Lembata, GardaNTT.id-Bencana banjir bandang dan tanah longsor pada Minggu (4/4) yang menimpa Kabupaten Lembata, tidak terluputkan lima desa di Kecamatan Omesuri, selain Kecamatan Ile Ape, Ile Ape Timur, Lebatukan, dan Wulandoni.
Khususnya di Kecamatan Omesuri, terdapat 5 desa yang terdampak bencana banjir bandang dan tanah longsor, yakni Desa Leuwayang, Desa Leudanung, Desa Wailolong, Desa Nilanapo, dan Desa Wowong.
Camat Omesuri, Ade Hasan Yusup menjelaskan, terdapat korban jiwa dan kerugian material mencapai miliaran rupiah.
“Dalam bencana ini, terdapat 3 orang korban jiwa di Desa Leodanung. Dua orang sudah ditemukan dan satu orang masih dinyatakan hilang sehingga masih dalam proses pencarian. Sementara banyak barang, binatang, dan rumah di masing-masing desa yang tertimpa dan menjadi korban bencana hinga menelan kerugian kurang lebih 15 miliar rupiah. Ini hanya perkiraan sebelum dihitung secara detail,” ungkap Ade Hasan via WhatsApp kepada media ini, Senin (12/4/2021).
Hasan menjelaskan, pengungsi di desa Leodanung sekitar 8 keluarga, Lewayan 50 keluarga, Wailolon 68 keluarga, Nilanapo 68 keluarga, dan Wowong 81 keluarga. Rata-rata semuanya melakukan unsian mandiri, yakni lari ke rumah-rumah keluarga atau di kebun-kebun milik mereka.
“Sementara, kerugian material berupa ternak sapi 33 ekor, kambing ratusan ekor, babi dan ayam. Di Lewayan ada pukat, sampan, spedamotor, genset, areal pekuburan, dan lain sebagainya. Rumah yang hilang: di Lewayan berjumlah 1, di Leodanung berjumlah 1, di Wailolon berjumlah, sedangkan di Nilanapu dan Wowong masing-masing berjumlah 15. Sedangkan banyak yang rusak ringan,” ungkap Hasan
Ia juga mengataka, upaya dilakukan pemerintah kecamatan Omesuri, yakni langkah-langah proaktif, pertama yakni langkah emergensi, yakni pencarian korban dan penanganan pengungsi. Pencarian korban menggunakan alat berat eks dua unit di desa lewayan dan leodanung. Selain itu kata Hasan, pemerintah menurunkan tim sardok bersama anjing pelacak untuk membantu pencarian korban yang masih hilang.
Langka-langka penanganan pengungsi, kata Hasan, membantu memberikan sembako sebagai kebutuhan dasar sehingga masyarakat terdampak bencana bisa melalui hidup dan kehidupan mereka dengan baik, walaupun mereka masih dalam keadaan ketakutan karena trauma bencana.
Ia menambahkan, selain itu, dilakukan pelayanan kesehatan dasar, dan penyaluran air bersih.
Lebih jauh ia jelaskan, setiap desa sudah membangun posko tanggap darurat untuk dapat mengatur dan mengelola bantuan-bantuan dari luar, baik dari pemerintah maupun dari non-pemerintah, seperti komunitas-komunitas dan lembaga-lembaga sosial supaya didokumentasikan dan dicatat secara baik shg tepat sasar seluruh bantuan itu untuk para korban.
Penulis: Bernad Beding
Editor: Adi Jaya