Yuliana Kurniawati
Magister Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Malang
Birokrasi sesungguhnya merupakan struktur dan sekumpulan aturan untuk mengendalikan aktivitas dalam penyelenggaraan pemerintahan. Sebagai turunannya, birokrasi biasa dipandang sebagai terminologi yang mencerminkan kerja pemerintah. Hakikatnya, birokrasi merupakan wujud Suber Daya Manusia (SDM) yang berperan sebagai nadi pemerintahan. Sosok yang ber-SDM adalah mereka yang mendapat predikat sebagai pegawai dan pejabat struktural yang menggendong kewenangan.
Karakter Birokrasi
Karakter yang menempel pada konsep birokrasi, seperti kata H. Jufri (2019), yakni (1) pembagian yang jelas tugas-tugas, baik oleh setiap individu maupun unit-unit kerja; (2) sistem kepegawaian dengan pola rekruitmen dan pola karir yang jelas; (3) terhadap hirarki, kewenangan dan status yang didistribusikan kepada mereka yang menjalankan peran tersebut; dan (4) jejaring formal dan informasi yang menghubungkan mereka yang memiliki peran satu dengan yang lainnya melalui arus informasi dan pola-pola kerjasama. Ini berarti, para birokrat sebenarnya harus mengutamakan tugas yang pemerintah telah tetapkan secara baik, benar, dan bertanggung jawab.
Tidak dapat termungkiri muncul pertanyaan, “Mengapa ada reformasi birokrasi dalam pemerintahan?” Yah, tentu terdapat “noda” dalam ruang birokrasi. Noda pola pikir, umumnya hadir dalam kamar birokrasi, selain noda waktu, noda aksi, dan noda reaksi.
Noda pola pikir biasanya mencerminkan kegagalan dan keberhasilan penanggung jawab “kamar birokrasi”. Penanggung jawab yang gagal umumnya selalu memandang ke masa lalu. Ia menganggap masalah (masa lalu) sebagai beban. Sedangkan penanggung jawab yang sukses selalu memanddang ke masa depan. Ia menjadikan masalah sebagai ajang untuk bekerja lebih baik. Yah, sosok seperti ini yang biasa disebut orang visioner.
Pemilik rumah birokrasi pemerintahan tentu berharap agar penanggung jawab setiap kamar birokrasi hadir sebagai visioner. Saya bisa pahami visioner seperti kata Rhenald Kasali (2007), sebagai mata. Artinya. Ia bikan sekadar bergerak acak (ke mana-mana), tetapi juga perlu berpusat, melihat secara jeli segala sesuatu yang belum terlihat, bahkan sama sekali tidak terlihat dan dialami oleh rakyatnya. Lebih dari itu, sang penanggung jawab “kamar birokrasi” sanggup meyaknikan dan mengajak masyarakatnya untuk memperjuangkan visi dan misi masa depannya bagi anggota keluarga pemerintahan (rakyat).
Reformasi Birokrasi
Ketika melihat noda pada kamar birokrasi dan memiliki harapan membangun rumah pemerintahan, tentu pemimpin tidak tinggal diam. Pemimpin bisa melakukan reformasi birokrasi. Yah, upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan yang mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan. Ini menunjukkan bahwa pembangunan dimaknai sebagai suatu sisitem manajemen. Artinya, pemimpin melakukan proses value creation yang berkesinambungan.
Reformasi Birokrasi adalah proses menata ulang birokrasi dari tingkat tertinggi hingga terendah dan melakukan terobosan baru dengan langkah-langkah bertahap, konkret, realistis, sungguh-sungguh, berpikir di luar kebiasaan, dan perubahan paradigma.
