Berimbang, Tegas, Akurat
Indeks

Toto Kopi Titik Temu

Processed with VSCO with preset

Karya: Dodiardus Erong

Seorang gadis yang sudah menyelesaikan Pendidikan Menengah Atas, dia ingin melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi. Ayah dan ibunya tentu sangat senang ketika sang anak ingin melanjutkan kuliah. Dengan nekat dan niat yang kuat, Gadis itu menyimpan impian yang begitu kokoh. Dirinya merasa ia akan membawa keluarga nya ke ujung dunia, dan menikmati kebahagiaan bersama – sama.

Dengan semangat sang ayah waktu itu mengundang semua keluarga besar untuk melaksanakan ritual Wu’at wa’i, tak lepas dari kepercayaan terhadap budaya Manggarai, Ayam putih sebagai hewan kurban untuk menghantarkan semua do’a dan harapan, supaya anaknya bisa menjadi lebih baik dari mereka.

Setelah ayam selesai dibunuh, darahnya dituangkan dalam sebuah piring.
“Nek, bagaimana dengan simbol dari darah ayam yang ada dipiring ini nek? ” Tanya gadis itu kepada neneknya.
Mata nenek itu tertuju pada darah ayam yang melekat dipiring lalu ia berkata, ” Nak, sepertinya kamu jangan kuliah diluar daerah ini! ” Ujar nenek itu kepada cucunya.


“Hahahha nenek ada – ada saja, mungkin nenek rindu kalau aku tinggal jauh dari rumah”.


Sang nenek memang pandai meramal, bukan hanya dengan bercak darah ayam yang ada dipiring, tapi kebiasaan di manggarai juga, bisa melihat dan meramal tentang seseorang melalui toto kopi. Beberapa bulan setelah itu, gadis itu menjalankan aktivitas kuliahnya di Jakarta, dalam proses pendidikan nya ia selalu mengingat pesan dan harapan kedua orang tuanya.

Di Jakarta dengan berbagai keindahannya dan kenikmatannya, gadis itu terus belajar situasi dan kondisi di Sana.
Suatu ketika ia bertemu dengan orang-orang yang berasal dari daerah yang sama. Tentu dengan senang hati ia ingin berkenalan dan bergabung dengan mereka. Mereka adalah Perempuan-perempuan yang bekerja diklub malam. Tapi gadis Desa itu tidak tau tentang pekerjaan mereka, intinya ia menemukan orang-orang yang satu daerah dengannya. Oleh karena itu ia terlena dengan teman – temannya, ia sudah tak ingat lagi dengan sejuta harapan dari orang tuanya, yang ada hanyalah senang-senang.Seiring dengan berlalunya waktu, ia juga bermain digelap malam, layaknya sudah menjadi kupu-kupu malam.

Sementara di Kampungnya, Sang ayah dan ibu sangat semangat bekerja mencari uang untuk membiayai kuliah anak gadisnya
Dipagi buta, setelah bangun tidur, Ibu sudah menyiapkan beberapa gelas kopi untuk diminum sebelum ke kebun, seperti biasanya setelah selesai minum kopi, mereka membalikkan gelas dan membiarkan ampas kopi itu melekat didalam gelas hingga kering, setelah itu disodorkan kepada si nenek untuk melihat dan meramal apa yang ada didalam ampas kopi itu.

Di Dapur kecil itu, aroma kopi yang mengharumi udara sebelum nya, Sang nenek menatap jauh. Matanya tertuju pada selembar ampas kopi di gelas anaknya. Kilatan ingatapun menyapu pikiran.
Tak jauh dari itu ia berkata, “sepertinya ada kesedihan yang akan melandai kita”.
Nenek itu, dengan nalurinya yang dalam memandang ampas kopi itu.
Sebuah wajah muncul dibenaknnya, wajah seorang gadis yang rapuh, wajah yang tampak pucat dan pupus. Dia mengingat gadis itu perna duduk dekatnya dan menceritakan tentang mimpi – mimpi masa depan yang cerah.

Beberapa hari setelah itu, terdengar berita, bahwa sang gadis telah meninggal dengan cara bunuh diri di jakarta. Ia Bunuh Diri karena telah hamil dan tidak tau siapa ayah dari anak yang dikandungnya. Dengan demikian ia mengambil keputusan untuk bunuh diri.Harapan yang dititip oleh kedua orang tuanya sudah putus. Titik temu sang gadis telah terlihat sebelumnya dalam selembar ampas kopi yang pada akhirnya memberi aroma kesedihan.