Manggarai Barat, gardantt.id– Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Unika St. Paulus Ruteng angkatan 2020 rela menerima kritikan demi tercapainya tujuan membentuk Keuskupan Baru Labuan Bajo sesuai mandat Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat, Pr.
Informasi yang diperoleh media ini, sejak 20 Juli 2023 lalu, 993 mahasiswa/i peserta KKN yang berasal dari 3 fakultas, yaitu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dengan 587 peserta, Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) dengan 304 peserta, dan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKes) dengan 102 peserta didampingi oleh 100 Dosen Pembimbing Lapangan (DPL).
Ketua Pelaksana dalam kepanitiaan KKN, RP. David Djerubu, M.A menyampaikan lokasi dan fokus utama KKN tahun 2023.
“KKN tahun ini akan berlokasi di 25 paroki yang ada di wilayah Kevikepan Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng. Setiap paroki akan mendapatkan 35-45 mahasiswa KKN dan 3-4 orang DPL. Fokus utama kegiatan adalah sensus umat untuk persiapan pembentukan keuskupan baru,” ungkapnya dalam sambutan pembekalan KKN angkatan 2020 pada 18 Juli 2023 lalu.
Kehidupan masyarakat yang beragam tentu memberikan banyak warna yang tidak dapat diduga. Mengingat tugas yang diberikan oleh Puspas (Pusat Pastoral) kepada Mahasiswa/i KKN Unika Ruteng untuk melakukan Pengumpulan dan Pengolahan Data Umat Paroki Versi BIDUK KWI menjadi tugas perutusan baru yang harus dilaksanakan apapun kondisinya. Hal tersebut memperoleh berbagai respon dari masyarakat. Segala masukan diterima baik yang bersifat positif maupun negatif.
Salah seorang Mahasiswi KKN Prodi Sosial Ekonomi Pertanian, Lusia Sanola mengungkapkan perjuangannya memperoleh data Umat Katolik di Paroki Orong Stasi Pusat.
“KKN membuat kami belajar menyesuaikan diri dengan warga dan lingkungan sekitar. Kami berusaha untuk melakukan pendataan di setiap kesempatan. Pagi, siang, maupun sore. Karena mengingat kesibukan warga yang tidak bisa dihindari, maka kami rela berjalan di bawah terik matahari demi mendaptkan data sesuai yang diperlukan oleh Puspas.” Tulisnya saat dihubungi GardaNTT.id via WhatsApp.
Ia menambahkan bahwa umat di Stasi Pusat menerima kedatangan mereka dengan baik.
“Umat di desa Orong ramah dan baik-baik, seringkali saat kami berkunjung ditawari minum dan makan, kami juga diajak berbincang santai. Hal itu membuat kami merasa nyaman saat melakukan pendataan.” Imbuh Lusia.
Salah satu Mahasiswi KKN Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia turut mengungkapkan respon yang ia terima dari umat paroki tempat ia berada.
“Saya sangat antusias menjalankan tugas yang penting ini, yaitu mendata Umat dan berjalan ke setiap KBG. Saya dan teman-teman sangat diterima dengan baik di desa ini. Ada beberapa warga yang terus bertanya-tanya tentang apa tujuan kami sebenarnya mendata Umat? Kami tentunya menjelaskan untuk pembentukan Keuskupan Baru Labuan Bajo. Sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.” tulis mahasiswi yang tak ingin disebutkan namanya via WhatsApp.
Ia menambahkan bahwa beberapa pihak yang terus bertanya hingga mengkritik kegiatan tersebut.
“Kami datang di tengah-tengah warga tidak memiliki niat negatif selain membantu pembentukan Keuskupan Labuan Bajo. Tapi ada pihak yang terus mempertanyakan pendataan umat Katolik ini. Dan mengatakan bahwa mahasiswa/i KKN tahun ini tidak jelas dan tidak membawa perubahan.” imbuhnya
Mahasiswi tersebut mengungkapkan bahwa mereka akan tetap melakukan pendataan apapun kondisinya.
“Kami menganggap semua itu adalah masukkan dan pengalaman. Setiap usaha pasti ada tantangan tak selamanya selalu diberi kemudahan. Walaupun demikian kami tetap menjalankan tugas dengan baik demi tercapainya pembentukan Keuskupan Baru Labuan Bajo.”
Tak lupa, mahasiswi tersebut mengungkapkan harapanya untuk Keuskupan Baru Labuan Bajo.”Harapan saya semoga keuskupan Labuan Bajo nanti dapat brtumbuh dengam baik dan mengayomi seluruh umat di Keuskupan Labuan Bajo dan dapat menempatkan Romo/Pater yang bertugas menghimpun umat agar lebih beriman dan bertindak sesuai ajaran Gereja Katolik.” Tutupnya.
Bernardus Tube Beding, salah satu Dosen Pembimbing Lapangan turut menyampaikan bahwa KKN hendaknya ditanggapi bukan secara harafiah tetapi perhatikan konteks.
“Program KKN merupakan bentuk Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) sebagai satu Badi Pendidikan Tinggi. KKN bukan dipahami secara harafiah tetapi tanggap konteks. Jadi, kritikan secara lisan maupun tulisan ditanggap dengan sikap positif. Adik-adik mahasiswa peserta KKN, biarkan mereka bercerita tentang kita. Kita tetap kerja nyata, bergerak untuk berbuah bagi umat.” ungkap dosen PBSI tersebut.