Berimbang, Tegas, Akurat
Indeks

Ada Pembungkaman Suara Kritis Sebelum Terselenggara ASEAN Summit

Intimidasi dan upaya kriminalisasi itu terjadi pasca warga yang didampingi sejumlah aktivis berencana melakukan aksi damai pada 9 Mei 2023, bertepatan dengan dimulainya rangkaian ASEAN Summit di Labuan Bajo.

Di Saat yang sama, sejumlah jurnalis Floresa.co juga mendapat ancaman dan teror dari aparat keamanan (Polisi dan TNI) upaya serangan ini juga menyasar website  Floresa.co. Eskalasi serangan dan teror itu semakin meningkat pasca Floresa – yang berkolaborasi dengan project Multatuli, mempublikasikan laporan berjudul “ Mereka yang Suaranya Diabaikan dan Dibungkam di Tengah Gegap Gempita ASEAN Summit di Labuan Bajo,”.

Pernyataan Kapolda NTT Jhoni Asadoma  mengutip dari Floresa co. “Agar menahan diri menyampaikan masalah” sampai  ASEAN  Summit selesai. “ nanti setelah ASEAN Summit, silahkan menyampaikan secara langsung, tatap muka, unjuk rasa. Sehingga tidak mengganggu ketertiban, kelancaran, dan keamanan ASEAN Summit,”  katanya pada 27 April 2023.

Menanggapi intimidasi yang dialami oleh Warga dan jurnalis tersebut, Edi Kurniawan dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia ( YLBHI meminta warga untuk tidak takut tehadap intimidasi baik berupa pernyataan maupun tindakan, “Sepanjang aksi yang diambil oleh warga sah secara hukum, sah secara konstitusional, dan tidak mengancam kebebasan atau hak-hak orang lain, jadi warga tidak perlu takut, karena secara hukum dan hak asasi manusia, harusnya forum ASEAN Summit ini mewakili semua aspirasi, semua kepentingan warga negara, khususnya Warga negara di NTT,” ujar Edi kepada Republika.id

Ia menambahkan, jika warga ingin menyampaikan aspirasinya, harusnya penegak hukum mengakomodir, mengawal, dan melindungi kelompok masyarakat tersebut dan memastikan aspirasi mereka tersampaikan.