Belum Ada Perkembangan, Dosis Obat Bagi ODGJ di Desa Golo Lajang Ditingkatkan

Foto: seorang petugas kesehatan dari Puskesmas Compang, Kecamatan Pacar saat memberi obat kepada salah seorang keluarga pasien

Manggarai Barat, GardaNTT.Id – Kondisi pasien ODGJ (Orang Dalam Gangguan Jiwa) di kampung Lesem, Desa Golo Lajang, Kabupaten Manggarai Barat hingga saat ini belum menunjukkan perkembangan.

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Manggarai Barat, Adrianus Ojo saat ditanya GardaNTT pada Rabu, (30/05/2025) melalui pesan WhatsApp.

Kadis Adrianus mengatakan, hal itu diketahui usai pihaknya melakukan pemantauan langsung ke rumah pasien pada tanggal 24 April 2025 lalu.

Dikatakanya, berdasarkan laporan dari jajarannya di Puskesmas Compang, pasien tersebut sudah pernah dilakukan pemantauan sekaligus pemberian obat sebelumnya.

Pemantauan pertama dilakukan pada tanggal 27 Februari 2025 sekaligus pemberian obat. Kemudian pada tanggal 12 Maret 2025, petugas kembali memberi obat untuk jangka waktu 1 bulan.

Namun, pemberian obat tersebut nampaknya belum juga menunjukkan perkembangan positif terhadap pasien. Oleh karena itu, petugas memutuskan untuk meningkatkan dosis pada obat yang diberikan.

“Tanggal 24 April, petugas melakukan kunjungan rumah untuk evaluasi, namun belum ada perkembangan, sehingga dosis obat dinaikkan,” ujarnya.

Diketahui, pasien ODGJ tersebut bernama Patris. Ia terpaksa dipasung oleh keluarga dan warga pada Rabu, (12/02/2025) malam lantaran sempat mengamuk dan nyaris membahayakan warga lain pada saat itu.

Ia dipasung menggunakan dua buah balok berukuran masing-masing 1 meter yang dilubangi pada sisi tengahnya untuk mengunci kedua kakinya.

Berat pasungan itu diperkirakan sekitar 25 kg, yang tidak memungkinkan kedua kakinya dapat bergerak bebas.

Ia sesekali terlihat berteriak dan ngamuk meminta dirinya dibebaskan dari pasungan itu.

Orang tua Patris, Frans Dagut mengatakan, saat ini dirinya masih berupaya agar anak sulungnya itu dipasung dengan cara lain yang lebih manusiawi.

Dirinya sangat berharap ada pihak lain yang bisa membantu untuk mendapatkan pasung alternatif yang sedikit lebih manusiawi.

“Paling susah kalau dia (Patris, red) mau Buang Air Besar dan Buang Air Kecil. Tidak bisa kami angkat karena pasunganya terlalu berat, harus butuh tiga orang. Semoga nanti ada cara lain yang lebih mudah,” keluhnya.

Ia juga mengaku tidak tahu kemana dirinya harus meminta pertolongan.

“Saya ini orang kampung, saya tidak tahu apa-apa,” ujarnya.

Desa Haju Desa Haju
Penulis: Olizh Jagom Editor: Olizh Jagom