Hardiknas 2022 dan Literasi Kita

Penulis: Alfred Tuname

“Wahai Pertiwi/Di negeri ini banyak orang pandai/tapi tak berbudi/Dipenuhi orang-orang cakap/tapi tak berakhlak”. Itu adalah bait ke-5 puisi berjudul “Lirih Ibu Pertiwi” karya Yulita E.G. Lima, siswi SMAK Pancasila Borong. Puisi ini pernah diikutkan pada Lomba Cipta dan Baca Puisi tingkat SLTA se-Manggarai Timur, pada April 2022.

Di momen Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Tahun 2022, penggalan puisi di atas sedang berlabuh pada suasana reflektif kita. Bahwa dunia pendidikan sedang digugat. Mengapa ada orang pandai, tapi tak berbudi; ada orang cakap, tapi tak berakhlak. Padahal, Pendidikan itu lokomotif keadaban budi pun akhlak.

Mari kita ingat Soetandyo Wignyosoebroto (1932-2013), guru besar sosiologi hukum Universitas Airlangga. Keluhnya begini, seperti dikutip Herlambang P Wiratraman (Kompas, 28 April 2022): “Bagiku, Pendidikan itu ‘educating the heart’, tetapi di negeriku, Pendidikan itu ‘educating the brain’, hasilnya ‘a flock of new barbarian’, yang cakap, cerdas dan berpengetahuan…” Keluhan ini cukup lebih eufemistik tinimbang puisi “Lirih Ibu Pertiwi” di atas. Tetapi poinnya masih persis: resah sekaligus gemas!

Resah dan gemas itu representasi ada penat publik. Bagaimana tidak, a flock of old barbarian berulah terbuka. Ada menteri yang terlibat skandal biaya PCR-test; ada pejabat kementerian yang terlibat dalam mafia minyak goreng; ada bupati yang sogok BPK untuk mendapatkan klaim WTP, dan lain sebagainya.

Laku kawanan elit politik barbar tersebut tentu menodai semangat “tuntunan” dan ketokohan. Kalau Pendidikan itu adalah “menciptakan kultur bersama” (mengutip E.D. Hirsch, Jr), maka warga negara dan pemimpinnya harus mendukungnya dengan tuntunan yang beradab. “Link and match” dunia sekolah dan luar sekolah mesti tetap terkoneksi.

Lalu quo vadis pendidikan? Jelas kita tidak ingin koridor peradaban kita tiba pada the end of education, seperti tulis Neil Postman. Dunia pendidikan kita sedang menuju in optima forma, bahkan kini sedang berusaha menuju “merdeka belajar”. Mereka yang hidup dari dan dalam dunia pendidikan, dari Menteri hingga guru, sedang berusaha agar outcome pendidikan adalah generasi bangsa yang cerdas, bernas dan berbudi.

Tema Hardiknas tahun 2022, “Pimpin Pemulihan Bergerak untuk Merdeka Belajar”, terbaca sebagai tekad segenap insan pendidikan untuk memulihkan kembali dunia Pendidikan setelah morat-morit terdampak pandemi covid-19. Pulih ekonomi, politik, sosial dan keamanan, akan pulih pula dunia pendidikan. Spirit merdeka belajar tak lagi terkendala biaya dan protokol yang ketat. Dalam kondisi new normal, normalitas pendidikan harus digalakan kembali. Normalitas itu adalah taman untuk merdeka belajar.