Peluang dan Tantangan Kurikulum Merdeka di Kabupaten Manggarai

Processed with VSCO with preset

GardaNTT.id-Perhatian terhadap bidang pendidikan semakin besar menyongsong Indonesia Emas 2045. Untuk mencapainya, diperlukan transformasi pendidikan yang membutuhkan komitmen seluruh elemen pendidikan.

Transformasi pendidikan di Indonesia dimulai dengan perubahan kurikulum yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan peserta didik. Untuk menjawab tuntutan tersebut, Kemendikbudristek menghadirkan Kurikulum Merdeka.

Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang dilandasi oleh pemikiran Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Pendekatan Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka menekankan pada kebutuhan dan kesiapan belajar peserta didik, pembelajaran berbasis digital, serta kompetensi literasi dan numerasi .

Kemajuan teknologi berpengaruh pada paradigma pendidikan yang menuntut adanya adopsi teknologi dalam pembelajaran. Pembelajaran berbasis digital dan teknologi membawa perubahan positif dalam pendidikan dengan memberikan peluang meningkatkan kualitas pembelajaran, memperkaya pengalaman belajar peserta didik, dan membantu menyiapkan peserta didik menghadapi dunia yang semakin terhubung dengan teknologi.

Selain itu, tantangan yang semakin besar dan masalah yang kompleks menuntut adanya kemampuan literasi. Ditengah informasi yang membanjiri masyarakat sangat dibutuhkan sikap selektif untuk menyaring berbagai informasi hoax.

Pembelajaran sesuai kesiapan belajar peserta didik meningkatkan partisipasi peserta didik melalui ekplorasi materi secara mendalam sehingga menjadi pembelajar mandiri.

Kurikulum Merdeka sebagai upaya mengatasi krisis pembelajaran di Indonesia mengalami berbagai hambatan dalam implementasinya. Tantangan dan hambatan di setiap daerah berbeda-beda, termasuk di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.

Tantangan seperti rendahnya minat baca, pola pikir yang tidak berkembang, dan infrastruktur yang tidak merata menjadi penyebab lambannya proses adaptasi penerapan Kurikulum Merdeka.

Minimnya kesiapan kepala sekolah dan guru disebabkan oleh rendahnya minat membaca. Minat baca yang rendah membuat satuan pendidikan buta pengetahuan tentang Kurikulum Merdeka. Padahal materi terkait Kurikulum Merdeka bertebaran di internet.

Pola pikir yang tidak berkembang turut mempengaruhi lambannya proses adaptasi penerapan Kurikulum Merdeka. Satuan pendidikan hanya mengharapkan sosialisasi dari pemangku kepentingan tanpa berhasrat memuaskan rasa ingin tahunya.

Selain itu, jaringan internet yang tidak merata menghambat penerapan Kurikulum Merdeka yang menekankan pembelajaran berbasis digital dan teknologi.

Menurut Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Manggarai sebanyak 41 Sekolah Dasar (SD) dari total 256 sekolah belum memiliki akses internet. Hal ini menyebabkan satuan pendidikan kesulitan mengembangkan pembelajaran berbasis digital dan teknologi.

Bagaimana penerapan Kurikulum Merdeka di Kabupaten Manggarai sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran dan pendidikan?

Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka

Ada beberapa strategi Penerapan Kurikulum Merdeka yang bisa lakukan:

Pertama, Memiliki Growth Mindset. Komitmen untuk melakukan perubahan positif harus dimulai dengan perubahan pola pikir. Menurut Carol S. Dweck, seorang psikologi dari Stanford University, terdapat dua pola pikir manusia yaitu, growth mindset dan fixed mindset.

Growth mindset dapat diartikan sebagai pola pikir seseorang yang memahami bahwa kemampuan atau bakat merupakan sebuah permulaan. Mereka percaya bahwa kemampuan dan bakat tersebut dapat terus berkembang dengan kerja keras dedikasi.

Sedangkan fixed mindset merupakan pola pikir tetap, meyakini jika bakat adalah hal mutlak sehingga kemampuan pada diri seseorang tidak mampu dikembangkan atau diubah lagi.

Seorang guru yang memiliki growth mindset cendrung melihat tantangan sebagai peluang, terbuka terhadap perubahan dan pengembangan diri.

Pola pikir berkembang akan membuat guru mudah beradaptasi dengan perubahan kurikulum serta berusaha meningkatkan kompetensi mengajar selaras dengan kebutuhan peserta didik.

Kedua, Literasi. Literasi membaca sangat penting bagi kepala sekolah dan guru untuk memahami berbagai tahapan implementasi Kurikulum Merdeka. Dengan akses informasi yang mudah, kepala sekolah dan guru bisa membaca materi dari berbagai platform digital, salah satunya Platform Merdeka Mengajar. Platfrom ini disediakan oleh Kemendikbudristek untuk membantu satuan pendidikan memahami berbagai asesmen dan pembelajaran, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, dan prinsip-prinsip kurikulum operasional.

Ketiga, Kolaborasi.Untuk menjalin kolaborasi dengan pihak lain diperlukan pikiran terbuka dari satuan pendidikan untuk meningkatkan kompetensi guru.

Kolaborasi antara satuan pendidikan sangat membantu dalam proses penerapan Kurikulum Merdeka. Bagi sekolah yang masih dalam tahap awal perlu berkolaborasi dengan sekolah yang sudah terlebih dahulu menjalankan Kurikulum Merdeka.

Kolaborasi ini bertujuan memberikan gambaran kepada sekolah yang masih berada dalam tahap awal terkait struktur Kurikulum Merdeka dan gambaran kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.

Keempat, Kurikulum Berbasis Kearifan Lokal. Diperlukan Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan untuk memandu satuan pendidikan dalam mengorganisasikan kegiatan sekolah.

Kurikulum operasional memuat kareteristik lingkungan sekolah, kareteristik wilayah, dan kareteristik peserta didik. Ini bertujuan agar guru dapat merancang pembelajaran sesuai yang sesuai kareteristik peserta didik dan kesiapan belajarnya.

Selain itu, kurikulum operasional juga membantu satuan pendidikan melaksanakan kegiatan Projek berdasarkan isu atau masalah yang kontekstual di wilayah tersebut.

Kelima, Melibatkan Masyarakat. Keterlibatan orang tua dalam mendukung penerapan Kurikulum Merdeka bertujuan untuk memberikan pencerahan manfaat yang diperoleh dari Kurikulum Merdeka. Komunikasi antara sekolah dan orang tua berdampak positif terhadap perkembangan belajar peserta didik.

Penulis: Yohanes Satrio Panggut (Guru SMAS Santu Thomas Aquinas)