Sumba Barat, GardaNTT.id – Yayasan Sudamala Bumi Insani (SBI) melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan English Goes to Kampung (EGK) pada Selasa, (11/03/2025) di Tana Mali Kecamatan Lamboya, Kabupaten Sumba Barat, NTT.
MoU tersebut adalah terkait dukungan yayasan ini dalam pengembangan Sumber Daya masyarakat di Kabupaten Sumba Barat melalui keterampilan berbahasa Inggris.
Penandatanganan MoU itu, juga diikuti dengan pemberian bantuan finansial kepada EGK untuk dua tahun kedepan. Bantuan tersebut tidak hanya untuk mendukung aktivitas utama EGK dalam pengajaran Bahasa Inggris, tetapi juga program turunannya yaitu menangani isu
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang saat ini menjadi salah satu tantangan sosial dan marak terjadi di Sumba.
Mewujudkan Komitmen Nyata bagi Masyarakat Sumba
Yayasan SBI didirikan sebagai perwujudan dari komitmen Sudamala Resorts dalam memberikan dampak yang nyata dan positif bagi komunitas tempatnya beroperasi.
Dengan filosofi bahwa pertumbuhan sektor pariwisata harus berjalan seiring dengan pemberdayaan masyarakat lokal, yayasan
ini berfokus pada empat pilar utama, yakni Sosial & Kemanusiaan, Pendidikan & Ekonomi Produktif, Seni & Budaya, serta Lingkungan Hidup.
Dukungan terhadap EGK adalah bagian dari pilar Pendidikan & Ekonomi Produktif, yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat agar lebih siap menghadapi perubahan sosial dan ekonomi, terutama dalam konteks perkembangan industri pariwisata di Sumba.
Bahasa Inggris dinilai sebagai keterampilan esensial bagi masyarakat di daerah wisata, termasuk Sumba, yang kini semakin berkembang sebagai destinasi unggulan.
Melalui program EGK, Yayasan SBI berharap
dapat membuka lebih banyak peluang bagi masyarakat lokal untuk terlibat aktif dalam sektor pariwisata.
Pendiri Yayasan SBI, Ben Subrata,dalam sambutannya menegaskan bahwa penguasaan Bahasa Inggris adalah langkah
penting dalam mempersiapkan masa depan Sumba. Pembelajaran bahasa Inggris di Sumba, di yakini akan sangat membantu masyarakat dalam beradaptasi dan berpartisipasi dalam perkembangan pariwisata ke depan.
“Dengan keterampilan ini, mereka dapat menjadi pelaku utama dalam industri ini, bukan hanya sebagai
penonton,” ujar Subrata.
Yayasan SBI berpandangan bahwa Sumba, dan NTT secara keseluruhan, harus dibangun dengan mengandalkan potensi pariwisatanya yang sangat menjanjikan.
Oleh karena itu, kata dia, anak-anak Sumba
khususnya, dan NTT pada umumnya, harus dipersiapkan untuk mengisi setiap peluang dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata setempat.
“Program EGK adalah salah satu bentuk program dan langkah nyata untuk mewujudkan hal tersebut. Saatnya anak-anak Sumba dan NTT tidak lagi
menjadi penonton dalam kemajuan pariwisata daerahnya,” ucapnya.
Demikian pula disampaikan Sri Nuka, selaku Ketua Harian Yayasan SBI.
Ia mengatakan, bahwa tanpa keterampilan bahasa, masyarakat lokal akan sulit mendapatkan manfaat optimal dari perkembangan industri ini.
Bahasa Inggris menurut dia, adalah jembatan bagi masyarakat Sumba untuk dapat memetik manfaat dari pariwisata.
“Dengan kemampuan bahasa yang baik, mereka akan lebih percaya diri dalam bekerja, berwirausaha, dan berinteraksi,” kata Sri Nuka.
Sementara itu, Asti Kulla selaku Pendiri Yayasan EGK, menekankan pentingnya pemberdayaan perempuan dan anak perempuan.
Baginya, pemberdayaan perempuan dan anak perempuan melalui kearifan budaya lokal, berpotensi pada kemandirian ekonomi warga, yang dikenal dengan Karaja Sumba, dan menjadi langkah penting untuk
memutus rantai kekerasan terhadap anak dan perempuan.
Dirinya mengklaim, sejak 2015 hingga sekarang, Yayasan EGK Sumba telah menjangkau lebih dari 8.000 anak-anak dan anak muda di pulau Sumba, membantu mereka membangun masa depan yang lebih cerah dan berdaya.
Dukungan Berkelanjutan untuk Masyarakat Sumba
Program English Goes to Kampung telah membuktikan dampaknya dalam meningkatkan keterampilan
bahasa Inggris anak-anak dan pemuda di sejumlah desa.
Dengan dukungan Yayasan SBI, diharapkan
jangkauan program ini semakin luas dan mampu memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat
Sumba.
Sebagai bagian dari komitmen jangka panjang, Yayasan SBI akan terus menjalin kerja sama dan mendukung program-program yang memberikan dampak nyata bagi masyarakat yang sejalan dengan visi yayasan dalam memberdayakan komunitas lokal agar berkembang secara berkelanjutan.
Di ketahui acara penandatanganan MoU tersebut, di saksikan langsung oleh mantan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Sumba periode 2019 – 2024, Lukas Lebu Gallu yang saat ini dirinya berprofesi sebagai advokat. Ia hadir bersama rekan Advokad lainnya mewakili Tokoh Masyarakat untuk mendukung penandatanganan MoU dimaksud.