Berimbang, Tegas, Akurat
Indeks

Sejarah Gua Maria Wae Lia, Tempat Terbalik Oto Fatima

Gardantt.id– Gua Maria Wae Lia yang terletak di Desa Tondong Belang, Stasi Culu, Paroki St. Theresia Lisieux Longgo memiliki sejarah yang unik. Mungkin Bunda Maria sendiri yang memilih tempat ini menjadi benang untuk menjahit kain kasih dengan anak-Nya.

Pada tahun 1986 sekitar Bulan Februari atau Maret, beberapa anak STKIP (sekarang Unika St. Paulus Ruteng) berlibur ke Labuan Bajo menggunakan Oto bernama Fatima (dari Ruteng). Di dalam oto tersebut juga terdapat dua orang Pastor, yaitu Pater Agus Jebatu, SVD dan Pater Steko. Oto Fatima melewati jalan yang sekarang menjadi Gua Maria dan tiba-tiba terguling sebanyak 24 kali, lalu jatuh ke kali. Seluruh warga datang mengerumuni oto tersebut dengan maksud ingin melihat keadaan penumpang serta sopir oto. Tidak disangka, semua penumpang selamat. Walaupun beberapa anak STKIP ada yang terluka tetapi cepat diobati dan dibawa ke rumah warga sekitar kejadian. Saat itu, Pater Agus Jebatu, SVD sempat bertanya kepada salah satu warga yang datang membantu.

Desa Haju

“Bagaimana cara saya keluar dengan pintu sekecil ini? Itulah luar biasanya Tuhan.”

Pater Agus Jebatu, SVD diketahui memiliki badan gemuk tetapi luput dari kejadian tersebut walau pintu oto berukuran kecil.

Sejak saat itu, Pater Agus Jebatu, SVD menyarankan agar tempat tersebut dibuatkan Gua Maria. Perjuangan Pater Agus tentu tidaklah mudah dan membutuhkan dukungan dari warga sekitar. Maka, ia juga melibatkan: Bpk. Leonardus (Alm), Adolpus Lapo (Alm), Ignasius Lapan, Bernabas Lama, Bernadus Boe, Bonafantura Belong, Darius Riel, Pit Halu, Osep Hama, Matias Rau, Alo Aben, Yosep, dan Alyosius Habit.

Rahmat Gua Maria Wae Lia terasa bagi mereka yang benar-benar percaya. Berdoa tanpa banyak bicara. Tempat berhenti dikala lelah dengan mengadu segala keluh kesah.

Ketika berdoa dengan hati dan menyerahkan beban pada Maria, pasti akan dikabulkan bahkan pada hati yang tak terpikirkan dapat terjadi Rahmat.

Seorang Umat dari Ndoso datang berdoa di Gua Maria Wae Lia membawa kepercayaan dalam hatinya, berdoa agar mendapat Rahmat yg ia minta. Rahmat itu diberikan dengan balasan yg tak berkesudahan.

Gua yang luput dari Longsor tahun 2019 itu seperti tempat yang direstui Tuhan untuk tetap ada. Menjadi rahmat di tengah rimbunnya pohon dan kesibukan manusia. Jauh dari hiruk pikuk kota dan menjadi tempat nyaman untuk bercerita tanpa sosial media (sekitar Gua Maria Wae Lia tidak ada jaringan).

Istirahatlah sejenak. Bukankah itu adalah tanda. Ibu sedang menunggu anak yang telah lama hilang. Siapapun kalian, datanglah ketika kamu letih pada harapan dunia.

Jika Aku Ibumu, Tunjukkanlah Bahwa Engkau Anakku.

Untuk diketahui, Informasi tentang Sejarah Gua Maria Wae Lia diperoleh Media ini dari hasil Wawancara Tu’a Golo Kampung Culu, Alyosius Habit (lahir tahun 1950) oleh Mahasiswa/i KKN 2023 di Paroki St. Theresia Lisieux Longgo, Stasi Culu, bernama:

  1. Aloysius Gonsaga Thundang (PBSI)
  2. Sava Boy Maswewonum (PGSD)
  3. Yohana Fitri Pama (PGPAUD)
  4. Ronaldus Heldaganas (PBSI)
  5. Faustina F.N Andu (PBSI)

Tulisan diterjemahkan dari Bahasa Manggarai ke Bahasa Indonesia pada masa KKN tanggal 7 Agustus 2023.

Kelima Mahasiswa/i KKN Unika St. Paulus Ruteng itu juga melakukan Restorasi Patung Maria Wae Lia pada 11 Agustus 2023 setelah menggali informasi mengenai sejarah Gua tersebut.

Sebelum dan sesudah Restorasi Patung Maria Wae Lia