Kumpulan Cerpen Lorong Kata Penemu Rasa
• Karya Dodiardus Erong
PENCURI HATI
Di persimpangan jalan yang sepi, seorang perempuan berjalan sambil menangis, merenungi kehidupannya yang penuh dengan kegelisahan, kekecewaan, “Tuhan… Kenapa semuanya begini, tegah sekali dia meninggalkan ku, apa kurangnya aku” Demikian ungkap perempuan itu. Sejenak ia berhenti, kemudian ia mengambil handphone nya di tas, lalu ia kembali menelpon suaminya, “hallo… Kamu dimana? Tega sekali kau membuatku seperti ini! ‘ ujar perempuan itu sambil menangis. Sekitar beberapa minggu, ketika wanita itu pulang kerja, ia selalu menangis di jalan yang sama, diantara bayang – bayang dan harapannya sudah pupus, air matanya sebagai sebagai teman untuk meluapkan amarahnya.
Siang itu, ia kembali menangis dan berteriak, sementara matahari membuat semakin panas untuk membayangkan seseorang yang telah membuat hatinya pupus. Tiba – tiba dua orang pria dengan bertopeng warna hitam datang menghampiri wanita itu, mereka langsung mengambil sebuah tas yang di bahwakan oleh wanita itu, lalu kemudian kabur,
“hei… Siapa kalian, kenapa kalian hanya mengambil tas itu “ teriak wanita itu. Kedua lelaki itu langsung berhenti ketika mendengar teriakan perempuan itu,
“kenapa wanita itu berkata seperti” ujar salah satu lelaki itu.
“Ahh… Apakah kita kembali ke belakang, dan mencuri semua barang yang dia bahwa.
Mereka pun langsung belik dan menghampiri perempuan itu,
“kenapa kalian mengambil tas ku, ini ada Handphone, uang, perhiasan, kalian ambil saja semuanya” Beber perempuan itu, sambil menangis.
Kedua lelaki itu mengambil semua barang yang di berikan perempuan itu dan mereka sangat bahagia, karena baru pertama kalinya mereka mencuri dengan tidak begitu susah,
Kedua lelaki tersebut hendak mau pergi dengan senang hati, tetapi wanita itu kembali memanggil mereka berdua,
“kalian mau kemana lagi? Bukankah kalian pencuri? Ayoo ikut ke rumahku, di sana ada banyak barang jika kalian membutuhkannya “ ucap perempuan itu.
Kedua lelaki itu semakin heran dengan wanita itu, apalagi melihat wanita yang sambil menangis.
Mereka pun mengikuti wanita itu menuju ke rumah. Sesampainya di rumah, kedua lelaki itu sangat kaget karena melihat rumah dan harta kekayaan wanita itu,
“Kalian bisa ambil semua barang yang ada di rumah ini, aku sudah muak melihat dengan kehidupan ku” ujar wanita itu sambil teriak menangis.
Sontak kedua pencuri itu langsung diam dan merasa heran dengan perempuan itu. Mereka pun duduk dan menatap wajah wanita itu, dan handphone pun berdering, “hei nona, handphone mu berdering!” Ujar salah satu lelaki itu.
“mungkin itu suaminya, ada baiknya kita kabur sekarang “
Salah satu dari mereka mengangkat telepon itu dan langsung terdengar suara bentakan dari seseorang, “aku tidak akan kembali ke rumah itu lagi, kita sudah tak bisa bersatu lagi, aku sudah punya istri bari” demikian ucap lelaki dari telepon itu dan langsung mematikannya lagi.
“Hei nyonya apakah ini suami mu? “ sahut dari salah satu pencuri itu.
“ia.. Itu dia, penghianat, dia selingkuh dengan perempuan lain” Jawab perempuan itu sambil menangis.
Kedua pencuri itu hendak mendekati perempuan itu, dan mereka justru melepaskan semua barang yang sudah mereka ambil, mereka merasa bersedih dan hendak membujuk perempuan itu supaya tidak menangis. Seketika mereka sedang membujuk perempuan itu, tiba – tiba seorang anak kecil datang, “selamat siang mama, aku sudah pulang sekolah “ sapa anak kecil itu dan langsung memeluk Ibunya.
“Mereka siapa ibu? “ tanya anak kecil itu.
“Ohh.. Kami sahabat ibu mu, jadi kami datang ke sini ingin bermain denganmu, ia kan adik ku” Jawa salah satu dari lelaki itu,
“iaa betul sekali, sekarang kami mau masak untuk makan siang”.
Anak kecil itu justru sangat senang dengan kehadiran kedua orang itu, salah satu dari mereka lansung mengajak anak itu ke dapur untuk masak bersama, sementara lelaki yang satu membujuk wanita itu, “ingat… Kami menjadi pencuri karena kami ditinggalkan oleh kedua orang tua kami sejak kecil, dan yang itu adalah adik kandung ku. Jika nona menyayangi anak mu, tolong lah, hadapi masalah ini dengan sabar, biarkan dia pergi dari mu” ucap lelaki itu.
