Proyeksi Melemahnya Rupiah Daya Beli Masyarakat Menurun, Ketidakpastian Ekonomi Jadi Pemicu Utama

Petugas menghitung uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Jumat (2/1/2025). ANTARA FOTO.

GardaNTT.id – Lukman Leong, analis mata uang dari Doo Financial Futures, memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan cenderung melemah terbatas dalam waktu dekat. Penurunan daya beli masyarakat dan berkurangnya tingkat kepercayaan konsumen menjadi faktor utama yang memengaruhi pergerakan rupiah.

Hal ini juga dipengaruhi oleh penurunan penjualan mobil di Indonesia, yang mencerminkan sentimen konsumen yang semakin berhati-hati dalam melakukan pengeluaran.

“Jelas, melemahnya daya beli masyarakat dan antisipasi masyarakat akan ketidakpastian ekonomi ke depannya menyebabkan penurunan dalam data-data tersebut, dikutip dari antaranews pada Rabu (16/4/2025).

Masyarakat kini cenderung lebih bijaksana dalam pengeluaran dan investasi, yang tercermin dari meningkatnya permintaan emas akhir-akhir ini,” ujar Lukman kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.

Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) pada Maret 2025 menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada pada angka 121,1. Angka ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat pada level 125,6.

Menurunnya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) turut menjadi indikator adanya penurunan optimisme masyarakat terhadap perekonomian.

Meskipun IKE masih mencatatkan angka 110,6 yang menggambarkan optimisme terhadap kondisi ekonomi saat ini, angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan 114,2 pada bulan sebelumnya.

Lebih lanjut, BI juga mencatat adanya penurunan pada beberapa komponen yang mendukung IKE, seperti Indeks Penghasilan Saat Ini (IPSI), Indeks Pembelian Barang Tahan Lama (IPDG), dan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (IKLK), yang semuanya tercatat lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya.

Kendati demikian, ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi enam bulan mendatang, yang tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK), tetap cukup kuat, meskipun mengalami penurunan dari bulan sebelumnya.

Menurut Lukman, faktor eksternal juga memainkan peran dalam melemahnya kurs rupiah. Salah satu faktor yang turut memengaruhi adalah ketegangan antara Amerika Serikat dan China, terutama terkait dengan kebijakan perang tarif yang dilancarkan AS.

Boikot China terhadap pesawat Boeing, yang selama ini menjadi salah satu produk ekspor utama AS, menunjukkan potensi eskalasi ketegangan lebih lanjut antara kedua negara besar tersebut.

“Boikot China atas Boeing adalah sikap yang keras, mengingat penjualan Boeing di China mencapai 20 persen dari total penjualan global. Hal ini menunjukkan bahwa ketegangan antara China dan AS bisa terus meningkat, yang berpotensi memberi dampak pada pasar global, termasuk Indonesia,” ucap Lukman.

Berdasarkan berbagai faktor ini, Lukman memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan bergerak dalam kisaran Rp16.750 hingga Rp16.850 per dolar AS dalam waktu dekat.

Pada pembukaan perdagangan hari Rabu pagi di Jakarta, nilai tukar rupiah tercatat menguat tipis sebesar 8 poin atau 0,05 persen, menjadi Rp16.819 per dolar AS, dibandingkan dengan posisi sebelumnya yang berada di angka Rp16.827 per dolar AS.

Dengan kondisi ekonomi domestik yang menunjukkan adanya penurunan kepercayaan konsumen dan ketidakpastian global yang semakin tinggi, perkembangan kurs rupiah ke depan akan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Masyarakat dan pelaku pasar pun harus memperhatikan dinamika ekonomi domestik serta situasi geopolitik global yang dapat memengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Desa Haju