Puisi  

Waktu Terakhir (Puisi-Puisi Valentina Eldis Miter)

Foto: Animasi https://www.google.com/

Ayah

Engkau seperti akar pohon

yang menopang batangnya

Juga seperti atap

yang melindungi seisi rumah.

Seringkali kau menahan rasa lapar

 Sering pula kau mengabaikan cucuran keringatmu

Di bawah sengatan panas matahari tanpa malu dan takut kau mempertaruhkan jiwa ragamu hanya untuk hidupku.

Ayah

Sering aku menyakitimu

Sering aku bantah aturanmu amarahmu membuatku seakan dipanggang di atas bara api

Namun kasih sayangmu tetap menyusup hingga tulang-tulangku

Tubuhmu yang dahulu kekar  kini terlihat letih lesu

Namun dihadapan kami kau tak ingin terlihat lemah

Meski kenyataannya kau sedang hancur tak berdaya.

 Ayah

Aku  pernah bertanya

Terbuat dari apakah ragamu? aku bangga padamu

Ayahku..ayah sederhanaku

Seberkas Sinar

Di ufuk timur yang jauh

Terlihat seberkas sinar bercahaya

Terdengar pula suara kokok ayam tanda fajar kan segera menyingsing

Hari baru harapan baru

Bersama dinginnya hembusan angin

Dan rintiknya tetesan embun pagi

Aku melangkah menyusuri perbukitan

bersama harapan

Aku maju tanpa keraguan

Bertahan bersama keyakinan akan hari esok yang menakjubkan.

 Aku terbiasa dalam kegagalan

Terbiasa pula dalam caci makian meski kadang hati tergetar

Namun semangat jiwa tetap berkobar

Waktu Terakhir

Datang dari arah yang berbeda

Juga dari kalangan yang tak sama

Dipertemukan tanpa sengaja

Oleh tujuan dan harapan yang searah

Tanpa sadar kami bercanda

Berbagi cerita tawa dan lara

Kadang dilengkapi dengan pertengkaran,

caci makian namun akhirnya saling memaafkan

Hari berganti tahun

Pagi, siang, dan malam terlewati tak terasa

t’lah tiga tahun kami di sini bekerja, belajar, dan bermain bersama

Suatu ketika terdengar suara

“Hai nak, tinggal sebulan kamu di sini. Belajarlah yang giat…!!

Ucapan itu terdengar santai tapi hatiku risih. Aku belum siap untuk kehilangan.

Waktu akhir

Iyaaa…

perjuanganku kan segera berakhir ada perasaan

gembira bercampur pilu namun adakah di antara kita yang mampu mengubah takdir…?

Dengan berat hati aku ucapkan

‘Selamat tinggal kawan-kawanku’