Berimbang, Tegas, Akurat
Indeks

KPAI Apresiasi TNI Sertu Edu Marung Asal Manggarai, NTT Mengasuh 3 Anak yang Ditinggal Orang Tua karena Covid

Jakarta.GardaNTT.id-Anggota TNI bernama Sertu Edwardus Marung, asal Wae Aur, Desa Beo Rahong, Kec. Ruteng, Manggarai, NTT, yang bertugas di Jakarta, rela mengasuh tiga anak kakak beradik yang kedua orang tuanya meninggal dunia karena Covid-19.

Ketiga anak asal Manggarai itu berinisial C (4), J (11), dan F (13). Mereka tinggal di sebuah kontrakan, daerah Rawalumbu, Kota Bekasi.

Kepala Divisi Pengawasan, Monitoring dan Evaluasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jasra Putra, melalui pesan WhatsApp kepada GardaNTT.id menjelaskan, KPAI melakukan pengawasan anak anak yang dititipkan karena orang tua meninggal dan menemukan anggota TNI (Sertu Edu Marung.red) dari Batalyon Bekang 5  Perbekud yang mau mengasuh 3 anak yang telah sebulan ditinggal orang tua.

“Mendapatkan 3 anak beradik kakak (C 4 tahun, J 11 tahun dan f 13 tahun) asal Flores yang telah sebulan tinggal di bilangan kontrakan Rawa Lumbu Bekasi, tanpa orang tua,” katanya.

Menurut pengakuan Jasra Putra, anggota TNI yang berpangkat Sertu itu merasa terpanggil untuk mengasuh anak-anak tersebut.

“Kami di perantauan saling terkonek, di dalam grup perkumpulan masyarakat Flores. Sejak perkumpulan memberi tahu ada orang tua yang  terkena Covid, kami saling bantu, termasuk keluarga ini. Seperti kami mengatarkan makanan meski hanya menaruhnya didepan pintu,” ungkap Jasra Putra meniru yang dikisahkan Sertu Edu.

Kata Kadiv KPAI itu, selang sebulan ayahnya dari ketiga anak juga meninggal. Perkumpulan mendorong Sertu Edu untuk memberanikan diri mengasuh mereka.

“Ia bilang ke istrinya, kita memang akan lapar tapi tidak akan kelaparan, tegasnya menguatkan diri ketika mengambil anak anak ini,” ungkap Jasra

Sertu Edu yang pernah dimintai tolong keluarga kepada KPAI menjelaskan, kondisi tinggal di kontrakan memang tidak bernasib sama dengan masyarakat yang telah lama di kenal, apalagi hidup anak anak ini telah berpindah pindah 4 kali dalam mengadu nasib di Jakarta. kata

“Kisah ibunya mencari ambulance dan tidak mendapatkan hingga meninggal di tempat, dilanjutkan berselang seminggu ayahnya juga ikut meninggal di rumah sakit, sangat meninggalkan duka mendalam untuk anak anak,” jelasnya.

Namun, Kata Jasra, grup perkumpulan masyarakat Flores tidak meninggalkan Sertu Edu sendirian, mereka mencari akses, agar apa yang dibuat dan didukung istrinya mendapatkan perhatian. Akhirnya perkumpulan bisa mendatangkan Kementerian Sosial, dan berkomunikasi via telepon dengan KPAI dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Dalam komunikasi tersebut Sertu Edu meminta tolong agar anak anaknya di perhatikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Kesehatan.

Menurutnya, kalau untuk makan bisa, tapi untuk jaminan masa depan pendidikan dan kesehatan Sertu Edu mohon bantuan.

Sesudah sebulan mengasuh anak anak ini, Sertu Edu sangat bersyukur, ada bantuan beras 15 liter, minyak goreng, sarden kaleng, beberapa baju buat ketiga anak, sepatu buat anak yang besar, buku, peralatan sekolah dan peralatan mandi dari Kementerian Sosial.

mamsmsmms

Kini bersama istrinya Maria Cahaya yang sudah memiliki anak satu, Sertu Edu mengasuh ketiga anak tersebut.

