Viral! Lelucon Mokel Membatalkan Puasa Menggemparkan Media Sosial

ilustrasi mokel di bulan ramadhan

GardaNTT.id – Belakangan ini, media sosial dihebohkan dengan lelucon yang cukup kontroversial dan memicu perdebatan, yakni mokel.

Istilah ini merujuk pada sebuah lelucon yang mengklaim dapat membatalkan puasa seseorang, dan entah bagaimana, fenomena ini menjadi viral di berbagai platform media sosial.

Meski tampak lucu, lelucon mokel ini membawa dampak yang cukup besar, membuat banyak orang bertanya-tanya, apakah ini hanya lelucon, atau ada dampak serius dari praktik ini?

Melansir CNN Indonesia, Kamis (20/3/2025), Mokel adalah istilah yang berasal dari bahasa Jawa, terutama dari daerah Jawa Timur, yang berarti “membatalkan” atau “tidak melanjutkan”. Dalam konteks puasa Ramadan, mokel merujuk pada tindakan membatalkan puasa sebelum waktunya, biasanya dengan cara makan atau minum secara diam-diam atau dengan sengaja.

Meskipun istilah mokel tidak tercatat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata ini cukup populer di kalangan masyarakat, terutama di kalangan generasi muda.

Selain mokel, ada pula istilah lain yang memiliki makna serupa di berbagai daerah di Indonesia. Misalnya, dalam bahasa Sunda, ada istilah “godin” yang juga merujuk pada tindakan membatalkan puasa sebelum waktunya.

Ada pula istilah “mokah” dan “budim” (buka diam-diam) yang digunakan untuk menggambarkan perilaku serupa.

Beberapa pengguna media sosial memanfaatkan istilah mokel ini untuk membuat konten kreatif yang mengundang tawa. Namun, tak sedikit pula yang merasa bahwa lelucon semacam ini bisa saja mengganggu kekhusyukan beribadah, terutama bagi mereka yang berpuasa dengan sungguh-sungguh.

Lelucon ini, yang pada dasarnya hanya dimaksudkan untuk menghibur, juga dapat dianggap tidak sensitif bagi sebagian orang yang lebih menjaga nilai-nilai keagamaan selama bulan Ramadan.

Fenomena lelucon semacam ini pun memunculkan beragam reaksi. Sebagian orang menyambutnya dengan tertawa dan menganggapnya sebagai bagian dari hiburan ringan, sementara yang lain merasa bahwa ini bisa memperburuk citra puasa di mata khalayak, mengingat banyaknya orang yang belum memahami betul bagaimana seharusnya menjalani ibadah puasa dengan baik dan benar.

Sosial media memang selalu menjadi tempat di mana tren viral berkembang dengan cepat, dan mokel tidak terkecuali. Dalam waktu singkat, kata mokel dan berbagai variasinya menyebar di platform-platform seperti Twitter, Instagram, dan TikTok.

Bahkan beberapa selebritas dan influencer ikut berpartisipasi dalam membuat konten yang mengandung unsur humor tentang puasa. Video-video tersebut seringkali mengundang beragam reaksi dari warganet, baik yang menganggapnya lucu maupun yang merasa kurang nyaman dengan konsep tersebut.

Namun, di balik humor tersebut, muncul perdebatan lebih serius tentang pentingnya menjaga nilai-nilai keagamaan di bulan Ramadan. Beberapa pengguna media sosial mengingatkan bahwa meskipun lelucon dapat menjadi hiburan, perlu diingat bahwa Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, dan umat Islam sebaiknya tetap menjaga kekhusyukan dalam beribadah.

Meskipun lelucon tentang mokel ini menghibur banyak orang, penting untuk tidak melupakan makna sebenarnya dari puasa. Ibadah puasa adalah momen spiritual yang seharusnya dijalani dengan penuh penghormatan dan keseriusan. Lelucon semacam ini, jika tidak direspons dengan bijak, bisa menciptakan kesalahpahaman atau memicu rasa tidak hormat terhadap ibadah yang dilakukan.

Bagi mereka yang mungkin terpengaruh atau merasa bingung tentang dampak dari lelucon seperti ini, sangat penting untuk selalu mencari penjelasan yang lebih jelas mengenai hukum-hukum agama terkait puasa. Menjaga kualitas ibadah puasa dengan penuh perhatian dan kesungguhan menjadi hal utama yang perlu ditekankan di tengah fenomena viral ini.

Lelucon mokel yang viral ini memang menggemparkan media sosial, tetapi juga memunculkan banyak pertanyaan seputar bagaimana kita menyikapi fenomena humor yang berhubungan dengan ibadah. Di satu sisi, lelucon ini bisa menjadi hiburan, tetapi di sisi lain, kita perlu menjaga agar kebiasaan berpuasa tetap dijalani dengan keseriusan dan pengertian yang benar.

Seperti halnya humor lainnya, penting untuk tidak berlebihan dalam mengonsumsinya dan selalu mengingat tujuan dan makna ibadah puasa yang sesungguhnya.

Mari kita jaga kebersamaan dan kesucian bulan Ramadan dengan penuh kesadaran, sambil tetap menikmati hiburan yang tidak mengurangi kekhidmatan ibadah.

Desa Haju