan dukungan bagi industri, termasuk dengan menyediakan pelatihan keterampilan bagi tenaga kerja yang terkena PHK agar mereka dapat lebih mudah beradaptasi dengan perkembangan industri dan membuka peluang kerja baru di sektor lainnya.

PHK massal ini menjadi peringatan penting bagi semua pihak untuk lebih hati-hati dalam menghadapi dinamika ekonomi yang terus berubah, agar dampaknya bisa diminimalkan, baik bagi perusahaan maupun para pekerja yang terdampak.

Desa Haju