Berimbang, Tegas, Akurat
Indeks

Salah Kulkas atau Salah Orang?

Salah kulkas atau Salah Orang?

Karya: Maria Rozari Wulandari Jenarut

Di sebuah desa yang kecil di pinggir kota, Hiduplah seorang Pria yang bernama Santus. Santus adalah seorang pria yang cukup mapan. Namun memiliki wajah yang tak tampan. Suatu ketika Santus pergi membeli sebuah kulkas terbaru. Kulkas yang dibeli Santus terlihat sangat canggih dan modern dengan dua pintu yang cukup tinggi. Kulkas tersebut memiliki lampu yang menyala ketika pintunya dibuka, ruang penyimpanan yang cukup luas, dan mampu menampung berbagai jenis makanan. Santus sangat bangga dengan kulkas baru yang dimilikinya. Santus berniat mengadakan pesta kecil-kecilan untuk memamerkan dan merayakan kedatangan kulkas barunya.

Pada suatu malam bertepatan dengan Santus yang libur bekerja. Ia mengundang teman-teman terdekatnya untuk mengikuti pesta tersebut. Mereka semua akhirnya hadir dan duduk di sekitar kulkas baru milik Santus. Mereka sangat kagum melihat kecanggihan teknologi yang dimiliki Santus. Namun, malam itu yang seharusnya untuk bersenang-senang malahan menimbulkan bencana, saat Santus ingin menunjukkan kecanggihan kulkasnya.

Kulkas baru itu tiba-tiba berhenti berfungsi. Suara dingin menghilang dan lampunya pun ikut mati. Santus dan teman-temannya panik melihat kejadian itu dan mencoba memperbaiki kulkas itu, namun tak satupun dari mereka paham tentang masalah teknis ini. Saat mereka sedang kebingungan, salah satu teman Santus mencari informasi tentang teknisi yang bisa memperbaiki kulkas baru Santus.

Tak butuh waktu lama mereka mendapatkan iklan promosi barang elektronik dan menelfon nomor yang ada dalam iklan. Dalam waktu singkat teknisi yang ditelpon sudah datang dan melihat kulkas tersebut. Namun, teknisi tersebut tidak melihat danya kerusakan pada kulkas tersebut. Setelah melihat lebih teliti, Teknisi itu tertawa terbahak bahak. “Hahahahha, Pak, ini bukan kulkasnya yang rusak, Tapi colokan nya yang tidak ditusuk dengan baik, sehingga disenggol sedikit pasti tercabut.” ujarnya.

Mendengar hal itu Santus dan teman-temannya tertawa terbahak bahak, karena merasa lucu dengan kebodohan mereka sendiri.