Berimbang, Tegas, Akurat
Indeks

Warga Minta Pemda Matim Segera Bangun Jembatan di Kali Wae Musur.

Manggarai Timur, GardaNTT.id – Warga tiga desa yang berada di sebelah kali wae Musur meminta Pemda Manggarai Timur (Matim), segera membangun jembatan di kali Wae Musur.

Pasalnya, saat musim penghujan tiba, akses transportasi menuju wilayah tersebut putus total karena tidak adanya jembatan.

“Saya berharap jembatan di kali Wae Musur segera dibangun, karena sangat penting bagi warga tiga desa yakni Desa Golo Ros, Desa Rondo Woing, dan Desa Torok Golo,” ungkap Yulianus Nardin, warga Desa Torok Golo saat ditemui pada Kamis (23/12/2021).

Ia mengungkapkan, saat musim hujan, warga dari 3 desa tersebut harus rela berjalan kaki sampai di Desa Compang Ndejing. Kendaraan roda dua dan empat tidak bisa melintas sama sekali.

“Pada saat musim hujan, kalau kami mau ke Borong (ibu kota Matim), berarti harus jalan kaki sampai di Desa Ndejing, karena kendaraan umum atau kendaraan pribadi warga di sebelah kali wae Musur hanya bisa sampai di situ saja, tidak bisa dibawa melintas di kali ini,” katanya dengan penuh kesal.

Ia juga mengaku, hasil komoditi pertanian dari 3 desa di sebelah kali wae Musur sangat banyak. Dengan adanya jembatan itu nantinya, dapat mempermudah masyarakat dalam memasarkannya.

“Makanya kita sangat berharap agar Pemda Matim bisa buka mata untuk memperhatikan nasib kami. Bangun jembatan, supaya kami bisa dengan mudah pasarkan hasil komoditi pertanian kami,” ucapnya..

Hal yang sama diungkapkan, Waldus. Menurutnya, ia dan warga lain sering mengadvokasi persoalan kali wae Musur melalui berbagai cara. Namun, hingga saat ini belum mendapat respons dari Pemda.

“Di Media sosial sering kami posting terkait kondisi di kali ini (wae Musur, red). Tetapi belum ada respon sama sekali. Kami jadi merasa dianaktirikan, kami ingin supaya kue pembangunan itu dibagi secara merata. Kami sakit hati kalau lihat berita-berita di media soal adanya proyek mubazir, padahal kami di sini butuh pembangunan, ada yang lebih prioritas. Kami merasa, tidak ada keadilan sama sekali,” tuturnya.

Dikatakan Waldus, di kala musim hujan, warga harus rela membayar orang untuk menggotong barang bawaan dan juga kendaraan roda dua saat melintas di kali Wae Musur.

“Kita bayar orang, kalau barang bawaan terlalu banyak. Bahkan Motor juga kita bayar orang untuk digotong, biaya sampai 100 ribu, karena arus kali cukup deras. Memang kecewa bayar mahal seperti itu, namun mau tidak mau harus bayar demi keselamatan diri juga,” tutupnya.

Penulis: Irend SaatEditor: Olizh Jagom