GardaNTT.id – Para Kardinal Gereja Katolik dari berbagai penjuru dunia tengah bersiap untuk mengikuti proses penting dalam sejarah Gereja Konklaf Pemilihan Paus, yang akan dimulai pada Rabu, 7 Mei 2025 di Roma.
Keputusan pelaksanaan konklaf ini disepakati dalam Kongregasi Umum Kelima yang digelar pada Senin pagi, 28 April 2025, di Aula Sinode Vatikan.
Konklaf kali ini diselenggarakan menyusul wafatnya Paus Fransiskus, yang pada Senin, 21 April 2025, telah berpulang menghadap Sang Pencipta.
Kehilangan ini menjadi duka mendalam bagi umat Katolik sedunia, namun juga membuka lembaran baru dalam sejarah kepausan.
Konklaf di Kapel Sistina Penuh Doa, Hening, dan Misteri
Rangkaian pemilihan akan berlangsung di Kapel Sistina, tempat bersejarah yang menjadi saksi proses-proses pemilihan Paus selama berabad-abad.
Area ini akan ditutup total untuk umum selama konklaf, menandai pentingnya suasana tenang dan penuh refleksi.
Proses dimulai dengan Misa votif Pro Eligendo Papa, perayaan Ekaristi khusus yang dihadiri semua Kardinal pemilih. Pada sore hari yang sama, para Kardinal akan memasuki Kapel Sistina dalam prosesi sakral.
Di dalam sana, mereka akan bersumpah setia dan menjaga kerahasiaan proses, berdasarkan instruksi Universi Dominici Gregis.
Tidak ada komunikasi dengan dunia luar: tidak ada berita, tidak ada telepon, dan tidak ada pesan yang keluar maupun masuk kecuali dalam situasi darurat yang benar-benar luar biasa.
Konklaf dijalankan dalam pengasingan total demi menjaga kemurnian dan kesakralan pemilihan.
Tata Cara Pemungutan Suara
Pemilihan dilakukan secara tertutup dan rahasia. Agar seorang Kardinal terpilih menjadi Paus, ia harus memperoleh mayoritas dua pertiga dari suara para Kardinal yang hadir.
Jika jumlah Kardinal tidak dapat dibagi tiga secara sempurna, maka satu suara tambahan dibutuhkan untuk memenuhi syarat dua pertiga tersebut.
Pada hari pertama, hanya satu putaran pemungutan suara yang dilakukan di sore hari. Hari-hari berikutnya terdiri dari empat putaran: dua di pagi hari dan dua di sore hari. Surat suara kemudian dibakar setelah setiap sesi.
Asap yang muncul dari cerobong Kapel Sistina menjadi tanda bagi dunia: asap hitam berarti belum ada hasil, sementara asap putih menandakan bahwa Paus baru telah terpilih.
Jika setelah tiga hari belum tercapai konsensus, proses akan dihentikan sementara. Para Kardinal diberi satu hari untuk berdoa, merenung, dan berdiskusi secara bebas, dipandu refleksi rohani oleh Kardinal Proto-Diakon, Dominique Mamberti.
Momen Sakral Terpilihnya Paus Baru
Saat akhirnya seorang Kardinal terpilih dan menerima tugas sebagai Paus, Dekan Kolegi Kardinal, Kardinal Giovanni Battista Re, akan menanyakan persetujuan dari sang calon.
Setelah jawaban positif diterima, nama yang dipilih Paus baru dicatat secara resmi oleh notaris dan petugas upacara.
Dengan penerimaan ini, Paus terpilih langsung memegang otoritas penuh atas Gereja Katolik sedunia, dan konklaf resmi dinyatakan berakhir.
Para Kardinal memberikan penghormatan serta menyatakan janji ketaatan mereka kepada pemimpin baru.
Inilah saat yang paling dinantikan umat Katolik di seluruh dunia momen ketika Kardinal Proto Diakon muncul di balkon Basilika Santo Petrus dan mengumumkan:
“Annuntio vobis gaudium magnum; Habemus Papam”,
yang berarti: “Aku memberitakan kepadamu sukacita besar; Kita memiliki seorang Paus.”
Sorak sorai umat yang menanti di Lapangan Santo Petrus pun pecah. Tak lama kemudian, Paus yang baru terpilih memberikan Berkat Apostolik Urbi et Orbi, berkat khusus kepada kota Roma dan seluruh dunia.
Sebagai penutup dari proses ini, Paus juga akan secara resmi mengambil alih Basilika Patriarkal Santo Yohanes Lateran, yang merupakan simbol resminya sebagai Uskup Roma.