Opini  

Penerapan Budaya ‘Lonto Leok’ pada Generasi Z di Manggarai Kekinian

Oleh: Priscilla Cantika Manteiro
Mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Unika Santu Paulus Ruteng

Dalam budaya Manggarai, salah satu tradisi yang melekat dalam kehidupan masyarakatnya adalah tradisi lonto leok. Lonto leok ini merupakan salah satu model musyawarah masyarakat setempat. Masyarakat Manggarai dalam kesehariannya sangat menjunjung tinggi asas kebersamaan. Kebersamaan ini timbul akibat dari sifat manusia itu sendiri sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan manusia lain dalam menunjang kebutuhan hidupnya. Segala bentuk aktivitas yang membutuhkan keterlibatan orang banyak maka terlebih dahulu diadakan lonto leok. Lonto leok menjadi wadah bagi masyarakat Manggarai untuk menyampaikan segala aspirasi, inspirasi ataupun keluh kesah yang berkaitan dengan tata hidup bersama yang dilandasi semaangat persaudaraan dan kekeluargaan. Semangat dasar lonto leok dirangkum dalam ungkapan Masyarakat itu sendiri yaitu muku ca pu’u neka woleng curup, teu ca ambo neka woleng lako yang memiliki artian kesepahaman dan kekompakan dalam beraktivitas.

Pada dasarnya, lonto leok dalam budaya Manggarai adalah salah satu kebiasaan yang menyatukan suku-suku yang saling berperang di Manggarai pada zaman dahulu, yang pada suatu ketika bersatu menjadi masyarakat Manggarai. Dalam tradisi lonto leok ikut ambil bagian secara aktif untuk mencari dan menemukan solusi yang baik adalah suatu kewajiban yang menandakan keabsahan seseorang sebagai warga kampung. Sebab kesepakatan yang diperoleh dalam lonto leok adalah kesepakatan semua orang yang hadir dalam pertemuan warga kampung.

Bagaimana wujud lonto leok di era sekarang?

Generasi Z yang tumbuh di lautan informasi digital membawa perubahan signifikan dalam cara mereka merayakan dan memahami budaya Lonto Leok. Seiring kemajuan teknologi, tradisi ini tidak hanya terus berlanjut tetapi juga menjelma menjadi bentuk-bentuk baru dan memikat. Di satu sisi, pemanfaatan media sosial dan teknologi dapat dikatakan telah memudahkan Generasi Z untuk memahami budaya Lonto Leok secara lebih luas. Virtualitas menyediakan platform bagi mereka untuk menyebarkan informasi, menjaga dan melestarikan tradisi-tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang.

Hemat saya, wujud Lonto Leok dalam generasi Z atau dalam masa sekarang ini dalam mengikuti perubahan zaman, di mana peran teknologi sangat besar pengaruhnya. Wujud lonto leok di era sekarang tidak harus dilakukan dengan tatap muka langsung melainkan melaui beragam media sosial sebagai wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya. Misalnya, dalam membahas suatu persoalan, beberapa remaja melakukan zoom meeting, atau Video Call lewat aplikasi Whats App.

Alih-alih penerapan lonto leok oleh generasi Z dilakukan secara virtual akibat kemajuan teknologi, warisan leluhur ini seperti kehilangan makna harafiahnya. Lonto leok merupakan warisan budaya masyarakat Manggarai yang mana para tokoh masyarakat berkumpul bersama dan membangun ruang perjumpaan untuk membahas hal-hal mengenai cita-cita dan mengevaluasi kehidupan. Lonto leok menjadi media untuk saling bertukar pikir, bercerita, bersenda gurau, bertukar pengalaman dan pengetahuan tentang fenomena kehidupan. Lonto leok menekankan nilai kebersamaan dan pentingnya perjumpaan langsung dalam hidup sebagai medium untuk bersolider. Lonto leok merupakan contoh perjumpaan empat mata antarmuka, atau perjumpaan face to face.

Oleh karena itu, esensi dasar dari tradisi ini adalah membentuk sikap hidup yang mencintai nilai-nilai kesatuan dalam hidup bersama. Kesatuan dalam hidup bersama harus diaplikasikan dalam bentuk nyata secara tatap muka dan bukan dilakukan secara virtual. Setiap persoalan selalu memiliki solusi dan orang Manggarai selalu meyakini bahwa perkara jika diurus dengan menekankan nilai persatuan akan bisa diselesaikkan dengan cepat. Nilai-nilai seperti inilah yang menjadi sumbangan bagi masyarakat umum.