Selain itu, Prof. Jhon menyatakan, keberagaman telah dan akan terus dimaknai secara positif di Unika Santu Paulus Ruteng.
“Civitas Academica Unika Santu Paulus Ruteng sangat beragam secara Suku, Ras, Agama dan Golongan. Puji Tuhan, sejauh ini keberagaman SARA yang ada di kampus ini telah dimaknai secara positif dan dipandang sebagai asset yang memperkaya kebersamaan civitas Academica di kampus ini,” tutur Prof. Jhon.
“Dosen, pegawai dan mahasiswa atau keluarga bersar Unika Santu Paulus Ruteng sangat komit dengan NKRI dan sangat setia dengan agamanya masing-masing serta sangat respek dengan perbagai perbedaan Suku, agama, ras dan golongan,” lanjutnya.
Moderasi Beragama Rajut Keberagaman
Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri Irjen. Pol. Drs. Johni Asadoma, S.I.K., M.Hum., dalam penyampaian materinya mengungkapkan, munculnya istilah moderasi beragama pada beberapa tahun belakang ini disebabkan karena muncul kembali paham radikalisme yang dapat menyebabkan konflik antar umat beraga di Indonesia.
“Radikalisme adalah paham keagamaan yang mengacu pada pondasi agama yang sangat mendasar dengan fanatisme yang tinggi dan seringkali menggunakan cara-cara kekerasan,” ungkapnya.
Menurut dia, apabila paham radikal ini dibiarkan berkembang, maka akan membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa bahkan dapat meruntuhkan NKRI.
Oleh karena itu, lanjutnya, perlu dilakukan langkah-langkah preventif agar tidak merugikan bangsa dan negara melalui moderasi beragama.