Berimbang, Tegas, Akurat
Indeks

Kemkominfo RI Gelar Webinar Literasi Digital, Dr. Marsel Payong: Persoalannya Terletak Pada SDM yang Masih Rendah

Manggarai.GardaNTT.id– Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemkominfo RI) menggelar Webinar literasi digital dengan tema Literasi Digital Pengembangan Ekonomi Kreatif di Masa Pandemi yang berlokasi di Ruteng, Kabupaten Manggarai, Provinsi NTT, Senin 18 Oktober 2021.

Dr. Marsel Payong, M.PD, dalam penjelasannya memperlihatkan bahwa selama tahun 2020, kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB Indonesia mencapai Rp1.100 triliun. Di tengah lesunya ekonomi pada sektor-sektor lain, ekonomi kreatif justru masih bisa bertahan, walaupun tidak pada semua sektor.

Menurut Marsel Payong, ini dikarenakan industri ekonomi kreatif bersifat industri individual, industri rumahan yang kurang mempekerjakan banyak orang secara massal seperti pabrik, outlet-outlet atau perkantoran.

Dalam konteks ini, kata dia, sisi produksi dari ekonomi kreatif tidak terganggu, peluang tumbuhnya ekonomi kreatif selama pandemic Covid 19 justru dipicu juga oleh pemanfaatan teknologi digital.

“Bahkan banyak pelaku industry kreatif seperti content creator, youtuber, dan sebagainnya yang justru menangguk untung dalam situasi ini.” Kata Payong.

Dari segi pemasaran, kata Payong, beberapa sektor ekonomi kreatif mengalami stagnasi atau bahkan macet seperi bisnis seni pertunjukan, barang antik, atau kerajinan-kerajinan tertentu ikut terkena dampak.

“Hal ini karena platform pemasarannya masih bersifat tradisional. Beberapa di antaranya, seperti perajin-perajin yang mengandalkan pasar pada kawasan-kawasan destinasi wisata terganggu karena pembatasan kunjungan wisatawan,” ungkapnya.

Namun ketika beralih kepada platform digital, menurut Payong, dengan memanfaatkan jasa pemasaran secara online maka sektor ini bisa bertumbuh. Ekonomi kreatif membutuhkan perubahan mindset dan cara berpikir di mana orang harus cerdas dan kreatif untuk menciptakan peluang dan mengubah nilai-nilai tambah tertentu pada produk-produk yang dihasilkan.

“Kreatif di sini artinya mengubah sesuatu yang biasa menjadi luar biasa dan bernilai ekonomis. Potensi pengembangan ekonomi kreatif di Flores atau NTT sesungguhnya sangat besar,” jelasnya.

Ia menambahkan, selain produk-produk kerajinan seperti tenun ikat, ada banyak sekali produk-produk kreatif yang bisa dihasilkan dari bahan-bahan baku lokal yang ada. Misalnya, kawasan-kawasan pesisir kita cukup banyak kaya dengan komoditi kelapa.

Menurut Payong, produk kelapa bisa mendatangkan banyak sekali nilai tambah selain jika hanya dijual buah begitu saja. Kelapa yang sudah tua, selain bisa menghasilkan minyak kelapa murni, namun limbah-limbah kelapa tua bisa diolah melalui teknologi tertentu untuk menghasilkan kerajinan-kerajinan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Sabut kelapa sekarang sudah bisa dibuat aneka kerajinan seperti keset, tas, tali, topi, dan lain-lain.

Sedangkan tempurung/batok kelapa, kata dia, bisa diolah menjadi barang kerajinan seperti alat makan, hiasan dinding, lampu hias, bahkan bisa dibuat briket batok kelapa yang punya nilai jual ekonomi tinggi.

“Persoalannya terletak pada sumber daya manusia yang masih rendah, kurangnya kreativitas, dan keterampilan untuk mengolahnya serta masih terbatasnya pelaku-pelaku ekonomi kreatif sebagai agent penggerak,” ungkapnya

Selain itu, dukungan teknologi dan modal yang masih terbatas juga menjadi kendala. Namun demikian, jika pemerintah daerah atau pemerintah desa punya kemauan maka hal itu bisa diatasi. Khusus untuk masyarakat pedesaan, dana-dana desa dapat digunakan untuk pemberdayaan masyarakat desa melalui peningkatan keterampilan masyarakat dan belanja teknologi.

“Dalam hal ini kita berhadap banyak dari BUMDES yang ada di desa-desa agar dapat berkontribusi bagi tumbuhnya pelaku-pelaku ekonomi kreatif di desa-desa.” ungkap Marsel.

Untuk menumbuhkan spirit dan semangat untuk menjadi pelaku-pelaku ekonomi kreatif masa depan maka pendidikan merupakan faktor penting. Dalam hal ini kita berharap agar kurikulum pendidikan tidak hanya menekankan pada pembentukan kecakapan-kecakapan intelektual saja tetapi lebih dari itu harus menghasilkan insan-insan yang cerdas dan kreatif di masa depan.

Insan cerdas kreatif tidak ditentukan oleh hasil ujian nasional atau hasil asesmen kompetensi minimal tetapi oleh perubahan mindset sebagai pelaku-pelaku usaha dan bukan hanya sebagai pekerja.

“Saya melihat selain kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik yang berorientasi pada pembentukan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pembentukan kreativitas, kurikulum muatan local memainkan peranan penting,” kata Marsel.

Kurikulum muatan local selama ini, kata dia, hanya dipahami sebagai masuknya konten-konten budaya lokal ke dalam kurikulum di sekolah.

“Padahal spirit dari muatan local itu sendiri adalah konten-konten yang berkaitan dengan pengembangan potensi local di mana peserta didik itu berada sehingga kelak dia bisa memanfaatkan keterampilan yang dimilikinya untuk mengolah potensi-potensi lokalnya,” ungkapnya

Ia juga mengatakan, contoh kurikulum muatan lokal di sekolah yang punya kekayaan alam seperti bambu, maka kurikulum muatan lokalnya adalah keterampilan-keterampilan kreatif yang berkaitan dengan pengolahan bambu.

Sedangkan untuk kurikulum muatan lokal kata Payong, tidak ada salahnya jika sekolah juga menggandeng pelaku-pelaku ekonomi kreatif terkait agar anak-anak sejak dini diperkenalkan dengan keterampilan-keterampilan untuk mengolah produk-produk lokalnya.