Manggarai.GardaNTT.id – Lebih dari sekadar satu rangkaian keterampilan, analisis adalah kerangka pikiran dan sikap terhadap pengalaman. Semacam pekerjaan detektif yang biasanya mengejar sesuatu yang membingungkan, sesuatu yang ingin anda pahami daripada sesuatu yang sudah anda yakini memiliki jawabannya.
Demikian paparan Dr. Maksimus Regus, M.Si, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unika Santu Paulus Ruteng dalam presentasi materi pada kegiatan Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa (LKMM) Tahun Akademik 2021/2022 yang diselenggarakan Bidang Kemahasiswaan Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng, Sabtu, (11/9/2021).
Dalam makalahnya berjudul “Analisis Sosial, Pengantar Singkat,” Pria yang akrab disapa Romo Max itu mengatakan, Analisis Sosial (Ansos: red.) dibentangkan sebagai satu metodologi praktis yang bisa kita gunakan untuk memahami situasi masyarakat (organisasi) secara lebih mendalam dalam terang kerangka, semangat, dan visi sosial.
“Ansos adalah usaha untuk menganalisis suatu keadaan atau masalah sosial secara objektif (sebenarnya); alat dasar dan bantu dalam usaha kita untuk menempatkan dan memahami suatu masalah; dan ansos diarahkan untuk mendapatkan gambaran lengkap mengenai situasi sosial dengan menelaah kaitan-kaitan historis (sejarah), struktur (susunan), dan konsekuensi (akibat) masalah,” ungkapnya.
Romo Max juga menjelaskan fungsi analisis sosial sebagai alat.
“Ansos tidak mungkin menjelaskan realitas secara “absolut dan universal”, analisis senantiasa dibatasi: perspektif (teori), rentang waktu, kaitan struktur ruang, karenanya kekuatan ansos pada: “konteks dan rumusan masalah”, tidak ada pretensi generalisasi empirik (relatif), membuka diri atas kritik (sifat inklusif dalam analisis dan interpretasi), dan analisis sosial bukan “menjadi segalanya” dalam menjawab masalah,” jelas Rohaniwan Keuskupan Ruteng itu.
Menurutnya, seseorang memiliki keterampilan-keterampilan analisis ketika ia memahami situasi sosial yang bersumber dari pengalaman historis, fenomena sosial, data dan statistik, teks-teks visual, juga teks-teks sosial, sastra, dan budaya. Proses analisis sosial pun melalui unsur analisis, deskripsi, konversi, dan kesimpulan.
Lebih lanjut, alumnus jurusan Social Science and Humanities University of Tilburg Belanda ini menggugah pemikiran mahasiswa, peserta LKMM dengan paparan arah masa depan dengan pertanyaan-pertanyaan.
“Mahasiswa diberi latihan futuristik futuristik membayangkan “skenario” memberi kita wawasan tentang dinamika apa yang sebenarnya terjadi sekarang. Tren apa yang paling signifikan yang terungkap dalam situasi saat ini? Apa yang bisa kita “ekstrapolasi” (yaitu, proyek dengan kesimpulan) dari adegan saat ini? Jika hal-hal berjalan di masa depan seperti sekarang, bagaimana situasi dalam sepuluh tahun? Apa sumber kreativitas dan harapan untuk masa depan dalam situasi sekarang,” paparnya.
Di akhir penjelasannya, Romo Max mengatakan, bahwa kita harus memprioritaskan atau memberi peringkat dalam setiap kategori analitis (sejarah, struktur, nilai, arah) faktor paling signifikan yang memengaruhi situasi.
Angel Delvina, seorang peserta LKMM saat ditemui GardaNTT.id mengungkapkan kepuasannya atas pemaparan materi Analisis Sosial.
“Saya merasa senang dan puas bisa mendapatkan ilmu dari pemateri Romo Max (sapaan untuk Dr. Maksimus Regus: red). Padahal materi ini bisa dibilang sulit dipahami. Tetapi karena penyampaian dan penjelasan yang sederhana sehingga kami sangat memahami,” ungkap ketua UKM Literasi Sastra ini.
Dalam sesi diskusi dan tanya jawab, peserta LKMM diberi kesempatan untuk membangun diskusi tentang realitas yang dipaparkan dalam pertanyaan-pertanyaan di atas. Mahasiswa sangat pro aktif membangun gagasan dan pemaparan mereka.