Beberapa bulan setelah itu, salah satu dari pencuri itu akhirnya menikah dengan perempuan yang di tinggalkan suaminya. Mereka hidup begitu bahagia.
“Pertemuan di persimpangan jalan membuat ku menjadi lebih kuat” ungkap wanita itu setelah menikah.
“Ahh…dengan mu akhirnya aku juga bisa hidup seperti ini. Semoga kita tetap abadi”.
AKU MENEMUKAN MU
Hujan yang deras membasahi kota Ruteng sore itu. Angin dingin menusuk kulit, memaksa setiap orang berlarian mencari tempat berlindung. Di salah satu sudut kota ruteng, sebuah kantin kampus kecil berdiri tenang dengan lampu-lampu hangat yang menerangi jalanan yang basah. Di dalam kantin tersebut, suasana lebih terasa hangat dan sangat nyaman. Aroma kopi yang harum, berpadu dengan alunan musik jazz yang lembut dari sebuah handphone.
Disudut kantin kampus itu, seorang wanita muda duduk sendirian. Namanya adalah Arsi. Dengan rambut hitam panjang yang tergerai, ia menatap keluar jendela, memandang butiran hujan yang turun tanpa henti. Di hadapannya, sebuah buku catatan terbuka dengan pena yang tergeletak di sampingnya.
Arsi menghela napas panjang. Ia baru saja kembali dari Jakarta, kota yang selalu ia impikan. Namun, kepulangannya bukan membawa kebahagiaan, melainkan kekecewaan. Mimpinya untuk menjadi penyanyi terkenal seolah hancur berkeping-keping setelah impiannya itu tidak tercapai karena dihalangi oleh banyak hal, sehingga ia harus kembali ke Kota ruteng.
Sambil menyesap kopi hangat di kantin kampus unika, Arsi mencoba menulis sesuatu di buku catatannya. Namun, inspirasi seolah menghilang, menyisakan kekosongan di pikirannya. Tiba-tiba, pintu kantin terbuka dan seorang pria masuk dengan langkah tergesa-gesa. Pria itu membawa aura yang begitu hangat meski suda terbasah kuyup oleh hujan. Matanya langsung tertuju pada Arsi, seakan-akan mengenalinya. Dengan senyum lebar, pria itu berjalan mendekat.
“Arsi?” sapa pria itu dengan suara yang hangat.
Arsi menoleh, terkejut. “Dodi? Apa yang kamu lakukan di sini?” tanyanya sambil tersenyum. Dodi adalah masa kecilnya yang sudah lama tak ditemuinya. Dulu, mereka selalu bersama, berbagi mimpi dan rahasia, susah sedih mreka selalu berbagi bersama.
“Aku baru saja kembali dari Semarang,” jawab Dodi, mengambil kursi dan duduk di hadapan Arsi. “Bagaimana kabarmu? Cukup lama taka da kabar.”
Arsi tersenyum pahit. “Tidak begitu baik, Dodi. Mimpiku untuk menjadi penyanyi sepertinya hanya mimpi. Aku merasa selalu gagal dan selalu saja ada halangan.”
Dodi menatap Arsi dengan penuh empati. “Aku mengerti perasaanmu, Arsi. Aku juga pernah mengalami kegagalan di Semarang. Tapi, kita tidak boleh menyerah begitu saja. Kadang, kegagalan adalah awal dari sesuatu yang lebih baik untuk kita.”
Mereka berbicara panjang lebar, berbagi cerita dan pengalaman. Kehadiran Dodi seakan mengisi kekosongan yang dirasakan Arsi. Ia merasa lebih ringan, beban di hatinya perlahan menghilang. Dodi menceritakan tentang perjuangannya di Semarang, bagaimana ia bangkit dari kegagalan dan menemukan jalan baru yang lebih baik.
“Kamu tahu, Arsi,” kata Dodi sambil tersenyum, “Aku selalu percaya bahwa kita semua punya potensi yang luar biasa. Mungkin saat ini kamu merasa gagal, tapi percayalah, ini bukan akhir dari segalanya. Aku yakin kamu akan menemukan jalanmu yang lebih baik.”
Malam semakin larut, dan kantin mulai sepi. Hujan di luar masih belum berhenti, namun di dalam kantin, kehangatan persahabatan mereka mengusir dingin yang menusuk. Arsi merasa lebih bersemangat, seolah mendapatkan kembali semangat yang sempat hilang.
“Terima kasih, Dodi,” ucap Arsi dengan mata yang berbinar. “Aku akan mencoba lagi. Aku akan menyanyi dengan lebih baik lagi.”
Dodi mengangguk. “Itu yang ingin kudengar. Jangan pernah menyerah, Arsi. Kamu pasti bisa.”
Sejak pertemuan itu, Arsi mulai menyanyi lagi dengan penuh semangat. Ia menemukan kembali mimpinya, bukan karena sukses yang didapatnya, tapi karena dukungan dari seseorang yang percaya padanya. Ia menyadari bahwa menemukan kembali semangat dan keyakinan adalah langkah pertama menuju kesuksesan.
