Telan Anggaran Ratusan Juta, Proyek TPT di Desa Rondo Woing Ambruk

Ket. TPT yang sudah ambruk


Manggarai Timur, GardaNTT.id-Proyek Tembok Penahan Tanah (TPT), yang bersumber dari Dana Desa (DD) tahun 2021, senilai 366 juta di Dusun Pupung, Desa Rondo Woing, Kecamatan Rana Mese, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) diduga dikerjakan asal jadi. Padahal usianya baru sebulan pasca pelaksanaan.
 
Pantauan media ini di lokasi proyek pada Selasa, (21/09/2021), kurang lebih hampir 70-an meter, TPT tersebut ambruk alias jebol. Diduga campuran material semen dan pasir tidak proporsional.
 
Ketua Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) Desa Rondo Woing Hendrikus Gampur, kepada wartawan di lokasi tersebut menyampaikan kekecewaannya terhadap kualitas proyek TPT di desanya itu. Hendrikus yakin proyek TPT itu merugikan keuangan Desa Rondo Woing.
 
“Itu pekerjaan kemarin menurut saya tidak sesuai RAB. Saya yakin tukangnya belum tahu baca gambar. Kalau tukang tahu baca gambar kenapa itu pekerjaan tidak ada fondasinya. Makanya sudah ambruk itu. Mereka tidak gali fondasinya, bahkan campuran materialnya kemarin sangat sedikit, sehingga ada batu yang tidak dibaluti oleh campuran,” Jelas Hendrikus.
 
Hendrikus menuturkan, sebagai TPK dirinya tidak pernah dilibatkan dalam pekerjaan tersebut. Bahkan ia menuduh proyek tersebut merupakan proyek siluman. Karena tidak adanya sosialisasi di desa terhadap pelaksanaan proyek tersebut.
 
“Saya ditunjuk sebagai ketua TPK oleh Bapak Kepala Desa, tapi dalam pelaksanaan proyek TPT ini, Pemdes tak pernah melakukan sosialisasi kepada kami dan seluruh warga desa Rondo Woing. Bahkan berapa besaran anggarannya dan sumber proyek ini kami tidak pernah tahu. Karena tidak adanya papan informasi di lokasi proyek maupun di kantor Desa,” aku Hendrik.
 
Hendrik juga menambahkan, pada saat pelaksanaan proyek TPT tersebut, dirinya sempat meminta Kepala Desa Rondo Woing Robertus Kantur untuk menghentikan pekerjaan TPT itu. Lantaran Hendrik menemukan tukang yang tidak menggali fondasi dasar TPT itu.
 
“Saya pernah tegur tukang dan minta untuk stop kerja, karena saya lihat mereka gali fondasi tidak seperti idealnya fondasi proyek TPT. Tukang saat itu sempat adu mulut dengan saya karena mungkin mereka tidak tahu bahwa saya merupakan TPK di Desa Rondo Woing ini,” jelas Hendrik.
 
Lebih lanjut Hendrik meminta inspektorat Kabupaten Manggarai Timur untuk mengevaluasi Desa Rondo Woing. Dia berharap DD Desa Rondo Woing harus tepat sasaran sehingga pembangunannya maksimal sesuai yang diharapkan masyarakat Rondo Woing.
 
“Saya selaku TPK dan juga selaku masyarakat, meminta kepada Inspektorat Manggarai Timur, agar memantau secara langsung proyek pekerjaan TPT di Desa Rondo Woing yang sudah ambruk. Sehingga kami sebagai masyarakat merasakan manfaat dari DD ini”. Pinta Hendrik.
 
Senada dengan Hendrik Gampur, salah satu anggota BPD Desa Rondo Woing, Lerik, menuturkan pekerjaan tersebut seperti proyek siluman, lantaran pemerintah Desa terkesan tertutup soal pelaksanaan TPT tersebut. Dia mendesak agar inspektorat Manggarai Timur agar segera memantau secara langsung pemanfaatan Dana Desa Rondo Woing tahun 2021 ini.
 
Parahnya lagi, di lokasi pelaksanaan proyek pembangun TPT tersebut tidak terpampang papan informasi proyek sehingga warga masyarakat setempat kebingungan dan bertanya tanya.
 
“Apakah kerjaan TPT tersebut didanai dari anggaran Dana Desa atau APBD ataukah APBN. Mungkinkah dari Aspirasi dewan? Karena proyek tersebut tidak memasang papan informasi proyek. Saya minta inspektorat turun langsung pantau ke Rondo Woing,” tutur Lerik.
 
Sementara Robertus Kantor, Kepala Desa Rondo Woing, saat dikonfirmasi, kepada wartawan membenarkan terkait tidak di pasangnya papan informasi dalam pekerjaan proyek TPT tersebut.
 
“Ia benar sekali pak, memang saya mengaku kalau kemarin itu saya tidak pasang papan informasi. Anggarannya kemarin itu Rp 366 juta. Dan memang sudah ambruk itu tapi karena banjir setelah hujan saat itu. Memang itu hari saat mereka kerja, sempat mereka gali tidak dalam fondasinya. Akhirnya saya tegur mereka, setelah saya tegur baru mereka perbaiki lagi. Nanti dalam waktu dekat saya akan perbaiki lagi pekerjaan yang sudah ambruk tersebut. Saat itu juga saya akan pasang sudah papan informasinya,” jelas Robertus terbata- bata.
 
Pantauan media ini di lokasi tampak terlihat kurang lebih 50 sampai 70-an meter panjang tembok penahan yang sudah ambruk. Tampak batu berserakan dan bahkan banyak batu yang tidak dibalut dengan campuran. Tak hanya itu, terlihat juga fondasi yang tanpa didasari dengan campuran.

Desa Haju
Penulis: Iren SaatEditor: Adi Jaya