Berimbang, Tegas, Akurat
Indeks

Sedih! Mengidap Hidrosefalus, Bocah Malang Asal Manggarai Barat Butuh Bantuan Pengobatan

Mektildis Oktaviana
Mektildis Oktaviana sedang baring lemah

Labuan Bajo, GardaNTT.id – Belasan tahun bocah malang asal Sokrutung, Desa Pantar, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Nusa Tenggara Timur (NTT) bernama Mektildis Oktaviana (12) mengidap penyakit Hidrosefalus dan terbaring lemah di tempat tidur.

Anak dari pasangan suami istri Fransiskus Dasales Ndora (38) dan Maria Oni (37) itu harus menahan sakit selama lebih dari 11 tahun dan kekurang biaya pengobatan.

Kepada media ini, Sabtu (4/12/21) ayah Mektildis, Fransiskus menjelaskan, penyakit yang diderita anaknya baru diketahui saat berusia tiga bulan.

Dikisah Fransiskus, awalnya Mektildis menangis selama tiga malam berturut-turut. Karena merasa khawatir dengan kondisi buah hatinya, ia dan istri berinisiatif melakukan cek kesehatan di RS Susteran Labuan Bajo.

Setelah dilakukan pemeriksaan oleh salah seorang suster, kala itu Mektildis disarankan agar dirujuk ke RSUD Ben Mboi Ruteng. Fransiskus dan istrinya kemudian membawa Mektildis untuk diperiksa di RSUD Ben Mboi.

“Kemudian setelah Dokter cek, ternyata anak kami kena penyakit Hidrosefalus. Saran Dokter di Ruteng waktu itu agar kami cepat ke Bali  agar segera di Opersai di RS Sangla Bali,” kata Fransiskus.

Mendengar saran dokter, Fransiskus dan istri bingung untuk mencari biaya pengobatan putrinya. Tetapi mereka tidak putus asa, dengan dana seadanya dan dengan Jamkesmas yang mereka miliki, pasutri itu akhirnya berangkat ke Bali untuk pengobatan Mektildis.

Fransiskus mengaku, terbantu dengan keluarga yang ada di Bali meringankan bebannya dengan sang istri. Dengan biaya yang ada, Mektildis pun menjalani operasi selama dua tahap.

“Waktu itu kami ikut Kapal laut Tilong Kabila. Biaya waktu itu memang tidak cukup, untungnya ada keluarga di Bali membantu sedikit. Setelah dua minggu disana, operasi tahap awal dimulai dengan sedot cairan mulai pada pukul 7 pagi sampai jam 3 sore,” jelas Fransiskus.

“Di Bali Selama 6 bulan dengan dua kali operasi,” tambahnya.