Jasra mengatakan, kami sedang giat menyerap informasi untuk menjangkau dan berkomunikasi dengan para orang tua yang mau mengasuh anak, kami mendukung dan mendorong lebih banyak lagi orang tua yang mau mengasuh anak anak.

“Karena dari 100 ribu kematian karena Covid, tentu akan banyak anak anak yang kehilangan figur atau aktor pengasuh utamanya, tidak hanya orang tua yang meninggal, bisa juga yang mengasuh single parent, paman atau bibi, kakek atau nenek, atau keluarga tidak sedarah, bisa juga kakak dan adik, atau sesama keluarga perantauan seperti ketiga anak ini. Bisa juga anak anak mengalami kehilangan banyak figur pengasuh dalam satu keluarga besar. Tentu akan sangat berat untuk anak,” jelas Jasra.

lebih jauh Jasra menjelaskan, Negara kita memanggil keluarga keluarga, yang mau jadi relawan pengasuhan, karena Negara ini belum memiliki daftar calon orang tua asuh sebagaimana yang diwajibkan dalam PP 44 tahun 2017.

“Kita mulai saja mendata orang orang yang mau menjadi relawan pengasuhan untuk anak anak yatim ini yang sebaran datanya sangat besar. Kenapa, karena pandemic belum berakhir, situasi anak anak terlantar akan bertambah terus, dengan menurunnya ekonomi, PHK, kekerasan, perceraian, masalah mental, kehilangan tempat tinggal, hingga meninggal. Kita perlu bergandengan tangan secara cepat menyelamatkan anak anak ini,” ungkapnya.

Ia juga mengakui jika pihak KPAI mengundang istri Sertu Edu dalam Rakornas KPAI Pemenuhan dan Perlindungan Anak Korban Kehilangan Orang Tua Pada Pandemi Covid 19, KPAI berharap setelah mendengar situasi pengasuhan, rapat yang diselenggarakan bersama Kementerian dan Lembaga, Orsos, Ormas, MUI dan para pemuka agama dapat memotret langsung kondisi anak anak yang terlepas dari pengasuhan.

“Memang dengan potensi data yang besar ini, semua harus bergandeng tangan, tidak mungkin meninggalkan pemerintah sendirian. Karena seiring sedang mendata, juga tidak mungkin membiarkan nasib anak anak yang terlepas dari keluarga tersebut terlalu lama.” pungkasnya.

Dihubungi via telpon, Maria Cahaya orang tua yang mengasuh anak tersebut mengatakan, merasa terpanggil mengasuh ketiga anak tersebut.

Ia mengatakan, selalu mengalih perhatian dari anak anak tersebut jika mengingat kedua orang tuanya yang sudah meninggal akibat Covid.

“Bila anak melamun dan ingat orang tuanya, saya selalu bilang jangan melamun, ayok ingat ayah ibu kalian yang konyol konyol. Ada peristiwa lucu, karena anak kedua ini sangat kritis, sehingga almarhum ayahnya pernah mendoakan kepada Tuhan agar otaknya dicairkan, dan kami tertawa semua,” kisah Isrtri Sertu Edu

Hampir di masa masa awal kehilangan orang tua mereka, kata Maria, selalu ajak mengingat kisah kisah perjuangan dan kisah bahagia bersama orang tuanya.

“Kondisi di awal yang berat, selalu kami alihkan dengan berdoa dan yakin orang tua mereka sudah bahagia di surga, anak anak jadi kuat dan yakin ini adalah kehendak Tuhan,” kisah Maria.

Untuk diketahui, kedua orang tua dari ketiga kakak beradik meninggal karena Covid 19. Ibu alm. Siti Fatima lebih awal meninggal (29/6) di kontrakan dan bapak alm. Vinsensius meninggal (12/7) di Rumah Sakit Tebet.

“Sempat anak-anak khawatir ketika ayahnya akan dimakamkan di rorotan, kata mereka inginnya ayah ibu di makamkan bersama di Pedurenan. Karena masih ingin dekat dengan Ayah dan Ibunya, jangan di pisah makamnya,” tutup Istri Sertu Edu.