Jejak Nafas yang Tertinggal
Pada malam yang kita jejakan nafas.
Pada darah yang tak lagi merah,
dan hujan yang menghantam pada angan.
Bagaimana aku bisa lupa?
Sedang getaran jejak nafasmu
masih peka pada telingaku.
Pada setiap darah yang mengalir,
ada frasa yang tanpa kata,
sebegitu mendaging dengan nafasmu
yang tertinggal di sini.
Aku bahkan terinfeksi
dengan beberapa penyakit candu akanmu,
Kamu mungkin lupa,
namun aku tau kau tak menyertakan lupa
pada malam itu.
Terakhir pada Bisu
Berberapa kali aku menyembuhkan rindu,
lalu beberapa kali itu juga ia hidup kembali
dengan reinkarnasi singkat pada rasa.
Sehingga akhirnya aku memutuskan bisu.
Untuk terakhir kalinya aku menatap kenangan
yang sempat hidup kembali sehingga membuatku
terpaksa gagal untuk sementara waktu.
Pada terakhir rindu yang aku bisukan.
Kupikir memang pilihanku,
namun ternyata keterpaksaan merindu dengan
bisu yang terakhir.
Abstrak (Buat yang Semesteran Mengenalmu)
Ketidakmampuanku mengartikanmu,
Hingga kuberi makna kamu
yang masih tak tau dan belum tentu.
Aku dan hatiku terengut habis dengan sadisnya.
Seketika namamu dengan lancang
tanpa permintaan izin terukir di sini,
tepatnya di hati ini.
Terakhir yang terekam rapi
adalah dirimu menyendiri di sudut.
Sementara aku menjadi seperti menghilang
di pojokan rasa yang dengan gencarnya bertaut mesra.
Mengagumimu sesulit menjaga ketenangan
air sementara hujan turun. Sebegitu rumit.
Sementara hatiku sementara tertimbun
pada lubang rasa yang ku gali sendiri.