Sikka, GardaNTT.id – “Yang tercetak tak bisa tergantikan dan tetap menjadi prioritas, kebutuhan, dan menguntungkan daripada media online. Meskipun teknologi, informasi, dan digital semakin berkembang pesat,” ungkap Pater Aleksander Kokert Beding, SVD di Wisma Simeon Ledalero, Jumat (17/11/2021).
Imam pertama Lembata itu sangat optimis. Media cetak, baik buku, majalah, surat kabar, buletin sebagai sumber ilmu pengetahuan dan informasi masih akan tetap eksis di tengah banyak bermunculan media online.
“Buku, majalah, surat kabar, buletin tetap menjadi sumber ilmu pengetahuan dan informasi utama. Yang tercetak akan tetap sukses karena menjadi prioritas dalam dunia pendidikan, bahkan kehidupan manusia. Meskipun pribadi maupun secara lembaga mulai bertransformasi mengembangkan bisnis baru melalui jalan digital, tentu tidak bisa mungkiri bahwa yang digital tidak memberikan banyak keuntungan,” jelas Pater Alex, sapaan Aleksander Koker Beding di sela-sela aktivitas mengedit sebuah naskah buku.
Imam yang merayakan Ulang Tahun Imamat ke-70, pada 24 Oktober 2021 itu menambahkan, pada masa digital mulai tumbuh, buku sempat diprediksi akan mati.
“Tetapi buktinya, saya sampai sekarang masih menulis dan mengedit naskah-naskah cetak untuk menjawab kebutuhan manusia. Jadi itu pemikiran yang keliru. Saya sangat percaya bahwa media-media cetak dan online justru bisa tumbuh bersama-sama. Kita jangan anggap mematikan. Sampai sekarang orang masih butuh buku, surat kabar, majalah, buletin, dan media-media cetak lainnya. Bahkan, sampai detik ini orang Jerman masih kirim saya surat kabar versi cetak,” jelas Imam asal Lamalera yang tahbis di Nita, Maumere, Flores, 24 Oktober 1951 itu.
Cetak Tetap Prioritas
Penerbit dan Surat Kabar besar di Indonesia, kata Pater Alex bisa membuktikan. Perusahan media tersebut bisa bertahan, bahkan tumbuh lebih besar saat ada sejumlah perusahan media cetak harus berusaha keras untuk bertahan.
Menurut Alex, kuncinya ada pada strategi. Perusahan yang sudah puluhan tahun berkibar itu merupakan gabungan dari perusahan-perusahan lain, seperti televisi, penerbit, surat kabar, dan lain sebagainya.
Pater Alex mengatakan bahwa media-media cetak masih bisa memimpin dan tetap menjadi prioritas. Akan tetapi, perusahan tidak boleh putus asa menghadapi arus digital dan melakukan strategi pengembangan.
“Memang harus berpikir lebih keras lagi terutama untuk menggaet kaum muda tetap mencintai media cetak, menulis buku, dan berliterasi dasar,” ungkap Pater Alex.
Dalam usianya ke-98 tahun, Pater Alex Beding masih setia menulis dan mengedit naskah-naskah buku. Saat ditemui GardaNTT.id, Pater Alex sedang mengedit sebuah naskah buku tentang Peran Santa Bunda Maria.
“Yah, hanya dengan cara ini (menulis dan mengedit naskah, red.) saya mewartakan Injil dan melayani kebutuhan masyarakat akan pengetahuan dan kebenaran,” ungkap pendiri penerbitan Nusa Indah Ende, Surat Kabar Mingguan Dian, dan majalah bulanan anak-anak Kunang-Kunang, dan Surat Kabar harian Flores Pos itu.