Resmikan Gereja Katolik St. Nicolas Copu, Kardinal Suharyo Sampaikan Dua Hal Penting

Ruteng, GardaNTT.Id – Didampingi oleh Uskup Ruteng Mgr. Siprianus Hormat, PR Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo meresmikan Gereja Santu Nicolas di Stasi Copu Paroki Beo Kina pada Selasa (6/6/2023).

Pantauan GardaNTT.Id, Peresmian Gereja yang ditandai dengan potong pita oleh Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo, Mgr. Siprianus Hormat, Bapak Andreas Sofiandi serta istri Almarhum Bapak Nicolas Gagu itu berlangsung meriah dan penuh hikmah.

Hadir juga dalam acara Peresmian Gereja yang disaksikan oleh ribuan Umat Paroki Beo Kina itu Wakil Bupati Puncak Jaya Papua Bapak Denies Geleis, Bupati Manggarai Hery Nabit, Kapolres Manggarai AKBP Edwin Saleh dan sejumlah Kepala OPD Lingkup Pemda Manggarai.

Gereja yang terletak di Desa Bea Kakor Kecamatan Ruteng itu dibangun oleh Kelompok Perhimpunan Bersatu Teguh (PBT) yang diketahui oleh Bapak Andreas Sofiandi.

Usai memotong pita sebagai tanda peresmian, Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo kemudian memimpin perayaan Ekaristi yang dimeriahkan oleh anggota kor dari SMAK Ketang.

Dalam khotbahnya, Kardinal Suryono mengatakan, Gereja Santo Nicolas itu bisa berdiri dengan sangat indah karena jasa sekian banyak pihak yang terlibat baik pihak Keluarga Bapak Nicolas, Bapak Andreas dan dukungan MGR Siprianus Hormat, PT dan para imam di Keuskupan Ruteng.

“Sehingga semuanya pada hari ini dengan penuh syukur dapat kita persembahkan kepada Tuhan, Untuk itu saya mengucapkan terima kasih untuk kesempatan yang indah ini,” Ucapnya.

Dia menjelaskan Gedung Gereja Santo Nicolas tersebut sudah selesai dibangun. Tetapi, sebagai orang beriman, semua tahu bahwa pembangunan gereja itu bukan tujuan akhir tetapi tujuan yang hendak dicapai dengan membangun Gereja adalah membangun hidup sebagai bait Allah.

“Dan untuk membuat kita semakin sadar bahwa Roh Kudus ada di dalam diri kita lewat setiap sabda yang setiap kali kita dengar dan lewat setiap sakramen yang kita rayakan”. Ujarnya.

“Gereja gedung bukanlah tujuan tetapi sarana untuk mencapai itu semuanya. Pertanyaan yang muncul adalah apa artinya menjadi bait Allah? Apa artinya kalau kita menyadari bahwa Roh Kudus itu ada di dalam hati kita. Kita semua tahu bahwa Roh Kudus itu tidak kelihatan. Oleh karena itu agar kita dapat menunjukkan bahwa kita sungguh sadar Allah ada di dalam diri kita, kita menjadi bait Allah, Roh Kudus dalam diri kita, kita bisa melihat tanda-tandanya, indikator-indikatornya” Tambahnya.

Pada kesempatan itu Kardinal Suryono menegaskan dua hal penting, pertama adalah bahwa setiap Orang paham dan sadar akan panggilan masing-masing hidup.

“Salah satu tanda bahwa Roh Kudus ada di dalam diri kita kalau kita yakin bahwa kita ini dalam status hidup apapun mempunyai panggilan yang sama yaitu bertumbuh menuju kesempurnaan kasih, bertumbuh menuju kesempurnaan kekudusan Itulah ajaran Gereja. Bukan pendapat saya”. Tegasnya.

Hal penting kedua yang diungkapkan oleh Kardinal Suharyo yaitu tanda bahwa setiap Orang membiarkan Roh Kudus sungguh hidup didalam dirinya, tampak juga di dalam pilihan pilihan hidup keseharian.

“Kita bisa memilih macam macam hal dalam hidup kita. Kalau pilihan kita itu berlandaskan pada yang menyenangkan itu tanda bahwa Roh Kudus belum bekerja di dalam hidup kita” Ungkapnya.