Berimbang, Tegas, Akurat
Indeks

“Spiritualitas Thomas” Dalam Era Tsunami Informasi

Oleh: Sil Joni

Penulis adalah pemerhati masalah sosial dan politik

Aula kognisi publik ‘terlampau sempit’ dalam membendung terjangan tsunami informasi saat ini. Masalah utama kita bukan lagi soal ‘terbatasnya stok berita dan akses yang kurang merata, tetapi kondisi surplus informasi. Informasi yang melimpah-ruah tentu berpotensi mengaburkan ‘kebenaran faktual’ yang hendak digotong oleh pelbagai ‘media berita’.

Karena itu, kita mesti menjadi ‘konsumen berita’ yang kritis dengan selalu ‘menaruh curiga’ terhadap informasi yang berserakan dalam ruang publik digital. Mengapa? Realitas tekstual merupakan konstruksi imajinasi intelektual para produsen berita untuk melayani interes tertentu seperti pemenuhan selera pasar dan hasrat para pemilik kuasa. Teks berita itu sudah terkontaminasi unsur subyektivitas dan intensi politik parsial dari media yang mewartakannya.

Pola kerja jurnalisme media alternatif seperti media sosial dan media on line, relatif berbeda dengan pakem kerja media mainstream. Salah satu yang mencolok adalah media on line cenderung memperhatikan kecepatan berproduksi ketimbang akurasi. Jurnalisme presisi rasanya belum diterapkan secara konsisten oleh para pengelola media dalam jaringan (daring).

Disinyalir bahwa unsur hoax, fake news, kebohongan, pengkultusan terhadap sensasi ketimbang substansi, masih ‘dipuja’ oleh sebagian media dalam menjajakan berita. Untuk itu, publik pembaca mesti ‘menunda’ keterpersonaan terhadap kebenaran berita yang diekspos secara massif dalam aneka kanal. Bersikap ‘ragu atau tidak percaya’ terhadap sebuah berita menjadi etos pembacaan yang rasional.