Lebih lanjut, Alumnus Jurusan Social Science and Humanities University of Tilburg Belanda ini menggugah pemikiran peserta seminar dengan dua persoalan krusial yang sedang menghantui umat manusia sejagat dalam bentuk pertanyaan retoris bahwa karena situasi pandemik Covid-19 belum dapat dipastikan ujungnya maka (1) apakah manusia perlu menjaga keselamatannya dengan menjauhi satu sama lain? dan (2) bisakah manusia memperluas interkoneksinya sebagai sumber kekuatan dalam menghadapi perubahan cepat di masa pandemik ini?
Beliau juga mengatakan bahwa sektor pendidikan dan humaniora adalah dua dari sekian banyak bidang yang sangat terdampak oleh pandemik Covid-19.
“Bidang pendidikan dan humaniora khususnya sangat terdampak akibat pandemik Covid-19. Tugas kita tidak hanya membangun kembali semua sistem yang terhubung, tetapi juga membentuk kembali struktur (dan budaya) proses pembelajaran dan penelitian, serta menjaga hubungan antarpraktisi terkait,” tegas Rohaniwan Keuskupan Ruteng itu.
Menurutnya, rasionalitas instrumental dari teknologi telah mereduksi manusia menjadi manusia satu dimensi (one-man dimensional) sebagaimana dikemukakan oleh Herbert Marcuse, di mana seluruh aspek kehidupan manusia seperti seni, agama, ilmu pengetahuan, dan bahasa direduksi maknyanya menjadi sebatas kontrol teknis. Inilah salah satu keterbatasan dari era digital ini.
Mengutip George Couros, dosen yang juga kolumnis sejumlah media nasional ini mengatakan bahwa teknologi tidak akan menggantikan pendidik yang hebat, tetapi di tangan pendidik yang hebat, teknologi bisa menjadi sarana transformasional.