Berimbang, Tegas, Akurat
Indeks

Kisah Ceki Rutung

Penulis: Maria Rozari Wulandari Jenarut

Alkisah diceritakan tentang satu keturunan disebuah daerah yang berada di NTT, kisah ini menceritakan tentang suatu keturunan yaitu keturunan ‘Paupalo’ yang yang tinggal di Manggarai. Keturunan paupalo adalah keturunan yang cukup besar yang berada di kampung kecil di Manggarai tepatnya Nekang yang merupakan kampung yang dalam sejarah dikatakan sebagai tempat sampah atau kampung yang awalnya sebagai tempat pelihara ternak. Keturunan paupalo merupakan keturunan dari suku Minangkabau (Sumatra barat). Awalnya orang Minangkabau adalah orang – orang yang tinggal secara nomanen atau mereka tinggal secara berpindah pindah dan bermata pencaharian sebagai petani.

Selama menetap dalam tempat yang tidak menentu orang- orang Minangkabau masih belum bisa menemukan tempat yang cocok untuk mereka tinggal. Selama hidup dalam tempat yang tidak menentu , Orang orang Minangkabau begitu tersiksa hal ini banyak dibuktikan banyak orang yang meninggal. Seiring berjalannya waktu orang-orang Minangkabau ini tidak bisa menemukan tempat tinggal mereka dan bahkan mereka terjebak dalam sebuah tempat yang dimana tempat tersebut tidak bisa memberikan mereka makanan. Hal ini membuat orang Minangkabau sangat tersiksa dan kelaparan. Hal inilah yang membuat mereka mencari cara lain untuk mendapatkan makanan bukan hanya dari hasil bercocok tanam saja, melainkan mereka berusaha mencari cara lain dengan mencari hewan untuk dimakan. dan mereka mencoba untuk membuat suatu jebakan dari dedaunan yang bisa membantu mereka dalam mendapatkan hewan yang bisa dimakan bersama –sama.

Suatu ketika orang orang minangkabau menemukan beberapa ekor Rutung yang terjebak dalam sebuah jebakan yang telah dibuat oran- orang Minangkabau. Warga Minangkabau sangat senang dengan hal ini karena mereka menganggap mereka akan berpesta karena bisa memakan makanan enak hari itu apalagi yang mereka temukan adalah beberapa ekor rutung yang sangat besar dan banyak jumlahya. Orang-orang suku Minangkabau merasa sangat bahagia karena akhirnya setelah sekian lama mereka mendapat bencana kelaparan dan sekarang akan memakan daging dalam jumlah yang besar. Namun ketika ingin menangakap rutung- rutung tersebut, mereka sangat terkejut dan keheranan karena ternyata rutung yang mereka lihat bisa berbicara dan rutung tersebut meminta agar dia tidak ditangkap ataupun dimakan dan berjanji jika rutung –rutung dibebaskan mereka akan memberikan imbalan. Melihat rutung yang bisa bicara mereka yakin bahwa rutung- rutung itu bukanlah hewan biasa. Lalu orang- orang suku Minangkabau bertanya kepada rutung tersebut
“Apa yang akan kau berikan kepada kami jika kami tidak memakanmu?”
rutung-rutung tersebut menjawab “ jika kalian tidak menangkap kami ataupun memakan kami, kami akan membawa suku Minangkabau ke tempat yang subur dan bisa untuk ditempati “.
Mendengar hal yang dikatakan rutung tersebut orang-orang dalam suku Minangkabau. Setuju dengan apa yang dikatakan Rutung-rutung tersebut.
Akhirnya rutung-rutung tersebut tidak jadi untuk dimakan. Dan selama perjalan mencari tempat tinggal Rutung membimbing mereka mencari tempat yang layak untuk ditinggali orang – orang Minangkabau, tempat yang dimana orang-orang Minangkabau bisa hidup dengan baik dengan cara bercocok tananam. Setelah beberapa lama orang – orang Minangkabau tiba di tempat yang ditunjukan rutung tersebut dan hidup ditempat yang bernama Ruteng Pu’u.
Ruteng Pu’u adalah tempat yang dimana dipercaya sebagai pusat dari kebudayaan ataupun keturunan Manggarai.

Setelah sampai di ruteng Pu’u mereka mendapatkan hidup yang baik dan tinggal secara permanen di Ruteng. Suku Minangkabau dan Rutung pun hidup berdampingan dan membuat perjanjanjian bahwa keturunan mereka tidak akan memakan Rutung. Karena Rutung dianggap sebagai leluhur yang sangat berjasa bagi kehidupan orang Manggarai atau keturunan minangkabau , dan apabila suku atau keturunan tersebut memakan Rutung maka mereka akan mendapatkan sanksi seperti sakit seperti gatal (ruci) dan bahkan akan menjadi orang yang bodoh ( ata bapa) dan cacat. Keturuna paupalo juga termasuk keturunan Minangkabau dan tidak boleh memakan Rutung.