Kalau Kita Tidak Tahu, Lebih Baik Diam

P. Kons Beo, SVD; Foto: Dokumen Pribadi

Segurat Pesan Pada Hari Komunikasi Sedunia 2021

Minggu, 16 Mei 2021 ini ditetapkan sebagai Hari Komunikasi Sedunia. Pesan Paus Fransiskus pada hari ini dibalut dalam tema: Datang dan Lihatlah: Bekomunikasi Dengan Menjumpai Orang Apa Adanya. Sekian banyak pesan bermakna yang disampaikan Paus demi satu dialog atau komunikasi yang benar dan jujur antara manusia. Mari kita simak sekilas makna di baliknya.

Amat menyentuh bahwa Paus memulai seruannya agar siapapun berani “Menghabiskan Sol Sepatu”: Turun ke Jalan. Dunia menjadi kacau oleh cerita dan berita yang jauh dari kenyataan dan melawan  kejujuran. Kualitas investigatif aneka media komunikasi atas dasar kebenaran telah terplintir secara amat tendensius demi kepentingan semata. Diperparah oleh reaksi dan sikap tak kritis dari para konsumen berita atas kesesatan informasi, situasi keruh penuh kemelut dapat dengan mudah terlahir.

Oleh karena itu, perlu direnungkan dan disikapi serius dari apa yang dipesan Paus Fransiskus, bahwa adalah satu risiko akan kebenaran jika ‘Tanpa “menghabiskan sol sepatu” (turun ke jalan), tanpa bertemu orang untuk mencari cerita atau memverifikasi situasi tertentu dengan mata kepala sendiri. Jika kita tidak membuka diri pada perjumpaan, kita tetap tinggal sebagai penonton dari luar…”

Bersama Paus Fransiskus, dunia mesti berterimakasih pada para jurnalis. Para pemburu berita ini miliki nyali yang luar biasa pergi ke tempat tak seorang pun pergi. Itulah para jurnalis yang miliki keberanian dan terbuka pada kenyataan yang sesungguhnya. Paus pun sadar bahwa kegembiraan sebagai wartawan tentu mengumpan risiko bagi hidupnya sendiri.Tidak kah kebenaran seringkali berubah menjadi taruhan nyawa seorang peliput berita?

Kita pasti tak sekedar nikmati sekian banyak info, cerita dan berita yang tersampaikan oleh para jurnalis. Bayangi saja perjuangan mereka untuk merilis tentang kisah-kisah pilu kehidupan dunia: perang, kemiskinan, kelaparan, sakit dan penderitan, berbagai macam kekerasan. Bukankah para wartawan itu pun bertarung dalam berpegang pada prinsip kenyataan yang dilihat dan dialaminya? Kekuatan dari semuanya adalah bahwa mereka datang dan melihat serta berkisah tentang apa adanya!

Patut pula direnungkan dalam konteks kita apa yang disebut Paus sebagai Peluang dan Jebakan Website. Masa kini sungguh telah terbuka dengan pelbagai kemudahan oleh karena teknologi komunikasi yang semakin berkembang. Siapapun tak mau dianggap ketinggalan zaman dalam berita dan berbagai info. Segala dimensi kehidupan manusia dengan semua isi berita, kisah dan uraiannya telah tersaji dalam dapur informasi cepat saji. Inilah yang disebut peluang yang menggembirakan.

Tetapi, tentu ada perangkap atau jebakan hebat di balik semuanya. Bukankah satu berita dapat dibelok arah tujuannya? Manipulasi berupa editan berita, kisah, gambar, atau percakapan, dengan mudah pula terjadi. Bukankah banyak pembaca, penikmat, peminat berita atau info pada akhirnya sadar bahwa ia telah terkecoh oleh jebakan manipulatif dari satu pemberitaan?

Sayang, sekian banyak orang tersekap dalam kebohongan dan kepalsuan setelah ditarik masuk dalam kebenaran dan kenyataan yang sesungguhnya. Satu kisah, kini, diterima sungguh sebagai cerita sesungguh-sungguhnya, saat telah lewati satu dua cek fakta dan investigasi lapangan. Tentu inilah yang menjadi alasan Paus Fransiskus tegaskan, “Melihat secara langsung sungguh tak tergantikan.”