Manggarai, GardaNTT.id-Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Prodi PBSI) Universitas Katolik Indonesia (Unika) Santu Paulus Ruteng menerbitkan tiga buku karya sastra dalam Semester Genap, Tahun Akademi 2021/2022.
Penerbitan tiga antologi karya sastra itu merupakan produk akhir mata kuliah “Menulis Kreatif”. Tiga buku tersebut, yakni Titik Temu karya mahasiswa PBSI 2020B, Titik Aksara karya mahasiswa PBSI 2020C, dan Bianglala Kehidupan karya mahasiswa PBSI 2020D.
Sebagai luaran mata kuliah “Menulis Kreatif”, masing-masing mahasiswa menulis karya-karya sastra puisi, cerpen, drama mini, dan skenario film kemudian disatukan menjadi antologi dan diterbitkan menjadi buku karya sastra. Buku karya sastra yang bertema bebas ini merupakan murni karya mahasiswa. Sebuah kreativitas yang diasah melalui perkuliahan “Menulis Kreatif”.
Komisaris kelas 2020 B, Helena Deci mengungkapkan perkuliahan “Menulis Kreatif” merupakan proses belajar menulis karya sastra.
“Perkuliahan ‘Menulis Kreatif’ bagi kami adalah proses menumbuhkan daya kreativitas dan kemampuan mengolah daya imajinasi untuk menghasilkan karya sastra. Saya dan teman-teman belajar banyak bagaimana menciptakan sebuah karya sastra,” ungkap mahasiswa asal Nempong Lamba Leda itu.
Sementara, Komisaris kelas 2020D, Yosefina Filkanova mengungkapkan latar memilih judul antologi karya sastra bagi kelas mereka.
“Kami mahasiswa PBSI 2020D telah menghadirkan buku karya sastra dengan judul Bianglala Kehidupan. Buku ini berisi hasil karya sastra berupa puisi, cerpen, drama mini, skenario film sebagai hasil curahan hati, mengolah pengalaman, perasaan, dan daya imajinasi. Bianglala Kehidupan merupakan gambaran warna-warni keseluruhan curahan hati dan pikiran masing-masing kami. Dengan menciptakan karya sastra dalam buku ini, kreativitas mahasiswa semakin bertambah dan mengerti bahwa menulis sangatlah berati,” ungkap mahasiswa yang biasa disapa Nova asal Lembor itu.
Oktavianus Nokar, Komisaris kelas 2020C pun mengungkapkan dengan berpegang teguh pada keberanian dan syarat perkuliahan maka terbitnya buku karya sastra.
“Tuntutan dan syarat perkuliahan Menulis Kreatif membuat kami membangun prespektif yang ‘berbeda’ tentang produk ini. Kami menulis berdasarkan hasil pemikiran, perasaan, dan daya imajinasi kami yang bersumber dari pengalaman harian. Karya sastra yang kami tulis di satukan dalam sebuah buku antologi dengan judul Titik Aksara. Adanya buku ini memberi kami suatu hal baru bahwa menulis sebagai proses kreatif mampu memberi makna pada kehidupan kehidupan, sekaligus membangun karakter kami,” ungkap pengurus UKM Literasi Sastra itu.
Mewakili kelas, ketiga komisaris mengungkapkan terima kasih kepada Dosen Pengampuh Mata Kuliah Menulis Kreatif.
“Kami sangat berterima kasih kepada dosen pengampuh Mata Kuliah Menulis Kreatif, karena beliau benar-benar memberi kami ruang untuk menjadi pribadi yang inovatif, aktif, dan kreatif. Bukan hanya itu, beliau juga menjadi orang yang paling berpengaruh dalam proses penerbitan buku ini. Segala teori tentang menulis sebagai proses kreatif bersumber dari beliau. Kami sangat bangga bahwa apa yang menjadi tuntutan Ujian Akhir Semester dari mata kuliah ini bisa terpenuhi,” ungkap Nokar yang didukung Deci dan Nova.
Dosen pengampuh mata kuliah Menulis Kreatif, Bernardus Tube Beding, M.Pd. memberi apresiasi atas penerbitan tiga buku antologi karya sastra mahasiswa PBSI.
“Saya memberi apresiasi dan selamat kepada para mahasiswa PBSI Angkatan 2020 yang telah membuktikan dirinya dalam menulis karya sastra. Sesungguhnya, mahasiswa PBSI memiliki kemampuan menulis, tetapi belum tampak karena terhalang ketidakpercayaan diri. mereka telah memulai, artinya mereka telah membangun karakter menulis,” ungkap dosen asal Lamalera Lembata itu.
Lebih lanjut, Koordinator UKM Literasi Sastra itu berharap, setelah buku ini terbit dapat memotivasi mahasiswa untuk terus menulis.
“Mereka akan terbentuk untuk terus berkarya dan akan memiliki kompetensi. Tidak ada penulis yang langsung jadi, semua orang membutuhkan proses. Bahkan yang mengatakan dirinya belum bisa pun selalu memiliki kesempatan untuk berproses asal mereka mau. Karena untuk mampu menulis, maka menulislah dengan segera. Tidak ada cara lain untuk mampu menulis selain dengan cara menulis,” ungkapnya.
Ama Berno, demikian sapaan akrab dosen PBSI itu mengungkapkan, “Menulis itu merekam sejarah. Melalui menulis, bisa mengeksistensikan diri kita. Bagi saya, mahasiswa generasi Z untuk mengeksiskan diri tidak hanya harus sibuk dengan dunia maya dan foto-foto saja. Tapi berkaryalah melalui menulis karena menulis lebih nyata dan lebih lama dilihat massa. Mereka yang menulis tidak akan pernah hilang dari sejarah. Bahkan ketika mereka tiada sekalipun, saat tulisan mereka masih ada mereka akan selalu dikenang,” pesannya melalui WhatsApp.
Produk mata kuliah yang diampuh oleh Bernardus Tube Beding, M.Pd. tersebut akan diajukan untuk mendapatkan ISBN (International Standard Book Number) sehingga menjadi konsumsi banyak orang. Tentu, sebelum jadi buku, beberapa proses yang memakan waktu lumayan panjang. Proses pengeditan, layout, dan desain membutuhkan waktu “ekstra” untuk mendapat hasil yang baik. Membaca tiap naskah merupakan salah satu hambatan yang muncul sebelum kumpulan tulisan ini jadi dalam bentuk buku. Selain itu juga tentu proses dalam percetakan dan ISBN akan membutuhkan waktu lebih.