Filosofi 5 WHY, Korupsi di Indonesia, dan Pendidikan Tinggi

Foto: Dokumen FB Penulis

Filosofi 5 WHY 

Perguruan tinggi memang memiliki andil dalam besarnya kasus korupsi. Apakah akar masalah itu benar-benar dari perguruan tinggi? Dengan menggunakan metode 5 WHY-nya  Sakichi Toyoda—salah satu pemikir Jepang yang meletakkan dasar Lean Manufacturing—kita bisa menganalisis akar masalah korupsi ini:

Desa Haju

WHY 1: Mengapa terjadi korupsi? Jawaban: Karena lemahnya integritas lulusan perguruan tinggi.

WHY 2: Mengapa integritas lulusan perguruan tinggi lemah? Jawaban: Bisa jadi karena aspek integritas tidak menjadi bagian utuh dari perancangan kurikulum atau kultur perguruan tinggi.

WHY 3: Mengapa aspek integritas tidak menjadi bagian utuh dari perancangan kurikulum atau kultur perguruan tinggi? Jawaban: Kurikulum perguruan tinggi merupakan ujung dari kurikulum pendidikan menengah dan dasar, yang selama ini lebih menitikberatkan aspek capaian kognitif daripada moral dan perilaku.

WHY 4: Mengapa kurikulum pendidikan tinggi lebih menitikberatkan aspek capaian kognitif daripada moral dan perilaku? Jawaban: Sebab masyarakat dan dunia kerja cenderung melihat prestasi berdasarkan angka dan capaian individu, bukan pada proses atas pencapaian tersebut. Contoh sederhana, kompetensi dilihat dari berapa sertifikat profesional yang didapat, atau setidaknya syarat IPK minimum. Jarang sekali seleksi masuk dunia kerja melihat bagaimana seorang calon karyawan bekerja bersama orang lain, memiliki integritas tinggi, atau melihat pola pikir calon karyawan dalam memecahkan kasus tertentu (catatan: beberapa perusahaan yang cukup inovatif telah melakukan simulasi tertentu ke calon karyawan untuk melihat integritas dan kemampuannya bekerja dalam tim, meskipun hal ini belum menjadi standar penilaian di dunia kerja).

WHY 5:   Mengapa masyarakat dan dunia kerja terbiasa melihat prestasi berdasarkan angka dan capaian individu, bukan pada proses atas pencapaian tersebut? Jawaban: Sebab sistem penilaian dan seleksi sejak pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi menitikberatkan pada prestasi individu. Ujian Akhir Semester di sekolah, Ujian Masuk Perguruan Tinggi, dan hampir semua proses penilaian yang dilakukan di tingkat dasar, menengah, dan perguruan tinggi rata-rata berbasis penilaian prestasi kognitif individu, bukan pada aspek perilaku dan moral.

Desa Haju