Artinya bahwa untuk mewujudkan pembangunan dan pelayanan publik dalam rumah pemerintahan yang baik, benar, prima, dan bertanggung jawab terhadap rakyat, reformasi birokrasi menjadi pilihan tepat. Dengan reformasi birokrasi, pelayanan publik dan harapan rakyat menjadi tercapai. Ini menggugah bahawa noda pola pikir yang masih birokratis perlu dibersihkan dari rumah pemerintahan, karena hakikat penyelenggaraan pemerintahan adalah pelayanan prima kepada rakyat. Tentu, reformasi birokrasi sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan rumah pemerintahan untuk menjawab visi dan misinya.
Tagline Perubahan
Di rumah Pemerintahan Kabupaten Manggarai beberapa hari lalu telah terjadi pelantikan 8 Pejabat Eselon II b atau Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama (JPTP) di Lingkup Pemerintah Kabupaten Manggarai oleh Bupati Manggarai, Herybertus G. L. Nabit, SE., MA. pelantikan berdasarkan SK Bupati Manggarai Nomor HK/327/2021 tanggal 17 November 2021 tentang Pemberhentian dari Jabatan Administrator dan Pengangkatan dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama Lingkup Pemkab Manggarai.
Kegiatan tersebut merupakan cermin upaya yang luar biasa tagline PERUBAHAN kepimpinan Bapak Bupati Heribertus Nabit dan Wakil Bupati Heribertus Ngabut.
Perubahan yang diharapkan oleh Bupati Hery Nabit dan Wakil Bupati Hery Ngabut adalah visi dan misinya menghapus “noda”, yakni responsif menyelesaikan masalah-masalah yang menjadi keluhan masyarakat di tengah situasi-situasi sulit, khususnya di tengah pandemi Covid-19. Selain itu, inovasi pelayanan publik menjadi tagline PERUBAHAN. Sehingga harapannya bahwa bulan Januari 2022 tampak inovasi itu. Karena itu, Bupati Hery meminta kepada semua pimpinan OPD yang baru harus segera berkonsolidasi dan menyesuaikan diri untuk segera bekerja dengan segala kesungguhan. Ia juga juga meminta para kadis agar bisa melakukan terobosan-terobosan untuk mengatasi tantangan yang ada dalam upaya meningkatkan pelayanan publik, juga meningkatkan kualitas dan etika kerja.
Yah, semua itu merupakan cerminan tagline PERUBAHAN. Artinya bahwa para Eselonnya II dan III di kabupaten Manggarai harus mampu menjabarkan Visi Misi H2N melalui pengembangan pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat perlu memperhitungkan potensi ekonomi daerah. Melalui pemetaan potensi, akan dapat disusun roadmap pembangunan sekaligus inovasi yang diperlukan dalam mengoptimalkan potensi ekonomi daerah tersebut. Selain itu, diperlukan inovasi dan pola pikir kreatif agar mampu menyesuaikan dengan tren PERUBAHAN Manggarai ke depan.
Harapan Bersama
Secara umum, tantangan pengembangan wilayah adalah (1) masih besarnya kesenjangan pembangunan antar daerah dan perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat (quality of life) antara desa dan kota yang diperkirakan akan semakin meningkat di era desentralisasi dan otonomi daerah apabila faktor-faktor penyebabnya tidak ditangani secara mendasar. (2) meningkatnya kemiskinan. (3) masih banyaknya daerah-daerah terisolasi.(4) menurunnya kesempatan kerja dalam berbagai sektor pembangunan wilayah. Ini menjadi tantangan bagi para eselon yang menduduki kamar-kamar birokrasi pemerintahan daerah Manggarai. Itulah tantangan menuju perubahan.
Karena itu, di tangan para eselon, tagline yang telah sukses menjadi jargon magic dan membawa mereka jadi jawara dalam Pilkada 2020 kemarin akan terwujud atau malah berujung mimpi yang tak kunjung jadi nyata. Karena mereka adalah eksekutor kebijakan itu sendiri. Semoga bukan sekadar mimpi tapi kenyataan. Kenyataan perubahan yang baik. Selamat berjuang membawa Manggarai menuju perubahan!