Berimbang, Tegas, Akurat
Indeks

1st ICHELAC Resmi Ditutup, Dr Mantovanny Tapung: Ini Pembuktian Unika St. Paulus Bisa Menjadi Barometer Pengembangan Keilmuan di NTT

Manggarai, GardaNTT.id-The First International Conference on Humanities, Education, Language and Culture (1st ICHELAC) Fakutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Katolik Indonesia (Unika) Santu Paulus Ruteng resmi ditutup pada Sabtu (31/07/2021) sore. Ketua Panitia 1st ICHELAC, Dr. Mantovanny Tapung, S.Fil., M.Pd dalam Closing Speech manyatakan bahwa pelaksanaan konferensi internasional ini memiliki arti penting dan strategis bagi eksistensi Unika Santu Paulus Ruteng. “Pelaksanaaan Konferensi ini merupakan pembuktian bahwa Unika St. Paulus Ruteng bisa menjadi barometer pengembangan keilmuan di NTT,” ungkap Dr. Manto.

Doktor tamatan UPI Bandung itu juga menegaskan bahwa, sudah dua hari para peserta berada dalam ruang virtual dengan atmosfer akademik yang berkualitas. Kita sudah cukup menunjukkan kemampuan akademik dengan mempresentasikan dan mendiskusikan berbagai hasil riset. “Kegiatan presentasi dan diskusi ini telah membangun budaya ilmiah yang berkelas. Enam perspektif berbeda dari enam keynote speaker dan tiga puluh hasil riset, telah menambah pengetahuan dan pengalaman baru bagi peserta.

Desa Haju

Hasilnya, 1st ICHELAC merupakan sebuah komunitas belajar baru. Komunitas belajar yang terbentuk karena didorong oleh motivasi untuk saling memberi dan menerima dalam hal pengetahuan dan pengalaman,” tambahnya.

Pada sisi lain, ia menegaskan bahwa dengan diselenggarakannya 1st ICHELAC, menggambarkan bahwa St. Paul University merupakan salah satu kampus di wilayah LLDIKTI 15 yang bisa mengumpulkan para ilmuwan. Para ilmuwan ini telah mempresentasikan dan mempublikasikan hasil risetnya dalam bidang pendidikan, humaniora, bahasa dan kebudayaan.

Dengan adanya konferensi ini, lanjut Mantovany, Universitas St. Paulus Ruteng telah membuktikan diri bisa menjadi salah satu kampus yang patut perhitungkan di wilayah timur. Selain telah menamatkan sejumlah lulusan yang sudah bekerja di dalam dan di luar negeri, Universitas St. Paulus Ruteng juga bisa menyelenggarakan berbagai kegiatan ilmiah dalam level nasional maupun internasional. “Kegiatan ini menjadi tonggak baru bagi Universitas St. Paulus Ruteng untuk menjadi yang terdepan dalam memajukan budaya ilmiah dan riset. Ini berarti, lembaga ini harus memiliki komitmen dan konsistensi untuk senantiasa mengedepankan budaya ilmiah dan riset ini, ketika menjalankan Tridarma,” tegasnya.

Ke depannya, even berskala internasional seperti 1st ICHELAC, akan menjadi kegiatan ilmiah tahunan di Unika St. Paulus Ruteng, baik yang akan diselenggarakan pada tingkat Fakultas maupun tingkat Universitas. Dan akan menghadirkan lebih banyak pakar dan peneliti, baik dari dalam maupun luar negeri. Dengan demikian, kultur ilmiah dan riset akan menjadi kegiatan yang tak terpisahkan dari kehidupan kampus Unika St. Paulus Ruteng.

‘The First International Conference on Humanities, Education, Language and Culture (1st ICHELAC))’ yang berlangsung selama dua hari, Jumat (30/7/2021) dan Sabtu (31/7/2021). Konferensi Internasional yang berlangsung secara daring melalui platform media zoom meeting itu, menghadirkan 6 (enam) pembicara kunci yang berasal dari beberapa negara, yakni Tamara Soukotta (Leiden University, Netherland), Prof. Mustari Mustafa (Bangkok, Thailand), Dr. Fidelis Regis Waton (Jerman), Prof. H. Yahya S. Kusumah, M.Sc., Ph.D. (UPI Bandung, Indonesia), Prof Dr. Ni Made Ratmaningsih, M.A (Universitas Pendidikan Ganesha, Bali-Indonesia), dan Dr. Yohanes S. Lon, M.A (Unika St. Paulus Ruteng, Indonesia). Selain itu, terdapat 30-an presenter lain juga akan menyajikan papernya dalam konferensi ini.

Mengakhiri sambutannya, Dr. Mantovanny mengucapkan terima kasih kepada para keynote speaker, presenter dan partisipan yang sudah bersedia hadir dan mengikuti konferensi ini sampai selesai. Dia juga mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Unika St. Paulus Ruteng, yang telah memberi kepercayaan kepada panitia konferensi untuk menyelenggarakan kegiatan ini.

Mantovanny juga mengucapkan terima kasih atas kerja sama dan kerja keras dari panita 1st ICHELAC. Dia menegaskan, pada even 1st ICHELAC, menjadi ruang belajar untuk lebih baik lagi pada masa yang akan datang.

Seperti diberitakan sebelumnya, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Katolik Indonesia (Unika) Santu Paulus Ruteng menggelar konferensi Internasional bernama The First International Conference on Humanities, Education, Language and Culture (1st ICHELAC) pada Jumat (30/07/2021) dan Sabtu (31/07/2021). Konferensi Internasional yang berlangsung secara daring melalui platform media zoom meeting itu, menghadirkan 6 (enam) pembicara kunci yang berasal dari beberapa negara, yaitu Tamara Soukotta (Leiden University, Netherland), Prof. Mustari Mustafa (Bangkok, Thailand), Dr. Fidelis Regis Waton (Germany), Prof. H. Yahya S. Kusumah, M.Sc., Ph.D. ( UPI Bandung, Indonesia), Prof Dr. Ni Made Ratmaningsih, M.A (Universitas Pendidikan Ganesha, Bali-Indonesia), dan Dr. Yohanes S. Lon, M.A (Unika Santu Paulus Ruteng, Indonesia). Selain itu, 30-an presenter lain juga akan menyajikan papernya dalam konferensi ini.

Pada hari pertama, Jumat (30/07/2021), dua pembicara kunci, yaitu Prof. H. Yahya S. Kusumah, M.Sc., Ph.D. ( UPI Bandung, Indonesia) dengan tulisan berjudul “Integrating Digital Technology into Classroom Constructive Learning” dan Dr. Yohanes S. Lon, M.A (Unika Santu Paulus Ruteng, Indonesia) dengan tulisan berjudul “The Tradition on Honoring the Death and Respect for the Corpse of COVID-19 Patient in Manggarai Flores”. Keduanya mengisi main room. Sementara belasan presenter yang berasal dari berbagai perguruan tinggi, mengisi sesi paralel pada breakoutrooms. Konferensi pada hari pertama berlangsung dari pukul 10.00 sampai dengan 15.00 Wita.

Pada hari kedua konferensi menampilkan empat pembicara kunci pada main room hari ini, yaitu Prof Dr. Ni Made Ratmaningsih, M.A (Universitas Pendidikan Ganesha, Bali-Indonesia), Prof. Mustari Mustafa (Bangkok, Thailand), Dr. Fidelis Regis Waton (Germany), dan Tamara Soukotta (Leiden University, Netherland). Seusai sesi utama dari para pembicara kunci, belasan presenter juga hadir mengisi sesi paralel pada breakoutrooms.

Editor: Waldus Budiman