Oleh: ROFIN NENGGOR
Perspektif Iman Kristiani Tentang Martabat Manusia
Iman kristiani meyakini bahwasannya manusia adalah ciptaan Allah yang paling tinggi derajatnya di antara ciptaan Allah yang lain. Hal ini didasari karena manusia diciptakan menurut rupa dan gambar Allah sendiri (bdk. Kej 1 :26-27). Alasan lain yang membuat derajat manusia menjadi yang paling tinggi jika dibandingkan dengan ciptaan yang lain juga karena kekhasan yang hanya ada pada manusia itu sendiri.
Kekhasan itu adalah anugerah akal budi dan hati nurani yang hanya dimiliki oleh manusia sendiri. Akal budi dan hati nurani pada manusia memiliki fungsi dan tugas untuk dapat membedakan hal-hal yang baik dari yang buruk, serta untuk memberikan pertimbangan kepada manusia tentang hal yang boleh dan tidak untuk dilakukan. Perspektif iman Kristiani menekankan bahwa kehidupan adalah anugerah dari Tuhan dan merupakan hak milik-Nya semata.
Hal ini dapat diinterpretasikan dari kutipan ayat Alkitab, salah satunya dari kisah perjanjian lama, kitab Kejadian 2:27, dimana Allah menciptakan manusia dengan meniupkan nafas kehidupan kehidupan ke dalamnya. Oleh karena itu, mengakhiri secara sengaja atau sukarela dianggap sebagai campur tangan manusia dalam keputusan Tuhan. Iman Kristiani juga mengajarkan betapa pentingnya belas kasihan bagi sesama yang menderita. Dalam banyak peristiwa, Kitab Suci kerap kali mengisahkan bagaimana Yesus Kristus memberikan penghormatan yang tertinggi terhadap derajat manusia.
Yesus tidak memandang manusia hanya dari latar belakangnya saja seperti identitas dan harta yang dimilikinya. Yesus dalam keseharia-Nya yang sederhana senantiasa memandang bahwa manusia itu sederajat di mata Allah. Lain halnya dengan orang Yahudi zaman Yesus yang sering membuat semacam sekat dan jurang pemisah antara mereka dengan dengan kelompok yang lain, seperti orang-orang Samaria yang dianggap bahwa mereka adalah ras yang terburuk (bdk Yoh 8:4). Beda halnya dengan orang-orang Yahudi, Yesus sendiri datang untuk merobohkan tembok pemisah itu dan merangkul bukan hanya orang Samaria saja tapi semua umat manusia.
Apakah Tindakan Bunuh Diri Sebagai Tanda Kemerosotan Moral Manusia?
Kenyataan yang tampak sekarang justru sangat memprihatinkan. Banyak kasus yang sering terjadi sekarang dimana manusia sendiri yang justru merusak martabatnya sendiri dengan mengakhiri hidupnya (bunuh diri), dengan berbagai alasan yang sebenarnya dengan alasan apapun sama sekali tidak dibenarkan atas nama agama dan hukum. Fenomena kasus bunuh diri, akhir-akhir ini memang menjadi hal yang sangat aktual yang menimpa bukan saja remaja tetapi juga orang dewasa.
Berkaca pada sering terjadinya kasus bunuh diri ini memunculkan pertanyaan-pertanyaan berikut: pertama, apakah manusia sedang mengalami degradasi dan kemerosotan moral?, bagaimana tanggapan iman Kristen tentang hal ini?.
Data Angka Kasus Bunuh Diri Di Indonesia Tahun 2023-2024
Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas, kita telah terlebih dahulu kira-kira seberapa signifikan peningkatan kasus bunuh diri yang terjadi.
Dilansir dari https://www.kompas.id.com, Pusat Informasi Kriminal Nasional Polri mencatat, sejak 1 Januari sampai 15 Desember 2023, angka bunuh diri di Indonesia mencapai 1.226 jiwa. Bila dirata-rata, setidaknya ada 3 orang melakukan bunuh diri setiap harinya (Purwanto Antonius, 2024). Sedang pada tahun 2024, data menunjukan sebanyak 852 orang nekat mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri selama tahun 2024.
Pelaku bunuh diri paling banyak berusia 26 sampai 45 tahun yaitu 263 kasus. Mirisnya, jumlah pelaku bunuh diri berusia kurang dari 17 tahun lebih banyak dari pada pelaku berusia 17 sampai 25 tahun (Pusiknas Polri, 2024). Tahun 2024 saja masih tersisa kurang lebih 3 bulan, jadi sangat mungkin apabila nantinya jumlah kasus ini terus meningkat sampai akhir Desember 2024 mendatang. Kenyataan ini tentu sungguh memprihatinkan karena banyaknya terus meningkatnya kasus bunuh diri ini.
Faktor Penyebab Atau Pendorong Tindakan Bunuh Diri
Ada banyak hal yang dapat menjadi faktor pendorong terjadinya kasus bunuh diri, dikutip dari www.klikdokter.com, setidaknya ada beberapa penyebab seseorang berkeinginan untuk melakukan bunuh diri (Pragastiwi Bunga, 2024).
