GardaNTT.id – Puasa adalah salah satu ibadah yang dilakukan umat Muslim selama bulan Ramadan. Selama berpuasa, tubuh tidak menerima makanan dan minuman dari fajar hingga matahari terbenam. Meskipun memberi banyak manfaat, puasa juga dapat memengaruhi kondisi tubuh, salah satunya adalah kadar gula darah.
Gula darah, atau yang sering disebut juga glukosa darah, adalah jumlah glukosa (gula) yang ada dalam darah kita. Glukosa sendiri adalah sumber utama energi bagi tubuh, yang berasal dari makanan yang kita konsumsi, terutama karbohidrat. Setelah makan, tubuh akan memecah makanan menjadi glukosa yang kemudian diserap ke dalam aliran darah.
Melansir Liputan6.com, Jumat (7/3/2025),berikut faktor-faktor yang dapat memengaruhi kenaikan gula darah setelah berbuka puasa:
1. Pola Makan yang Tidak Seimbang
Setelah berpuasa seharian, rasa lapar yang besar sering membuat kita cenderung mengonsumsi makanan berkalori tinggi, manis, dan berlemak. Makanan seperti kurma, kolak, atau minuman manis sering kali menjadi pilihan pertama saat berbuka. Makanan yang tinggi karbohidrat sederhana, seperti gula dan tepung, cepat dicerna dan diserap tubuh, menyebabkan lonjakan kadar gula darah secara mendadak.
Solusi: Untuk mencegah lonjakan gula darah, pilihlah makanan yang mengandung karbohidrat kompleks, seperti nasi merah, roti gandum, atau sayuran yang kaya serat. Kombinasikan dengan protein dan lemak sehat untuk menjaga kestabilan gula darah.
2. Konsumsi Makanan dalam Porsi Besar
Setelah berpuasa seharian, kebiasaan makan dalam porsi besar langsung saat buka puasa juga bisa memengaruhi kadar gula darah. Tubuh yang sudah lama tidak mendapatkan asupan makanan harus bekerja ekstra untuk mencerna makanan dalam jumlah banyak sekaligus, yang dapat menyebabkan peningkatan gula darah yang cepat.
Solusi: Disarankan untuk berbuka dengan makanan ringan terlebih dahulu, seperti kurma dan air putih, untuk mengembalikan kadar gula darah dengan perlahan. Setelah itu, tunggu beberapa saat sebelum makan makanan utama dalam porsi yang lebih kecil.
3. Kandungan Gula dan Karbohidrat dalam Makanan Manis
Makanan manis seperti kolak, es buah, dan minuman manis sering kali menjadi pilihan berbuka. Makanan dan minuman ini mengandung gula sederhana yang cepat diserap tubuh, menyebabkan lonjakan gula darah yang tajam. Gula darah yang tinggi dalam waktu singkat bisa menyebabkan efek negatif, terutama pada orang dengan masalah metabolisme.
Solusi: Kurangi konsumsi makanan atau minuman manis saat berbuka puasa. Sebagai alternatif, konsumsi buah segar yang mengandung fruktosa alami, yang lebih baik bagi tubuh dalam menjaga kestabilan gula darah.
4. Kurangnya Aktivitas Fisik
Selama berpuasa, tubuh cenderung lebih sedikit bergerak karena kekurangan energi. Setelah berbuka, kebanyakan orang tidak langsung beraktivitas fisik, yang menyebabkan penurunan pemanfaatan glukosa oleh otot. Hal ini dapat menyebabkan gula darah tetap tinggi, bahkan setelah makan.
Solusi: Cobalah untuk beraktivitas fisik ringan setelah berbuka, seperti berjalan kaki atau berolahraga ringan. Aktivitas ini dapat membantu tubuh memanfaatkan glukosa lebih efektif dan mengurangi lonjakan gula darah.
5. Kondisi Kesehatan Tertentu (Seperti Diabetes)
Bagi penderita diabetes, kadar gula darah cenderung lebih sulit dikendalikan, bahkan setelah makan makanan sehat sekalipun. Pada penderita diabetes tipe 1 atau tipe 2, pankreas tidak dapat memproduksi atau menggunakan insulin dengan efektif, sehingga gula darah bisa melonjak setelah makan.
Solusi: Bagi penderita diabetes, penting untuk memantau kadar gula darah secara teratur selama bulan Ramadan. Konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk mendapatkan panduan diet yang tepat selama berpuasa. Penggunaan insulin atau obat-obatan juga perlu disesuaikan dengan anjuran medis.
6. Dehidrasi
Puasa yang berlangsung selama 12 hingga 14 jam bisa menyebabkan dehidrasi, terutama jika kita tidak cukup minum saat sahur dan berbuka. Dehidrasi bisa mempengaruhi metabolisme tubuh dan menyebabkan gula darah menjadi lebih tinggi setelah makan. Ketika tubuh kekurangan cairan, ginjal tidak dapat berfungsi optimal dalam mengatur keseimbangan gula darah.
Solusi: Pastikan untuk minum cukup air antara waktu berbuka dan sahur. Disarankan untuk mengonsumsi air putih, bukan minuman manis atau berkafein, karena bisa memperburuk dehidrasi.
7. Stres dan Kurang Tidur
Puasa dan perubahan pola hidup selama bulan Ramadan juga bisa meningkatkan tingkat stres, yang dapat memengaruhi kadar gula darah. Stres mengaktifkan produksi hormon kortisol, yang dapat meningkatkan gula darah. Selain itu, kurang tidur atau tidur yang tidak cukup dapat mengganggu keseimbangan hormon dan berkontribusi pada lonjakan gula darah setelah berbuka.
Solusi: Usahakan untuk tidur cukup selama bulan Ramadan, minimal 7-8 jam per malam. Selain itu, praktikkan teknik manajemen stres, seperti meditasi atau relaksasi, untuk menjaga keseimbangan hormon.
8. Kualitas Makanan yang Dikonsumsi
Selain faktor jenis makanan, kualitas makanan juga mempengaruhi bagaimana tubuh mengolahnya. Makanan yang diproses atau mengandung bahan tambahan seperti pewarna dan pengawet bisa memengaruhi metabolisme tubuh dan meningkatkan gula darah secara signifikan.
Solusi: Pilihlah makanan segar dan alami, seperti sayuran, buah-buahan, dan sumber protein sehat. Hindari makanan olahan yang mengandung banyak bahan kimia tambahan.
Kenaikan gula darah setelah berbuka puasa adalah hal yang bisa dihindari dengan perhatian terhadap pola makan, porsi makanan, jenis makanan, dan aktivitas fisik. Mengelola asupan kalori dan memilih makanan dengan kandungan karbohidrat kompleks dan rendah indeks glikemik adalah langkah penting untuk menjaga kestabilan gula darah.
Selain itu, menjaga tubuh tetap terhidrasi dan mengelola stres juga berperan besar dalam menghindari lonjakan gula darah yang berbahaya. Dengan perhatian yang tepat, puasa dapat dilakukan dengan sehat tanpa khawatir gula darah melonjak.