GardaNTT.id – Labuan Bajo kembali mencuri perhatian, kali ini bukan hanya karena keindahan alamnya yang memukau, tetapi karena langkah tegas pemerintah daerah dalam menjaga kelestariannya. Bupati Manggarai Barat, Edistasius Endi, mengumumkan rencana pelarangan penggunaan air minum dalam kemasan plastik di berbagai sektormulai dari hotel, restoran, kapal wisata, warung, hingga kantor pemerintahan.
“Kami sangat harapkan teman-teman KSOP bahwa ke depan, kapal yang yang berwisata ke laut, yang pertama dicek adalah membawa air minum yang kemasan gelas atau botol. Kalau itu terjadi, kita pastikan mereka tidak boleh berangkat,” tegas Endi saat peluncuran Gerakan Wisata Bersih di Labuan Bajo, akhir pekan lalu, dikutip dari liputan6.com pada Senin (14/4/2025).
Langkah ini menyusul jejak Provinsi Bali yang lebih dulu menerbitkan Surat Edaran Nomor 9 Tahun 2025. Dalam surat tersebut, Gubernur Bali Wayan Koster melarang produksi air minum kemasan plastik sekali pakai dengan volume di bawah 1 liter. Tujuannya jelas: mengurangi limbah plastik yang mencemari lingkungan dan merusak wajah pariwisata.
“Setiap lembaga usaha dilarang memproduksi air minum kemasan plastik sekali pakai dengan volume kurang dari 1 liter di wilayah Provinsi Bali,” ungkap Koster.
Namun, baik di Bali maupun Labuan Bajo, kebijakan ini bukanlah bentuk perlawanan terhadap industri. Pemerintah hanya menegaskan bahwa produksi harus ramah lingkungan, dan inovasi dalam kemasan berkelanjutan justru didorong.
Bangun Budaya Bersih dari Akar
Aksi bersih sampah sebagai bagian dari peluncuran program Gerakan Wisata Bersih di Labuan Bajo. (dok. Biro Komunikasi Publik Kemenpar)
Peluncuran Gerakan Wisata Bersih oleh Kementerian Pariwisata menjadi momen penting dalam membangun budaya baru: wisata yang peduli lingkungan. Kegiatan ini tak hanya seremonial. Sebanyak 2.000 peserta terlibat dalam aksi bersih-bersih massal di dua lokasi utama Marina Waterfront dan Pantai Pede yang berhasil mengumpulkan 1.080,6 kilogram sampah.
“Betapa pentingnya yang namanya bersih. Tentunya tidak berhenti sampai di hari ini. Hari ini adalah pondasinya kita mau menyatakan bahwa Labuan Bajo wisatanya bersih,” ujar Bupati Endi.
Program ini juga melibatkan edukasi dan kampanye kesadaran kepada masyarakat lokal dan wisatawan. Fasilitas pendukung seperti tempat sampah ramah lingkungan turut disediakan untuk menunjang gaya hidup yang lebih bertanggung jawab terhadap alam.
Tidak Hanya Seremoni, Tapi Gerakan Nasional
Aksi bersih sampah sebagai bagian dari peluncuran program Gerakan Wisata Bersih di Labuan Bajo. (dok. Biro Komunikasi Publik Kemenpar)
Wakil Menteri Pariwisata, Ni Luh Puspa, menegaskan bahwa Gerakan Wisata Bersih merupakan salah satu program prioritas nasional. Dengan target destinasi prioritas seperti Labuan Bajo, Mandalika, Borobudur, hingga Likupang, program ini bertujuan meningkatkan daya saing global destinasi Indonesia.
“Tidak hanya bisa meningkatkan awareness masyarakat sekitar, tapi juga membuat destinasi itu betul-betul memiliki daya saing tingkat global, tingkat internasional begitu,” ujar Ni Luh.
Kemenpar juga menjanjikan pendampingan dan evaluasi berkala. Di tahap awal, fokus diarahkan pada delapan titik utama, sebelum diperluas ke daerah lain.
Kebersihan, PR Besar Pariwisata Indonesia
Aksi bersih sampah sebagai bagian dari peluncuran program Gerakan Wisata Bersih oleh Wamenpar Ni Luh Puspa di Labuan Bajo. (dok. Biro Komunikasi Publik Kemenpar)
Tantangan kebersihan memang bukan hal baru. Meski indeks daya saing pariwisata Indonesia melonjak dari posisi 32 ke 22 dunia pada 2024 dalam Travel and Tourism Development Index (TTDI), pilar health and hygiene justru menunjukkan penurunan dari peringkat 89 ke 82. Bahkan, Indonesia masih tertinggal dibandingkan rata-rata negara Asia lainnya dalam aspek kebersihan.
“Artinya, ini harus menjadi perhatian serius kita bersama, kita (harus) punya komitmen untuk menjadikan Indonesia sebagai destinasi pariwisata yang mendunia, menjadi destinasi pariwisata nomor satu di dunia dengan kekayaan alam budaya yang kita miliki,” ujar Wamenpar.
Gerakan Wisata Bersih bukan sekadar program, melainkan komitmen jangka panjang. Dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha, masa depan pariwisata Indonesia bisa benar-benar bersih, berkelanjutan, dan mendunia.