1. Depresi
Salah satu hal yang yang paling umum menjadi alasan seseorang untuk melakukan bunuh diri adalah karena mengalami depresi berat. Ketika sedang mengalami depresi, seseorang cenderung akan mengalami sebuah perasaan emosional yang bergejolak dan sulit untuk bisa dikontrol dan membuat orang yang mengalaminya seperti kehilangan harapan.
2. Menderita Skizofrenia
Sebuah studi yang dilakukan di Journal of the American Medical Association Psychiatry menyatakan bahwa penderita skizofrenia usia 18-34 tahun memiliki resiko bunuh diri yang tinggi. Gangguan mental ini membuat seseorang mengalami kesulitan membedakan mana nyata dan mana yang tidak nyata. Hal ini membuat orang mengalami gangguan mental ini akan sulit berpikir jernih, memiliki respon emosional yang normal, dan bertindak secara normal dalam situasi tertentu.
3. Stres Traumatis
Seseorang yang pernah mengalami sebuah pengalaman yang mengakibatkan trauma yang mendalam atau traumatis seperti pelecehan dan kekerasan memiliki resiko besar untuk melakukan bunuh diri.
4. Putus Asa
Ketika seseorang yang mengalami kehilangan semua harapan dan tidak mampu untuk mengubahnya, hal-hal baik hidup akan terlupakan dan yang muncul adalah keinginan untuk bunuh diri selalu muncul.
Pandangan Iman Kristiani Tentang Kasus Bunuh Diri
Dalam Kitab Suci, hidup manusia digambarkan sebagai sebuah hal yang suci atau sakral. Hidup manusia itu mahal karena dibeli dengan darah Yesus Kristus sendiri. dalam Kitab Suci juga jelaskan bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang paling mulia dan tinggi derajatnya di antara ciptaan Allah yang lain. Nyawa manusia sangatlah berharga dan tidak ada satupun yang dapat menggantikannya (Bdk. Mrk. 8:37).
Hidup manusia yang fana menunjuk pada hidup dalam perjumpaan dengan Tuhan, setelah ia melewati hidup yang fana ini. kesatuan dengan Tuhan dalam perjumpaan pribadi memberikan kepada manusia suatu martabat yang membuat masa sekarang ini berharga dan suci. Dalam 1 Korintus 6:19-20, dijelaskan bahwa tubuh adalah bait Roh Kudus, sehingga tanggung jawab untuk menjaga dan menghormatinya menjadi prinsip yang penting dalam konteks ini.
Jadi, ketika manusia mengakhiri hidupnya secara sengaja dan sukarela, maka ia mencederai martabat manusia sebagai bait Roh Kudus, seperti yang termuat dalam 1 Korintus 6:19-20. Salah satu perspektif iman Kristen tentang bunuh diri uga dianggap sebagai tindakan yang secara implisit menyangkal kedaulatan Allah. Hal dapat terjadi sebagaimana yang sudah elaskan sebelumnya bahwa kehidupan manusia merupakan anugerah dari Allah, dan hanya Allah sendiri yang memiliki otoritas penuh untuk mengakhirinya juga.
Dalam suatu kesempatan saat kelas kuliah, kami melakukan sebuah diskusi terkait permasalah bunuh diri dan orang-orang yang melakukannya bersama Dr. Fidelis Den S. Fil., M.Th. Dalam forum diskusi itu kami menyepakati sebuah hal dasar atau utama bahwa manusia adalah ciptaan Allah, dengan demikian berarti Allah sendiri yang memegang otoritas penuh untuk mengakhiri ciptaannya sendiri. Jadi ketika ada orang yang melakukan tindakan bunuh diri, berarti secara tidak langsung ia telah merampas apa yang menjadi otoritas penuh Allah dan dengan demikian ia telah berdosa terhadap Allah.
Kesimpulan
Pada intinya bunuh diri bukan saja kejahatan terhadap diri sendiri, melainkan kejahatan terhadap Allah sebagai sang pencipta dan juga seluruh alam semesta. Sebenarnya bunuh diri dapat dihindari ketika seseorang memiliki kedekatan religius yang intim dengan Tuhan sebagai penciptanya. Ketika kita memiliki kedekatan religius yang baik dengan Allah, maka ketika kita mengalami sebuah masalah kita akan menyikapinya dengan bijak dan dengan penuh iman sambil berserah diri kepada-Nya.
Sebaliknya ketika kita terlampau jauh dari Allah, maka ketika menghadapi suatu masalah, kita cenderung akan mengambil hal-hal singkat untuk mengakhiri masalah tersebut dan salah satunya adalah dengan bunuh diri. Maka salah satu hal yang bisa dilakukan untuk mencegah dan meminimalisir tindakan bunuh diri adalah dengan berusaha untuk membangun kedekatan religius yang intim dengan Allah sebagai sang pencipta dan jalan keluar dari semua persoalan, dengan rajin berdoa dan berserah kedalam rencana Allah sendiri.***