GardaNTT.id – Sebuah insiden yang cukup mengejutkan terjadi di Malaysia, melibatkan seorang pria Malaysia yang menampar seorang warga China di sebuah swalayan.
Insiden ini terjadi pada bulan Ramadan dan langsung menjadi perbincangan hangat di media sosial setelah video kejadian tersebut viral.
Peristiwa ini memicu perdebatan soal toleransi antarumat beragama dan etika dalam menjalani ibadah puasa.
Melansir CNN Indonesia, Kamis (20/3/2025), Dalam laporan yang diterbitkan oleh Free Malaysia Today dan dilansir VN Express, warga China bernama Elijah Ling Zhao Zhong menjelaskan melalui unggahannya di X bahwa ia sedang makan di sebuah swalayan ketika seorang pria tua mendekatinya dan meminta untuk melihat kartu identitasnya.
Setelah Elijah menolak untuk menunjukkan kartu identitas, pria tersebut menjadi marah dan menamparnya beberapa kali.
“Meskipun saya bukan Muslim dan saya tidak mengganggunya, dia marah kepada saya dan bertanya mengapa saya makan (di depan umum) selama jam puasa,” tulis korban dalam sebuah unggahan.
Kasus ini sedang dalam proses penyelidikan berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) karena dugaan tindakan “sengaja menyakiti.” Jika terbukti bersalah, pelaku penamparan dapat dijatuhi hukuman penjara hingga satu tahun atau denda maksimal RM2.000, atau keduanya.
Menteri Persatuan Nasional, Datuk Aaron Ago Dagang, mengungkapkan bahwa insiden tersebut merupakan tindakan provokatif yang bertentangan dengan semangat persatuan dan keharmonisan dalam masyarakat Malaysia yang multikultural.
Selama bulan suci Ramadan yang berlangsung dari awal hingga akhir Maret 2025, ibadah puasa wajib dilakukan oleh setiap Muslim dewasa yang tidak mengalami penyakit akut atau kronis.
Insiden ini memunculkan pertanyaan penting tentang toleransi antarumat beragama, khususnya di negara seperti Malaysia yang memiliki keberagaman suku dan agama. Meski Ramadan merupakan bulan yang sangat penting bagi umat Islam, bulan ini juga mengajarkan nilai-nilai kesabaran, penghormatan, dan pengendalian diri.
Oleh karena itu, dalam menjalani Ramadan, sangat penting bagi umat Islam untuk tidak hanya menjaga diri dari makan dan minum, tetapi juga menjaga sikap dan perilaku terhadap sesama, terutama mereka yang tidak berpuasa.
Bulan Ramadan seharusnya menjadi waktu untuk mempererat hubungan antarumat beragama, dengan saling menghormati perbedaan yang ada. Menghargai orang yang tidak berpuasa dengan tidak memaksakan atau mengganggu mereka dalam menjalankan aktivitas sehari-hari adalah bagian dari menghormati kebebasan beragama.
Meskipun demikian, penting juga untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya saling menghargai dan memahami kebiasaan serta keyakinan yang berbeda, tanpa harus menggunakan kekerasan atau cara yang kasar.
Pihak berwenang di Malaysia segera merespons insiden ini. Kepolisian Malaysia dilaporkan sedang melakukan penyelidikan terkait peristiwa tersebut. Jika terbukti adanya tindak kekerasan, pria yang terlibat dalam insiden tersebut dapat dikenakan sanksi hukum sesuai dengan peraturan yang berlaku di negara tersebut.
Lebih dari itu, insiden ini juga menjadi pelajaran bagi kita semua tentang bagaimana pentingnya etika sosial dan tanggung jawab dalam hidup bermasyarakat, terutama dalam hal menjaga toleransi di tengah perbedaan. Bulan Ramadan bukan hanya tentang ibadah pribadi, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa menunjukkan rasa hormat terhadap sesama, terlepas dari agama atau keyakinan mereka.
Insiden pria Malaysia yang menampar warga China di swalayan ini mengingatkan kita semua tentang pentingnya sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan. Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, tetapi juga penuh ujian kesabaran.
Sebagai masyarakat yang majemuk, kita perlu menjaga hubungan baik dengan semua orang, tanpa memandang perbedaan agama atau kepercayaan.
Tindakan kekerasan seperti yang terjadi dalam insiden ini tidak pernah dapat dibenarkan. Sebaliknya, kita seharusnya lebih mengedepankan komunikasi yang baik dan pemahaman terhadap kebiasaan dan keyakinan orang lain, serta berusaha menjaga kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat.
Mari kita jadikan Ramadan sebagai momen untuk mempererat tali persaudaraan dan memperkuat toleransi antarumat beragama.