Di suatu hari yang cerah, beberapa bulan kemudian, Arsi menerima surat dari salah satu penyanyi terkenal. Dengan tangan gemetar, ia membuka surat itu dan membaca dengan seksama. Senyum lebar menghiasi wajahnya, ia menerima surat untuk diundang dalam perlombaan menyanyi tingkat nasional.
SURAT UNTUK IBU
Senja di desa kecil itu selalu memancarkan warna keemasan yang menenangkan. Burung-burung gereja berkicau riang, dan angin sepoi-sepoi membawa harum padi yang sedang menguning. Di tengah situasi tenang itu, seorang gadis remaja bernama Bunga sedang duduk di bangku kayu di bawah pohon Mahoni tua, dengan selembar kertas di tangannya.
Bunga menatap kertas itu dengan mata yang berkaca-kaca. Kertas itu adalah surat yang ditulisnya untuk ibunya. Bunga menghela napas yang panjang, mencoba merangkai kata-kata yang telah lama ingin diungkapkannya. Dengan tangan yang gemetar, ia mulai menulis.
Surat Untuk Ibu
Ibu yang sangat kusayangi,
Aku berharap Ibu baik-baik saja di sana. Aku sangat merindukan Ibu. Sudah lama aku ingin menulis surat ini. Meskipun melalui tetesan tinta ini, tetapi selalu tertunda karena aku tidak tahu harus mulai dari mana untuk menuliskannya. Rasanya berat untuk menuangkan perasaanku dalam kata-kata, tetapi hari ini aku memberanikan diri. Segala rinduku akan ku sampaikan ibu.
Ibu, aku sangat rindu padamu. Setiap hari, bayangan wajah Ibu selalu mendekap di dada dan di pikiran ku. Senyum hangatmu dan pelukanmu yang selalu membuatku merasa aman, semuanya masih tergambar jelas di benakku. Kehilangan Ibu adalah hal terberat yang pernah kualami. Dunia ini terasa begitu sepi tanpa kehadiranmu. Rumah ku untuk berteduh adalah ibu.
Aku masih ingat betapa kerasnya Ibu bekerja demikehidupan ku aku. Ibu selalu berjuang tanpa lelah, memastikan aku mendapatkan pendidikan yang layak dan hidup yang lebih baik bahkan menitipkan harapan supaya aku bisa sukses. Aku ingat bagaimana Ibu selalu menemaniku belajar waktu itu, meski Ibu sendiri sudah sangat lelah setelah seharian bekerja di. Ibu adalah pahlawanku, dan aku sangat berterima kasih untuk semua pengorbananmu.
Sekarang, aku berusaha sekuat tenaga untuk meneruskan perjuangan Ibu. Aku belajar dan berusaha dengan giat agar bisa menggapai cita-citaku dan membuat Ibu bangga di sana. Setiap kali aku merasa lelah dan hampir menyerah, aku selalu teringat pada semangat dan keteguhan diri Ibu. Itu yang membuatku terus bertahan dan melangkah maju untuk menjadi lebih baik.
Ibu, ada satu hal yang selalu ingin kukatakan padamu: maafkan aku. Maafkan aku jika aku pernah mengecewakanmu selama engkau bersamaku, jika aku pernah membuatmu sedih. Aku tahu, mungkin aku tidak selalu menjadi anak yang baik, tapi aku berjanji akan berusaha menjadi lebih baik, menjadi anak yang bisa Ibu banggakan.
Terima kasih, Ibu, untuk cinta dan kasih sayang yang tak terhingga. Terima kasih telah menjadi ibu yang luar biasa. Aku berjanji, aku akan menjaga warisan semangat dan nilai-nilai yang Ibu tanamkan padaku. Aku akan terus berjuang, bukan hanya untuk diriku sendiri, tapi juga untuk Ibu.
Aku merindukanmu, Ibu. Semoga suatu hari nanti, kita bisa bertemu lagi. Sampai saat itu tiba, aku akan selalu menyimpan kenangan tentangmu di hatiku.
Dengan cinta dan rindu yang mendalam,
Bunga
Bunga menutup surat itu dengan hati yang lebih ringan. Meski air mata masih mengalir di pipinya, Dadanya terasa diselimuti kesedihan ,ia merasa lega telah bisa menulis apa yang ada di hatinya. Ia memasukkan surat itu ke dalam amplop dan meletakkannya di bawah pohon, tempat ibunya dulu duduk bersamanya.
Senja semakin memudar, dimakan oleh gelapnya malam. Bunga berdiri dan menatap langit, seakan berharap bisa melihat wajah ibunya di sana. Ia tahu, di mana pun ibunya berada, cinta mereka akan selalu terhubung, melampaui ruang dan waktu.
Dengan langkah yang mantap, Bunga berjalan pulang, membawa semangat baru untuk menghadapi hari esok. Surat untuk ibunya telah menenangkan hatinya, memberi kekuatan untuk terus melangkah dalam perjalanan hidupnya.