Berimbang, Tegas, Akurat
Indeks

Kopi Keren, Jalan Kere

Foto: Dokumen Pribadi

Bernardus T. Beding

Dosen Prodi PBSI Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng

Nama Kopi Colol sudah dan sedang membingkai dunia. Pasar internasional sedang mengincar jenis kopi ini. Pesanan datang dari negara-negara maju, seperti Belanda, Jerman, Taiwan, Jepang, hingga dari Amerika. Dalam negeri, sejumlah kafe di Jakarta, Bali, Batam, dan Surabaya menyertakan suguhan Kopi Colol lengkap dengan foto-foto petaninya. Hal tersebut direspon oleh pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), agar Kopi Colol tidak tenggelam dan menjadi asing di negeri sendiri.

Sabtu, 22 Mei 2021 merupakan hari penuh momentum dan boleh dikatakan bersejarah bagi masayarakat Colol, Kecamatan Lamba Leda Timur, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia. Waktu itu Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat masuk gerbang Colol dengan agenda ‘Kunjungan Kerja’ untuk melihat masyarakat memproduksi kopi yang khas disebut Kopi Tuang.

Seribu satu apresiasi datang dari berbagai kalangan untuk masyarakat Colol yang tetap mempertahankan dalam pembudidayaan dan produksi kopi. Tidak sedikit pula yang mengapresiasi kualitas Kopi Colol, baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahkan, kualitas Kopi Colol diakui sendiri oleh Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat. “Selain enak, Kopi Colol juga kaya akan cerita historis,” kira-kira demikian ungkapnya. Lebih dari itu, Gubernur NTT itu ingin menaikkan nilai Kopi Colol menjadi kopi kelas satu dan mampu bersaing di kelas global, karena Kopi Colol sudah terdaftar pada Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dengan merek Kopi Colol, yakni Poco Nembu yang mulai diproduksi dalam kemasan sachet oleh Badan Usaha Miulik desa (BUMDes) Poco Nembu, Colol.

Tidak hanya itu. Beliau pun berkomitmen menjadikan produk Kopi Colol juga premium yang telah diakui sebagai kopi terbaik dunia tahun 2018, dipasarkan di destinasi super premium Labuan Bajo, dan tersedia di setiap hotel di destinasi pariwisata super premium itu. Tentu satu harapan supaya menjadi tuan di tanah sendiri. Bahkan, Pak Viktor Bungtilu Laiskodat mengancam akan menutup hotel-hotel di Labuan Bajo jika tidak menyediakan kopi Colol. “Kalau ada kopi lain, kita peringatkan. Tidak mau dengar, kita tutup hotelnya,” demikian pernyataannya saat kunjungan kerja.  

Barangkali pernyataan keras gubernur dalam kunjungan kerjanya sebagai bukti sekaligus jawaban atas pernyataan seorang Putra Manggarai, Frans Sarong kurang lebih enam tahun lalu saat menggagas diskusi dengan sejumlah komponen masyarakat Manggarai di Kupang. Frans Sarong menyatakan, butuh ketegasan dan gebrakan pemimpin daerah untuk mengembangkan Kopi Colol, apalagi telah menjuarai kompetisi uji rasa kopi nasional yang diadakan di Bayuwangi, Jawa Timur pada Oktober 2015 dan mendapat kesempatan mengisi supermarket di Belanda.