GardaNTT.id –Megibung merupakan tradisi makan bersama yang berasal dari Bali, Indonesia. Tradisi ini dijalankan oleh masyarakat Bali yang berasal dari wilayah Karangasem dan Klungkung. Megibung diartikan sebagai kebersamaan dalam satu wadah yang terdiri dari beberapa orang.
Tradisi Megibung dijalankan dengan cara makan bersama menggunakan satu piring besar yang diletakkan di tengah-tengah peserta. Masing-masing peserta akan menyantap makanan dengan menggunakan tangan kanan. Tradisi ini juga dilakukan dengan duduk bersila di sekitar piring besar yang telah diisi dengan berbagai macam hidangan.
Di tengah lingkaran yang tak mengenal usia ini terdapat gundukan nasi, berbagai jenis olahan ayam dan telur, sayur urap, dan sambel terasi yang disajikan di atas nampan. Anak-anak tampak makan sesuap demi sesuap dengan tertib, meski makanan di hadapannya cukup menggugah selera usai berpuasa. Sedangkan, para orang dewasa makan sembari diselingi obrolan-obrolan ringan.
Tradisi yang diwariskan secara turun-temurun sejak ratusan tahun lalu ini digelar tiga kali setiap 10 hari selama bulan Ramadhan.
“Kenapa setiap 10 hari sekali, karena Al Quran itu terdiri dari 30 juz. Dibaca setiap malam 3 juz, akhirnya setiap 10 hari sekali kita mengadakan khatam,” kata Haji Padani, tokoh budaya setempat, dikutip dari Kompas Selasa 4/3/2025.
Tradisi megibung ini merupakan bentuk rasa syukur karena sudah khatam atau membaca Al Quran hingga 30 juz selama bulan Ramadhan. Tradisi megibung saat bulan Ramadhan merupakan warisan akulturasi budaya Islam dan Bali sejak Kampung Kepaon terbentuk ratusan tahun silam.
Megibung pada 10 hari pertama disediakan pemaksan kelod atau selatan. Kemudian, pada hari ke-20 oleh pemaksan tengah dan terakhir oleh pemaksan kaja atau utara.
Kampung Islam Kepaon memang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan kampung-kampung muslim lainnya di Bali. Meski kawasan ini ditinggali oleh suku Melayu, Madura dan Bugis, mereka tetap menggunakan bahasa Bali sebagai bahasa kesehariannya.
Masyarakat Kepaon masih menjalin hubungan baik dengan Puri Pemecutan seperti hadirnya warga Kampung Kepaon di undangan upacara-upacara dari Puri Pamecutan. Selain itu, bentuk harmonisasi masyarakat Islam Kepaon dan saudaranya yang beragama Hindu Bali dipraktikkan dalam tradisi Ngejot (memberi makanan) kepada satu sama lain.