Berimbang, Tegas, Akurat
Indeks

Selamatkan “Hutan Bowosie” Selamatkan Bumi

Oleh: Sil Joni

Catatan Seadanya pada Hari Bumi

Dalam terang kosmovisi tradisional, Bumi dipandang sebagai ‘Ibu purba’ yang memiliki rahim maha-luas untuk mengandung dan melahirkan kehidupan. Semua entitas, baik biotik dan abiotik, sangat bergantung pada ‘kebaikan sang ibu’ itu.

Namun, dalam perkembangannya visi keibuan itu secara dramatis ditinggalkan. Manusia terpesona dengan ‘kapasitas rasional dan teknisnya’ yang terungkap dalam bentuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tak terbendung lagi. Dengan kemampuan intelektual yang mumpuni ini, manusia seolah-olah memiliki otoritas legitimatif untuk ‘mengeksploitasi’ perut bumi demi melayani libido ekonomis yang bercorak arkais.

Ibu bumi ‘terpaksa’ menerima dan merasakan pahitnya penderitaan akibat  gempuran perangkat sains yang cenderung sadistis. Kisah penyalahgunaan produks teknologis, semakin massif ketika penguasa (Pemerintah) berusaha memberikan pendasaran legal dalam ‘menghacurkan struktur ekologi’.

Demi dan atas nama proyek pembangunan yang bertumpu pada paradigma pertumbuhan dan kesejahteraan, maka upaya  pengrusakan ekosistem bumi dirayakan dengan antusias. Pihak korporasi (kaum kapitalis, investor) coba memanfaatkan ‘antusiasme negara’ dalam menghancurkan alam  untuk mengakumulasi kapital sebanyak-banyaknya melalui pengoperasian perusahaan  yang tidak ramah pada bumi.

Negara dengan agresif ‘mengeluarkan izin’ kepada korporasi untuk ‘mengeruk’ aset vital yang tertidur di wilayah kekuasaannya. Yang dominan muncul di kepala penguasa dan pengusaha adalah bagaimana caranya agar pelbagai potensi sumber daya alam, bisa dikonversi menjadi komoditas yang menghadirkan profit yang berlipat-ganda. Keuntungan itu, kita tahu lebih banyak mengalir ke saku korporat, pebisnis, pengusaha dan tentu saja elite pemerintahan.