Gong Pemilu Tahun 2024 sudah berbunyi. Suhu politik mulai memanas. Masing-masing partai politik (Parpol), sibuk dengan konsolidasi organisasinya dalam meraih simpati publik menuju kemenangan. Baik dalam rangka Pemilihan Presiden (PILPRES), Pemilihan Legislatif (PILEG) maupun Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA).
Pemilu Tahun 2024 memiliki sensasi dan warna yang berbeda dengan sebelumnya. Bagaimana tidak, dalam tahun yang sama secara serentak menyelenggarakan PILPRES, PILEG dan PILKADA.
Penyelenggaraan pemilu pada tahun yang sama, maka akan berpengaruh pada komposisi koalisi masing-masing Parpol. Sikap politik Parpol secara nasional dalam membangun koalisi, akan berdampak pada komposisi koalisi di tingkat daerah, baik Provinsi maupun Kabupaten.
Seperti halnya pada koalisi Perubahan dan Perbaikan yang terdiri dari tiga partai yakni: Partai Demokrat, Partai Nasdem dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Ketiga Partai ini sudah membangun koalisi pada tingkat nasional dalam mengusung Anis Baswedan sebagai Calon Presiden. Meskipun sampai hari ini belum ditentukan siapa Calon Wakil Presidenya.
Namun, diberbagai media kita dapat menyaksikan betapa hangatnya hubungan Anis Baswedan dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Kehangatan ini juga kita dapat melihat dari pelaksanaan Dialog Gagasan Anis-AHY yang dilaksanakan kemarin Kamis, 02 Maret 2023. Prihal ini, kita berhenti sejenak di sini.
Kita kembali pada kemungkinan dampak koalisi di tingkat Nasional terhadap koalisi di tingkat daerah. Pertanyaan pentingnya, dalam waktu yang terbatas adakah kemungkinan komposisi koalisi tingkat nasional ini berubah pada komposisi koalisi tingkat daerah? Jawabannya tidak sama sekali. Kecuali Tuhan berkehendak lain. Mengapa? Suhu politik efek Pilpres berpengaruh pada Pilkada.
Lantas, Bagaimana dengan PILKADA Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) Tahun 2024?
Masihkah mungkin Bupati Edistasius Endi, SE. dan Wakil Bupati dr. Yulianus Weng satu perahu? Ingat! Bupati Edistasius Endi adalah ketua DPD Partai Nasdem Kabupaten Manggarai Barat dan Wakil Bupati dr. Yulianus Weng adalah kader Partai Golongan Karya (Golkar). Merujuk pada komposisi koalisi Nasional diatas maka, lahir dua kemungkinan.
Pertama, “kalau pasangan Edi-Weng masih menginginkan satu perahu, maka dr. Weng segera hijrah menuju salah satu dari ketiga Partai dalam koalisi perubahan dan perbaikan. Di sana dibaptiskan sebagai kader partai tersebut”.
Kedua, “jika dunia merumuskan kedua putra terbaik Mabar ini berlayar pada perahu yang berbeda, maka Bupati Edistasius Endi kembali melirik kader satu ranjang koalisinya”. Sebut saja Andi Mama Ketua DPD PKS Kab. Mabar yang juga Anggota DPRD Kab. Mabar periode 2019-2024 atau Rikardus Jani Ketua DPC Partai Demokrat yang juga merupakan Anggota DPRD Kab. Mabar periode 2014-2019 dan 2019-2024.
Bertolak pada koalisi Perubahan dan Perbaikan di atas, maka hal yang sama bisa terjadi pada partai yang lain. Misalnya Koalisi Indonesia Bersatu, yang terdiri dari Partai Golkar, PPP dan PAN akan berlanjut sampai pada perhelatan PILKADA Mabar Tahun 2024. Mungkin saja ini ranjang koalisinya dr. Yulianus Weng. Siapa yang mendampinginya? Pendampingnya adalah rahasia Tuhan.
Semua kemungkinan diatas tentunya tidak menutupi adanya kemungkinan yang lain, termasuk terjadinya perubahan komposisi koalisi di tingkat daerah. Sebab, politik tidak pernah merumuskan keabadian dan yang abadi hanyalah perubahan itu sendiri. (BY)