Selayang Pandang Tentang Orang Samaria
Dalam konteks sejarah manusia, menarik untuk membahas sosok-sosk yang telah melampaui diri dan hadir dalam diri sesamanya. Orang Samaria yang baik hati. Sosok ini sangat jelas diceritakan dalam kisah naratif oleh penginjil Lukas 10: 25-37. Telah eksegetis yelah menjelaskan kenyataan historis yang membelah bangsa Yahudi dan orang Samaria. Jelas bahwa Samaria memiliki ikatan etnis dengan bangsa Yahudi. Namun, oleh karena penjajahan bangsa Asing, Samaria mengalami distorsi budaya dan mengalami asimilasi cultural, sehingga terjadi percampuran etnik dan kebudayaan. Oleh karena itu, bangsa Yahudi telah menolak orang Samaria dalam kesatuan etnis dengan Yudaisme dan menyebut kafir.
Baca Juga : Polres Mabar Resmikan Kampung Tangguh Pertama di Desa Tentang
Baca Juga : Pemda Matim Bantu Pemilik Rumah Tertimpa Pohon di Lamba Leda Utara
Sekat kedua budaya antara Yahudi dan Samaria ini didobrak oleh Yesus dalam kisah orang Samaria yang baik hati. Dari pertanyaan orang farisi yang ingin menjebak-Nya mengenai siapakah sesamanya, Yesus membuka insight berpikir baru yang melampaui keterkurungan belenggu yang membeda-bedakan sesama. Di hadapan sesama yang terkapar oleh penderitaan di tengah jalan, Yesus menampilkan ironi yang ditunjukan ileh imam dan orang Lewi, yang karena aturan agama yang kaku (untuk tidak menyentuh darah sebelum melakukan persembahan di bait Allah) lebih memilih menghindar dan tidak menolong sesamanya. Sedangkan Yesus secara mengejutkan menampilkan sosok orang Samaria anonym yang dianggap berbeda oleh orang Yahudi lainnya, justru menunjukan kasih terhadap orang Yahudi yang terkapar di tengah jalan. Inti sari cerita biblis ini adalah bahwa berbelas kasihan merupakan suatu penegasan hidup Yesus kepada orang-orang Yahudi, dan juga kepada semua orang yang mengimani-Nya lewat perumpamaan tersebut.
Melalui sebuah perumpamaan, Yesus menggambarkan orang Samaria sebagai tokoh paradigmatis, yakni sebagai model bagi perbuatan manusia yang patut deteladani karena mengetengahkan suatu contoh tindakan etis atau perbuatan baik, yang pertama-tama bukan sebagaia tuntutan oleh karena kewajiban agama, melainkan lebih dari itu, merupakan panggilan kepada semua orang untuk mengambil bagi anda dalam cinta Allah. perumpamaan orang Samaria yang murah hati menegaskan pengajaran Yesus tentang sikap yang harus dibangun oleh orang Kristen terhadap sesama. Melalui perumpamaan ini, semua orang terutama orang-orang Katolik dituntut untuk menjadi pelayan bagi sesama dengan mengedepankan hukum cinta kasih.
Model pelayanan biblis orang Samaria yang baik hati ini memiliki beberapa dimensi yang cocokdalam pelayanan kasih terhadap sesama yang menderita. Pertama, pelayanan yang melampaui batas. Dimensi pelayanan yang membuat pelayan dan orang yang dilayani melepas idenstitas diri dan melampaui segala sekat yang membatasi. Kedua, kehangatan perjumpaan. Orang Samaria yang baik hati tidak hanya sekedar melihat, tetapi dari bahasa kitab suci “tergerak oleh belaskasih” untuk menjumpa isi penderita yang terkapar ditengah jalan. Perjumpaan itu berasal dari pengolahan hati dan diimplementasi secara konkrit. Ketiga, otalitas. Orang Samaria menunjukan bentuk pelayanan yang tidak setengah-setengah, tetapi secara total melayani. Merawat dan membawanya kepenginapan adalah bentuk totalitas pelayanan yang dilakukan ileh orang Samaria yang baik hati itu. Keempat, menyeluruh atau holistik. Orang Samaria yang baik hati menunjukan aspek melayani yang menyeluruh, dari aspek fisik dengan merawat orang yang terkapar ditengah jalan, aspek spiritual dengan mendampingi si penderita ditengah jalan menuju penginapan dan aspek materil dengan membayar penginapan dari orang yang mederita tersebut.