Berimbang, Tegas, Akurat
Indeks

Temu Bersama Mahasiswa Bimbingan, Berno Beding: Menulis dan Membaca Adalah Satu Nadi Kita Membangun Kehidupan

Unika St. Paulus Ruteng, GardaNTT.id-Proses selalu mengajarkan kita untuk menghargai waktu dan terus melakukan sesuatu. Tujuan tertentu membuat kita dipertemukan di lingkungan dan situasi bahkan orang yang sama. Gelar sarjana bukanlah sesuatu yang mudah didapat. Kadang kita harus tenggelam agar tahu cara menyelam. Hidup tidak pernah menawarkan situasi yang sesuai dengan keinginan kita. Karena itu Tuhan menempatkan orang-orang yang mampu membantu kita menghadapinya.

“Saya ucapkan terima kasih kepada Bapa Berno sebagai pembimbing dan penguji kami. Bapa telah meluangkan waktu untuk membimbing serta mengontrol kami yang memiliki mental sedikit kurang ajar ini. Bapa hadir selain sebagai dosen, juga sebagai sahabat sekaligus ayah bagi kami selama ini. Semoga keakraban kita tidak putus sampai di sini saja,” ungkap Adriani Mining, mahasiswa tingkat akhir Prodi PBSI bimbingan dosen Bernardus Tube Beding, M.Pd. saat kumpul bersama di Lapangan Missio Unika Santu Paulus Ruteng, Jumat (26/7/2024).

“Kita juga harus saling mendoakan bapa pembimbing kita agar sehat selalu agar bisa menjalani tugas pelayanan sebagai seorang dosen. Tak lupa kita juga saling mendoakan agar kita semua setelah memperoleh gelar sarjana akan ditempatkan di tempat yang baik,” lanjut mahasiswa yang meneliti tentang Geothermal Poco Leok itu.

Temu bersama dalam suasana keakraban dan kekeluargaan. Duduk melingkar selalu menjadi filosofi sederhana yang membawa kita pada cerita bagaimana hidup memberi pelajaran dan nilai. Setiap titik pada lingkaran saling terhubung karena kita tidak mampu menghadapi proses ini sendiri. Sama seperti lingkaran, keterbukaan membuat kita bisa memahami setiap perjuangan dan kesulitan masing-masing. Karena itu, sekarang kita menjadi setara duduk melingkar dengan sentuhan kata yang hangat.

Bernardus Tube Beding, Dosen Pembimbing sekaligus Penguji mengungkapkan profil mahasiswa bimbingannya.


“Kita sekarang berteman karena mulai sekarang kita menjadi akademisi. Kita kaum intelek bukan pelajar lagi. Saya mengalami dari tahun ke tahun ekosistem perkuliahan, pendidikan, formal maupun non formal, pengalaman beragam. Saya banyak belajar bahwa ketika saya memberi pengetahuan selama 4 tahun kepada kalian saya lupa. Tetapi, saya mengingat dengan baik apa yang saya terima dari kalian setelah 4 tahun berlalu. Karena itu, kamu 17 orang, kalian hebat. Seringkali saya berpikir ketika harus menghadapi situasi soal kemanusiaan, bukan kalian lagi yang muncul tetapi orang tua kalian tanpa melupakan profesionalitas saya sebagai dosen, ungkap dosen yang biasa disapa Ama Berno itu.


Lebih lanjut, Berno juga menyampaikan terima kasih.


“Terima kasih untuk orang tuamu yang sudah mempercayakan anaknya kepada kami di Prodi PBSI Unika Santu Paulus Ruteng dan saya secara khusus. Terima kasih untuk kalian semua kalian luar biasa dalam berbagai cara melewati proses kalian,” ungkap Dosen Prodi PBSI Unika St. Paulus Ruteng itu.

Proses ini sudah sampai di akhir, tetapi lingkaran pertemanan yang telah dibangun tidak akan putus. Hubungan kita tidak berujung bahkan mungkin abadi. Hidup selalu memiliki caranya sendiri agar kita bertemu lagi.

“Hiduplah dengan menyisipkan nilai akademis. Ada waktu untuk membaca dan menulis. Bangun profil diri yang punya nilai sebagai orang Bahasa dan Sastra Indonesia. Menulis dan membaca adalah nadi kita di dunia kehidupan. Soal cari kerja, jangan hanya di tempat yang baik tapi juga yang benar,” ungkap Dosen Pragmatik itu.

Untuk diketahui, dosen Bernardus Tube Beding, M.Pd. membimbing 18 mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Di antara mereka, tinggal satu yang masih dalam proses penulisan tugas akhir. Berikut nama-nama mahasiswa dimaksud.

Bimbingan I:

  1. Faustina Fitriane Nde’e Andu, S.Pd.
  2. Antonius Gatul, S.Pd.
  3. Yohana Susanti Delima, S.Pd.
  4. Adriani Miming, S.Pd.
  5. Apolonius Jantur, S.Pd.
  6. Venansius Jemadi
    Bimbingan II:
  7. Rikardus Boni Filing, S.Pd.
  8. Ronaldus Sudirman, S.Pd.
  9. Maria Yohana Agung, S.Pd.
  10. Letvina Ervin, S.Pd.
  11. Anastasia Merlinda Dasni, S.Pd.
  12. Leonsius Naltan Jajin, S.Pd.
    Bimbingan III
  13. Aristo Fedrikus Sabat, S.Pd.
  14. Angelina Delviani, S.Pd.
  15. Yunita Sedia, S.Pd.
  16. Elfrida Awut, S.Pd.
  17. Veridiana Murniati Jaya,S.Pd.
  18. Delvina Pangur, S.Pd

Kadang ungkapan paling tulus diucapkan oleh orang yang tidak bisa berkata-kata. Mereka mengucapkan terima kasih lewat air mata dan niat mengubah diri menjadi lebih baik. Kehadiran bapa membuat kami belajar bahwa kata-kata yang diucapkan langsung tidak berarti apa-apa. Justru tindakan kasih yang tidak dapat dilihat itulah ketulusan yang sebenarnya. Sampai saat ini, banyak kata yang salah paham pada hati yang tidak pernah ingin menyombongkan diri.