Berimbang, Tegas, Akurat
Indeks
Puisi  

Jejak Nafas yang Tertinggal (Puisi-Puisi Yolfa Jaya)

Ilustrasi Gambar: Jejak Nafas yang Tertinggal

Jejak Nafas yang Tertinggal

Pada malam yang kita jejakan nafas.
Pada darah yang tak lagi merah,

dan hujan yang menghantam pada angan.
Bagaimana aku bisa lupa?
Sedang getaran jejak nafasmu

masih peka pada telingaku.
Pada setiap darah yang mengalir,

ada frasa yang tanpa kata,

sebegitu mendaging dengan nafasmu

yang tertinggal di sini.
Aku bahkan terinfeksi

dengan beberapa penyakit candu akanmu,
Kamu mungkin lupa,

namun aku tau kau tak menyertakan lupa

pada malam itu.

Terakhir pada Bisu

Berberapa kali aku menyembuhkan rindu,

lalu beberapa kali itu juga ia hidup kembali

dengan reinkarnasi singkat pada rasa.
Sehingga akhirnya aku memutuskan bisu.

Untuk terakhir kalinya aku menatap kenangan

yang sempat hidup kembali sehingga membuatku

terpaksa gagal untuk sementara waktu.
Pada terakhir rindu yang aku bisukan.
Kupikir memang pilihanku,

namun ternyata keterpaksaan merindu dengan

bisu yang terakhir.

Abstrak (Buat yang Semesteran Mengenalmu)

Ketidakmampuanku mengartikanmu,
Hingga kuberi makna kamu

yang masih tak tau dan belum tentu.
Aku dan hatiku terengut habis dengan sadisnya.
Seketika namamu dengan lancang

tanpa permintaan izin terukir di sini,

tepatnya di hati ini.
Terakhir yang terekam rapi

adalah dirimu menyendiri di sudut.
Sementara aku menjadi seperti menghilang

di pojokan rasa yang dengan gencarnya bertaut mesra.
Mengagumimu sesulit menjaga ketenangan

air sementara hujan turun. Sebegitu rumit.
Sementara hatiku sementara tertimbun

pada lubang rasa yang ku gali sendiri.