Tantangan Kesehatan yang Semakin Mendesak Jumlah Pasien Cuci Darah di Indonesia Meningkat Tajam, Capai 134 Ribu pada 2024

Ilustrasi. Gagal ginjal akut harus menjalani hemodialis atau cuci darah, di Indonesia jumlah pasiennya terus meningkat. (foto bola.com)

GardaNTT.id – Jumlah pasien yang menjalani hemodialisis atau cuci darah di Indonesia terus menunjukkan tren peningkatan yang signifikan. Berdasarkan data terbaru dari BPJS Kesehatan pada 2024, tercatat sebanyak 134.057 pasien yang memerlukan prosedur vital ini. Angka tersebut belum termasuk pasien yang tidak terdaftar dalam program BPJS.

Meningkatnya jumlah pasien cuci darah ini menggambarkan betapa seriusnya masalah kesehatan terkait penyakit ginjal kronis di Indonesia, yang kini menjadi salah satu tantangan besar bagi sistem kesehatan nasional.

Menurut Ketua Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), Dr. Pringgodigdo Nugroho, penyakit ginjal kronik (PGK) sering kali terdeteksi terlambat, bahkan ketika fungsi ginjal sudah menurun lebih dari 90 persen.

“Ginjal memiliki banyak fungsi penting, seperti menyaring toksin, mengontrol tekanan darah, dan menjaga keseimbangan mineral dalam tubuh. Sayangnya, PGK sering kali tidak terdeteksi sampai kondisinya sudah parah,” ungkapnya dalam konferensi pers yang digelar untuk memperingati World Kidney Day pada 12 Maret 2024.

Penyebab utama dari meningkatnya jumlah pasien gagal ginjal, menurut Dr. Pringgodigdo, adalah faktor risiko yang terus berkembang di masyarakat, seperti hipertensi dan diabetes yang semakin meluas. Kedua penyakit ini merupakan pemicu utama bagi kerusakan ginjal yang berujung pada kebutuhan cuci darah.

“Hipertensi dan diabetes adalah dua faktor utama yang menyebabkan gagal ginjal. Selain itu, faktor lainnya seperti penuaan populasi, obesitas, kemiskinan, serta masalah lingkungan turut berkontribusi,” tambahnya, dikutip dari CNN Indonesia Kamis (13/3/2025).

Peningkatan Pasien Gagal Ginjal: Beban Bagi Pasien dan Negara

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan 2018, prevalensi PGK di Indonesia tercatat mencapai 0,38 persen. Sementara itu, data registri PERNEFRI tahun 2022 mencatat jumlah pasien yang menjalani dialisis sebanyak 63.498 orang, dengan prevalensi kumulatif mencapai 158.929.

Tidak hanya menjadi beban bagi pasien dan keluarganya, tingginya angka kasus gagal ginjal juga menjadi tantangan besar bagi negara, terutama dalam hal pembiayaan. Biaya yang dikeluarkan oleh BPJS Kesehatan untuk menangani pasien gagal ginjal diperkirakan terus meningkat, dengan proyeksi anggaran yang melonjak hingga Rp11 triliun pada 2024.

Dr. Pringgodigdo menekankan pentingnya deteksi dini dalam menghadapi fenomena ini. “Mencegah lebih baik daripada mengobati. Jika kita bisa mendeteksi PGK lebih awal, kita dapat memperlambat progresivitasnya dan mencegah pasien jatuh ke tahap gagal ginjal yang memerlukan terapi pengganti ginjal,” jelasnya.

Pentingnya Pemeriksaan Rutin dan Pencegahan Dini

Beberapa kelompok masyarakat memiliki risiko tinggi terhadap PGK, antara lain penderita diabetes, hipertensi, obesitas, penyakit jantung, serta mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ginjal. Selain itu, gangguan ginjal akut, penyakit autoimun, kelainan bawaan pada ginjal, serta paparan lingkungan yang berbahaya juga menjadi faktor risiko yang perlu diwaspadai.

Di negara-negara berpenghasilan rendah, faktor lingkungan seperti paparan panas berlebihan pada pekerja pertanian, pencemaran, hingga infeksi tertentu seperti hepatitis dan HIV juga berperan meningkatkan risiko PGK.

Meningkatnya Prevalensi PGK di Masa Depan

Penyakit ginjal kronik diperkirakan akan menjadi penyakit peringkat kelima terbanyak pada tahun 2040, jika tidak ada upaya pencegahan yang serius. Oleh karena itu, pencegahan PGK melalui deteksi dini dan pengelolaan faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, serta obesitas sangat penting untuk mengurangi angka pasien gagal ginjal yang membutuhkan cuci darah.

Meningkatnya jumlah pasien cuci darah yang kini mencapai 134 ribu orang di Indonesia menjadi peringatan keras bagi kita semua akan pentingnya perhatian terhadap kesehatan ginjal dan perlunya upaya bersama untuk mencegah berkembangnya penyakit ginjal kronis sejak dini.

Desa Haju